Senin, 31 Januari 2011

"Manusia Super"

KOMPAS.com — Anak-anak muda itu memiliki hampir semua prasyarat untuk hidup nyaman dan sejahtera di kota. Namun, mereka memilih menjadi guru di pelosok-pelosok dusun negeri ini. Inilah kisah kaum muda yang berkomitmen untuk mencerdaskan rakyat.

Firman Budi Kurniawan (24) memindahkan gigi sepeda motornya ke gigi satu dan menarik gas dalam-dalam. Sepeda motor bebek itu pun melaju pelan meniti jalan setapak yang menanjak hampir 45 derajat.

Suara knalpot yang tadinya menyalak tiba-tiba mengedan. Rintangan pertama dengan susah payah bisa dilalui, selanjutnya sepeda motor itu meluncur bagai roller coaster di jalan penuh batu besar.

Kami tiba satu jam kemudian di sebuah dusun tanpa listrik di tengah hutan. Di antara pepohonan hutan, berdiri rumah-rumah panggung sederhana. Inilah Dusun Beroangin, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, tempat Firman tinggal dan bertugas sebagai guru sejak dua bulan lalu.

Firman adalah sarjana Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung yang bersedia bergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), sebuah gerakan nonpemerintah yang menantang para sarjana berprestasi mengabdi sebagai guru di daerah terpencil selama satu tahun.

Selain Firman, ada 50 sarjana berprestasi lainnya yang ditempatkan di pelosok dusun di Majene, Bengkalis (Riau), Tulang Bawang Barat (Lampung), Paser (Kalimantan Timur), dan Halmahera Selatan (Maluku Utara). Mereka disiapkan secara serius agar bisa hidup di daerah terpencil. Mereka juga dibekali teknik mengajar secara kreatif.

Erwin Puspitaningtyas Irjayanti (24), sarjana dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, ditempatkan di Passau. Dusun tanpa listrik itu menjorok 5 kilometer ke dalam hutan dari jalan poros Makassar-Mamuju. Rabu (19/1) malam, kami bertandang ke sana. Suasana hutan begitu meraja. Suara kera dan lolongan anjing liar terdengar bersahutan hingga tengah malam.

Meski demikian, Wiwin—begitu dia disapa—masih menikmati beberapa ”kemewahan”. Setidaknya, di kampung itu ada sinyal telepon dan genset milik warga. Ketika genset itu dinyalakan, Wiwin bisa menumpang mengisi baterai laptop dan telepon selulernya.

”Kemewahan” itu tidak dinikmati Agung Firmansyah (24) yang bertugas di Dusun Manyamba, Majene. Sekadar untuk menelepon atau mengisi baterai, Agung harus turun gunung sejauh 6 kilometer ke permukiman di pinggir pantai melalui jalan terjal.

Persoalan lain, tidak satu pun rumah di dusun itu yang memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus. Alhasil, sarjana Ilmu Komputer Universitas Indonesia itu pun harus membiasakan diri bangun pada pagi buta untuk mandi di Sungai Manyamba, yang sampai awal tahun 1980-an masih dihuni buaya.

Dukun sakti

Kondisi alam hanya satu dari seabrek tantangan yang harus mereka taklukkan. Mereka juga harus menghadapi murid-murid yang tidak lancar membaca meski telah duduk di kelas III atau IV. Fasilitas sekolah juga amat minim.

Di tengah kondisi seperti itu, Firman mencoba membuat terobosan. Selasa (18/1) petang, ia mengajak muridnya di SD 33 Battutala mendaki bukit Beroangin yang curam. Di bukit itu, ia mengajar Bahasa Inggris. ”Matahari... sun, langit... sky,” kata Firman sambil menunjuk matahari dan langit yang memerah di ufuk barat.

Di kelas VI SD 27 Titibajo, Agung mengajar Matematika dengan menggunakan kartu remi sebagai alat bantu pelajaran berhitung. Pelajaran itu menjadi terasa lebih mudah dan menyenangkan. Selain kartu remi, Agung juga kerap memanfaatkan benda-benda yang mudah ditemukan di sekitar dusun, seperti batu, pasir, kayu, sampai kompor sebagai alat peraga mata pelajaran IPA.

Tantangan lainnya, sejumlah warga dusun menganggap para guru muda itu ”manusia super” yang bisa melakukan apa saja. Firman beberapa kali dimintai tolong untuk mengobati orang yang digigit anjing gila. Lain waktu, dia diminta membetulkan mesin diesel, bahkan memberi nama bayi yang baru lahir. ”Saya dikira dukun sakti, ha-ha-ha,” ujarnya.

Wiwin pernah diminta mencari cara efektif untuk mengusir babi hutan. ”Seumur-umur, baru kali ini mikirin bagaimana mengusir babi hutan,” ujarnya.

Membangun mimpi

Anak-anak muda itu sebenarnya memiliki hampir semua prasyarat untuk hidup mapan di kota besar. Mereka punya prestasi akademik yang baik, jaringan, karier, dan penghasilan sangat lumayan.

Wiwin, misalnya, sebelumnya, adalah karyawan sebuah bank terkemuka. Penghasilannya per bulan belasan juta rupiah, bonus tahunan puluhan juta rupiah, dan punya kesempatan jalan-jalan ke luar negeri. Semua itu dia tinggalkan demi GIM.

Peserta GIM lainnya tidak kalah hebat. Sebagian ada yang bekerja di perusahaan multinasional atau telah mendapat beasiswa ke luar negeri. Lantas, mengapa mereka rela menanggalkan itu semua?

”Saya merasa, gerakan ini cocok dengan panggilan hati saya. Saya bercita-cita menjadi kaya raya agar bisa mendirikan sekolah buat orang tidak mampu. Sekarang belum kaya sudah bisa menolong,” ujar Wiwin.

Soleh Ahmad Nugraha, pengajar muda di Dusun Lombang, Malunda, melihat, program ini memungkinkan dia belajar dari kearifan orang desa. ”Ini (pendidikan) S-2 dari alam,” ujar sarjana Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran yang menanggalkan kariernya sebagai dosen demi GIM ini.

Agung ikut GIM karena ingin hidupnya bisa menginspirasi orang lain. ”Saya ingin membangkitkan mimpi tentang masa depan yang lebih baik kepada anak-anak di daerah terpencil,” katanya.

Penggagas GIM, Anies Baswedan, sepakat, mimpi untuk menjadi orang terdidik harus dibangkitkan hingga ke pelosok dusun yang keberadaannya sering kali diabaikan lantaran selama ini kita terlalu berorientasi ke kota.

”Mimpi itu penting. Ketika mereka punya mimpi jadi orang terdidik, mereka akan sekolah. Dan, kita sebagai orang terdidik punya tanggung jawab menularkan virus pengetahuan kepada mereka,” lanjutnya.

GIM memang belum banyak membuahkan hasil. Namun, setidaknya, kini, di sebuah dusun di tengah hutan Battutala, Aliman (32) bermimpi bisa menyekolahkan anak laki-lakinya hingga sarjana. ”Dia tidak boleh bodoh seperti saya,” katanya.

Sebuah mimpi yang indah....

Sabtu, 29 Januari 2011

Buku Pengayaan Belum Prioritas

JAKARTA, KOMPAS.com — Buku pengayaan sebenarnya bukanlah kebutuhan yang mendesak bagi pendidikan di Tegal saat ini. Dana pendidikan dari pemerintah pusat sesungguhnya lebih dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian rehabilitasi sekolah-sekolah yang rusak atau tidak layak.
"Tetapi, karena sudah ada keputusan dari atas jika dana alokasi khusus atau DAK juga untuk buku pengayaan, ya kami tidak bisa apa-apa," kata Edy Pramono, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (28/1/2011). Edy menanggapi soal beredarnya buku pengayaan tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sejumlah SMP di Tegal.

Menurut Edy, sebenarnya aspirasi tersebut sudah dititipkan juga lewat salah satu anggota Komisi X DPR yang datang ke Tegal saat reses. Daerah meminta supaya diberi kewenangan untuk memanfaatkan DAK sesuai prioritas atau kebutuhan, tetapi tetap dengan pertanggungjawaban.

"Kami sebenarnya butuh rehab sekolah daripada perpustakaan. Tapi karena sudah diputuskan dari atas, ya kami tidak bisa apa-apa," kata Edy.

Edy menjelaskan, penggunaan DAK tahun 2010 sudah ditentukan pemerintah pusat. Dana itu harus dimanfaatkan daerah untuk pembangunan fisik, seperti pembangunan ruangan kelas atau perpustakaan; dan nonfisik, seperti buku-buku pengayaan, referensi, panduan pendidik, serta alat peraga pendidikan.

Terkait pengadaan seri buku SBY di 45 dari 87 SMP di Tegal, Edy mengatakan, pemenang tender CV Mediatama yang mengajukan kepada panitia pelelangan. "Karena kami lihat sudah memenuhi petunjuk teknis DAK 2010, ya panitia menyetujui. Kami lihat buku-buku yang ditawarkan sudah sesuai juknis DAK, termasuk buku SBY. Kami lihat skornya dari cukup, baik, hingga sangat baik," kata Edy.

Edy meminta supaya persoalan buku SBY tersebut tidak ditarik ke arah politis atau pencitraan. Buku itu sudah dinilai layak untuk dipakai sebagai buku pengayaan yang bisa masuk ke perpustakaan sekolah. "Berarti kan, dari sisi ilmu, teladan, karakter ada, serta bisa dibaca siswa dan guru," kata Edy.

Edy menambahkan, buku SBY yang diterima sekolah sebenarnya hanya sebagian kecil dari buku-buku pengayaan. Di SMPN 1 Margasari, misalnya, dikirim buku sebanyak 1.956 eksemplar. Buku SBY ada 10 seri yang masing-masing 20 eksemplar. Di SMPN 2 Pagerbarang, buku SBY hanya empat judul yang masing-masing dua eksemplar, dari total buku yang diterima sebanyak 1.956 eksemplar.

Kamis, 27 Januari 2011

Wagub: Dana BOS Wajib Dipajang di Mading

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat meninjau tiga sekolah di Jakarta Timur, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto menyadari, bahwa hampir tiap sekolah tidak mengumumkan pertanggungjawaban dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Padahal, dana-dana tersebut penting untuk diumumkan untuk menegakkan prinsip good governance dan mencegah terjadinya penyalahgunaan.
"Tolong, dana BOS dan BOP yang diterima itu dipasang di sini," ungkap Prijanto, Rabu (26/1/2011), sambil menunjukkan sebuah mading di SMPN 198 Duren Sawit, Jakarta Timur.

Ia mengatakan, transparansi sebagai subsistem good governance harus dilakukan.

"Kalau sudah dipampang, akhirnya orang nggak akan berburuk sangka dan ini akhirnya menolong sekolah agar dana-dana itu tidak disalahgunakan," ujarnya.

Selain keterbukaan dalam hal pertanggungjawaban dana BOS dan BOP, Prijanto juga menginstruksikan untuk memasang pengumuman tentang pembebasan biaya sekolah.

"Saya ajari nih, anggarkan di RAPBS untuk membuat papan plang bahwa sekolah ini gratis, jadi tidak ada yang takut kena biaya mahal," pungkasnya, sembari memberikan instruksi kepada Kepala Sekolah SMPN 168 Duren Sawit.

Adapun persoalan dana BOS kini masih menjadi sorotan setelah BPK Perwakilan Jakarta menemukan indikasi dan potensi kerugian negara senilai Rp 5,7 miliar dalam pengelolaan dana BOS, BOP, dan Block Grant RSBI di 7 sekolah di DKI Jakarta, yaitu di SMPN 30, SMPN 84, SMPN 95, SMPN 28, SMPN 190, SMPN 67 dan SDN 012 RSBI Rawamangun Jakarta Timur.

Pada 1 Desember 2010 lalu, DPRD DKI telah menindak lanjuti dengan membuat Pansus terkait penuntasan kasus tersebut. Selain itu, masalah ini sedang dalam penanganan pihak Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, dan telah menetapkan seorang tersangka.

Mau Tahu Besar Pesangon Mantan CEO Google?

KOMPAS.com — Mantan Chief Executive Officer (CEO) Google Inc Eric Schmidt baru saja diberi "pesangon" sebagai ucapan terima kasih atas jasanya mengurus Google Inc selama ini. Hal itu disampaikan pihak Google, Senin (24/1/2011) di sela-sela proses pengurusan dokumen legalnya.
Pesangon tersebut bukan uang tunai. Tambahan hak kekayaan yang akan diberikan kepada Eric Schmidt tanggal 2 Februari 2011 tersebut berupa stock option, tambahan hak kekayaan (equity) senilai 100 juta dollar AS.

Sesuai dengan dokumen legal yang dilaporkan ke Security Exchange Comission, minggu lalu, Schmidt sesungguhnya telah mengantongi saham Google sekitar 9,2 juta dollar AS per 31 Desember 2010. Jumlah itu setara dengan 2,9 persen saham Google secara keseluruhan dengan hak suara 9,6 persen saja.

Sebelumnya, Schmidt berencana menjual 534,000 saham kelas A miliknya. Jika dia benar-benar akan melakukan itu, dia masih menyisakan sekitar 9,1 persen hak suara di Google. Harga saham Google Inc terakhir 613,15 dollar AS per lembar.

Dengan pemberian equity (stock option) baru ini Google sesungguhnya mengakui kinerja Schmidt dengan cara mengangkat nilai brand Google sekaligus menambah kekayaan pribadi Schmidt. Bisa dikatakan ini taktik yang bagus dari Larry Page, pendiri Google, yang kini mengambil alih posisi CEO Google.

Schmidt sendiri masih akan tetap di Google sebagai executive chairman. Selama 10 tahun di Google sejak menjadi CEO tahun 2001, Eric memang berperan sekaligus sebagai mentor bagi dua pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin. Kini muridnya mungkin siap beraksi sendiri.(KOMPASIANA/Gusti Bob)

Rabu, 26 Januari 2011

Anggaran Terbesar untuk Membiayai Guru

JAKARTA, KOMPAS.com - Alokasi 20 persen anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk pendidikan ternyata sebagian besar tersedot untuk membiayai gaji dan tunjangan guru. Pada 2011 ini, sekitar 56 persen alokasinya untuk guru, dan pada 2014 diperkirakan menyedot hingga 70 persen dari anggaran pendidikan nasional.

Kenyataan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR Heri Akhmadi saat memberi keterangan dalam sidang di Mahkamah Konstitusi di Jakarta, Selasa (25/1/2011). Sidang tersebut mendengarkan keterangan dari pemerintah, DPR, dan saksi ahli mengenai uji materi pasal 55 ayat 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Menurut Heri, penggunaan anggaran pendidikan nasional yang sebagian besar untuk guru itu patut dicermati. Komisi X DPR sedang mengkaji dampak alokasi itu ke depan. Apalagi, kata Heri, ada desakan pada pemerintah untuk ikut membiayai guru di sekolah-sekolah swasta. Jika tidak diperhitungkan secara cermat, anggaran pendidikan nasional bisa habis untuk membiayai guru.

"Padahal, pemerintah masih membutuhkan dana yang cukup besar untuk membuat akses pendidikan yang terbuka untuk semua anak, terutama di pendidikan dasar. Selain itu juga untuk peningkatkan kualitas pendidikan di semua sekolah sesuai standar nasional," ujarnya.

Selasa, 25 Januari 2011

Hayooo... Siapa yang Mengawasi UN?

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta berencana membentuk tim pengawas ujian nasional dengan melibatkan unsur perguruan tinggi dan unsur lain sebagai antisipasi dihapusnya Tim Pemantau Independen. Tim pengawas ini juga diharapkan mampu meminimalisasi tindak kecurangan.

"Kami berusaha tetap bisa melibatkan berbagai unsur dalam pengawasan pelaksanaan ujian nasional," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Senin (24/1/2011).

Menurut dia, pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta dan perguruan tinggi. Selain itu, pihaknya juga melakukan koordinasi internal dengan seluruh pihak di dinas pendidikan. Sejumlah perguruan tinggi yang rencananya akan dilibatkan untuk mengawasi pelaksanaan UN di antaranya adalah Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.

"Kami sedang meminta kedua universitas tersebut agar bisa mengirimkan personelnya untuk membantu pengawasan UN," katanya.

Sementara itu, keterlibatan Kementerian Agama dalam pengawasan pelaksanaan UN dilakukan karena Pendidikan Agama Islam akan dimasukkan sebagai mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Edy mengatakan, keberadaan tim pengawas dari ketiga unsur tersebut juga akan dilegalkan melalui surat keputusan dari Wali Kota Yogyakarta.

"Melalui tim pengawas itu, kami berharap mampu meminimalisasi terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan UN," katanya.

Ia menargetkan, pada Februari nanti pembentukan tim pengawas tersebut sudah dapat dilaksanakan dan bisa langsung dilegalkan.

Senin, 24 Januari 2011

Hasil Ujicoba Ujian Nasional, Rendah

MATARAM, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat H Ruslan Effendy mengakui hasil try out atau uji coba menjawab soal-soal mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional rendah.

"Hasilnya tidak sesuai harapan. Menurut para siswa, soal try out yang mereka jawab relatif sulit dan sebagian materi soal yang dijawab belum diajarkan guru karena proses pemberian materi pelajaran belum selesai," katanya di Mataram, Minggu (23/1/2011).

Hampir seluruh mata pelajaran nilainya di bawah standar nilai Ujian Nasional (UN) yakni 5,5, namun dari lima mata pelajaran, yang paling rendah nilainya terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.

Meskipun hasil uji coba belum sesuai harapan, Ruslan mengaku tidak terlalu khawatir karena uji coba menjawab soal-soal mata pelajaran tahap pertama terdapat materi pelajaran yang belum diberikan oleh guru.

"Kita akan lakukan uji coba lagi. Dari uji coba tahap kedua nanti, kita akan melihat perkembangannya. Saya optimis hasilnya lebih memuaskan dibandingkan uji coba tahap pertama yang digelar pada 21 Desember 2010," ujarnya.

Selain menggelar uji coba menjawab soal-soal yang diujikan dalam UN, pihaknya juga akan meningkatkan koordinasi dengan para kepala sekolah, guru dan pengawas pendidikan untuk meningkatkan kualitas UN di Kota Mataram.

Upaya sosialisasi tentang sistem pelaksanaan dan penilaian UN tahun ajaran 2010/2010 yang menggunakan format baru juga terus dilakukan di sekolah-sekolah.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh para pelaku pendidikan tersebut, tingkat kelulusan UN di Kota Mataram pada 2011, diharapkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jadi kita all out agar target kelulusan dan kualitas UN tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Tentunya dengan tetap mengedepankan asas kejujuran," ujar Ruslan yang baru tiga hari dilantik menjadi Kepala Dinas Dikpora Kota Mataram.

Pelaksanaan UN tahun ajaran 2010/2011 akan berlangsung mulai April 2011, untuk SMA/MA dan SMK dijadwalkan 18-20 April 2011, SMP/Mts 25-28 April 2011 dan Ujian Akhir Sekolah Bertaraf Nasional (USBN) untuk sekolah dasar dijadwalkan 10-12 Mei 2011.

Untuk UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian.

Sabtu, 22 Januari 2011

Kita Bukan Sekadar "Numpang" Hidup

PALEMBANG, KOMPAS.com - Wakil Presiden Boediono berpesan agar orangtua, guru dan pemerintah bahu-membahu menyiapkan pemimpin bangsa dan selalu mengawasi segala kegiatan anak-anaknya. Pesannya, kalau ingin maju dalam situasi kompetitif, kita harus menyiapkan pendidikan karakter bangsa terutama menyiapkan pemimpin sebagai hal yang utama.

"Satu pesan besar buat anak-anakku, guru, orangtua, pejabat. Intinya pendidikan adalah menggodok calon pemimpin generasi bangsa. Menyiapkan generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya," ujar Boediono saat silaturrahmi dengan perwakilan Pelajar SMA/SMK/MAN dan Guru se-Sumsel, Sabtu (22/1/2011).

"Kita bukan sekedar numpang hidup, tapi jadi pengawal. Anak-anakku adalah pandu di masa depan," katanya.

Hal senada diungkapkan Boediono ketika menggelar acara yang sama di SMK Negeri 3 Pangkal Pinang, Bangka, bahwa pendidikan karaker untuk paraa siswa adalah sangat penting.

"Kualitas kepemimpinan merosot atau mengalami degradasi itu karena dari dalam sendiri. Kuncinya leadership. Generasi makin lama makin baik sebab makin kompetitif dan makin sulit," jelasnya.

Pelajaran karakter kadang terlewatkan dan tidak tertulis, imbuh Boediono, juga pendidik menyiapkan pemimpin serta harus merumuskan karakter seorang pemimpin.

Selasa, 18 Januari 2011

Simak, Jadwal Lengkap UN 2011 di Sini!

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah telah mengimbau agar dinas-dinas pendidikan di berbagai daerah segera mengumumkan dan melakukan sosialisasi jadwal pelaksanaan ujian nasional ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Berikut adalah jadwal pelaksanaan UN yang akan disosialisasikan:

enjang Sekolah Menengah Atas

* UN untuk SMA/MK, SMALB, dan SMK: 18-21 April 2011
* UN Susulan SMA/MK, SMALB, dan SMK: 25-28 April 2011
* Pengumuman kelulusan paling lambat 16 Mei 2011
* Ujian Praktik Kejuruan untuk SMK: Paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan UN. Pengumuman kelulusan paling lambat 5 Juni 2011

Jenjang Sekolah Menengah Pertama

* UN untuk SMP/MTs dan SMPLB: 25-28 April 2011
* UN Susulan SMP/MTs dan SMPLB: 3-6 Mei 2011

Jenjang Sekolah Dasar

* UN untuk SD/MI dan SDLB: 10-12 Mei 2011
* UN Susulan SD/MI dan SDLB: 18-20 Mei 2011
* Pengumuman kelulusan paling lambat minggu ketiga bulan Juni 2011

Senin, 17 Januari 2011

TIPS SUKSES UN 2010/2011 DENGAN BELAJAR MANDIRI

Ujian Nasional semakin dekat. Berbagai usaha yang dilakukan oleh sekolah, guru, dan siswa pun mulai dilakukan. Sekolah sudah mulai mengadakan jam tambahan bagi para siswa kelas 9. Para guru sudah mulai ngelesi atau memberi jam tambahan bagi para siswa. Para guru memberi jam tambahan ada yang bersama sekolah bisa juga di luar sekolah artinya membuka les sendiri di rumah. Tidak kalah juga para siswa ada yang ikut jam tambahan di sekolah ada juga ikut les di luar sekolah.
Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional tersebut baik di sekolah maupun di tempat les/bimbingan belajar selalu saja mengerjakan soal dan membahas soal. Dalam mengerjakan soal ada trik-trik tertentu agar bisa cepat dan benar.

Terlepas dari kegiatan tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah giat berlatih mengerjakan soal. soal-soal bisa diperoleh dari buku siap UN.

Kali ini kami sajikan pembahasan soal Ujian Nasioal tahun yang lalu (2009/2010) dengan harapan bisa berlatih sendiri. Soal dan Pembahasan Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika, B. Inggris, B. Indonesia, dan IPA tahun lalu bisa diunduh di sini

Langkah-langkah mengerjakan soal yang ada pembahasan adalah :
1. Pelajari materi soal yang akan dikerjakan
2. Kerjakan soal secara mandiri tanpa melihat kunci atau pembahasan.
3. Cocokan hasil pekerjaan sendiri dengan kunci atau pembahasan soal tersebut.
4. Bila hasil pekerjaan sendiri tidak sama dengan kunci, teliti dan cari letak kesalahan dimana.
5. Berllatih terus jangan bosan
Selamat mencoba, semoga sukses
sumber:http://jumadiana.wordpress.com/2010/12/04/tips-sukses-un-20102011-dengan-belajar-mandiri/

Sabtu, 15 Januari 2011

Dana Cadangan Pendidikan Mulai Diatur

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan menerbitkan aturan pengelolaan dana pengembangan pendidikan sebagai panduan agar pengelolaannya oleh Badan Layanan Umum (BLU) berlangsung transparan dan akuntabel.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Keuangan Yudi Pramadi, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (14/1/2011), menyebutkan, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban "Endowment Fund" dan Dana Cadangan Pendidikan.

Yudi menyebutkan, dana pengembangan pendidikan nasional berupa endowment fund dan dana cadangan pendidikan yang pengelolaannya dilakukan BLU dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN Perubahan. Endowment fund adalah dana pengembangan pendidikan nasional yang dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P yang bertujuan menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity).

Dana cadangan pendidikan merupakan dana pengembangan pendidikan nasional yang dialokasikan dalam APBN atau APBN-P untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Satuan kerja BLU pengelola endowment fund dan dana cadangan pendidikan merupakan satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara merupakan pengguna anggaran atas endowment fund dan dana cadangan pendidikan. Pencairan endowment fund dan dana cadangan pendidikan dari kas negara ke satuan kerja BLU itu dilakukan dari rekening kas umum negara dan ditampung dalam rekening dana endowment fund pada satuan kerja BLU. Atau, pencairan dari rekening kas umum negara ditampung dalam rekening dana cadangan pendidikan pada satuan kerja BLU.

Jumat, 14 Januari 2011

Membantu Anak Belajar Matematika...

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang tua merasa sulit mengajari anak-anak mereka belajar matematika. Entah karena merasa tidak bisa atau sudah keburu alergi dengan mata pelajaran yang satu ini, orang tua, terutama ibu, lebih memilih anak-anaknya belajar matematika seutuhnya melalui kursus atau les dan juga menekankan mengerjakan pekerjaan

rumah lebih banyak lagi. Padahal, ibu bisa mencoba melatih kemampuan matematika anak melalui pengalaman kehidupan sehari-hari.

Head of Student and Alumni Affairs Sampoerna School of Education (SSE) Sulandjari Rajardjo mengatakan kehidupan ibu sehari-hari tak lepas dari matematika, contohnya ketika belanja atau bahkan ketika membuat suatu masakan dan kue. Ibu bisa mencoba melatih daya matematika anaknya melalui kegiatan sehari-hari ini. "Ya harus mulai dilatih terus-menerus," ungkapnya kepada Kompas.com, Sabtu (23/10/2010).

Salah satu guru matematika dari SDK Penabur 6 kelapa Gading Tinneke juga mengatakan matematika sudah cukup rumit, namun jangan ditambah rumit dengan metode belajar yang membosankan. Oleh karena itu, di sekolah, Tinneke juga memasukkan cerita kehidupan sehari-hari dalam mengajar matematika. "Kita juga pake cerita yang lucu-lucu supaya anak-anak itu tertarik. Misalnya saya cerita 'anak-anak, tadi ada tetangga ibu yang minta ini, minta segini, tapi ibu punyanya segini'. Jadi mereka ikut antusias pada apa yang terjadi."

"Trus kita minta, tolong bantu ibu hitung ini ya, jadi mereka tertarik. Sesuai konteks. Ajak dulu mereka memberikan gelombang supaya mereka tertarik dan ngikut guru untuk masuk ke materi," ungkap guru yang membawa dua timnya ini dalam Competition of Mathematics (Comath) 2010 yang digelar STKIP Kebangkitan Nasional SSE.

Baik Sulandjari maupun Tinneke menekankan pola asuh dan pola didik sebagai salah satu faktor penting untuk melatih kemampuan matematika seorang anak. Pasalnya, anak yang terbiasa dilatih, akan memiliki kemampuan yang makin baik pula. Di sekolah belajar, di rumah dilatih pula dengan cara yang sangat menarik, tentu anak-anak tak akan pernah merasakan lagi betapa menakutkannya matematika...

Selasa, 11 Januari 2011

Pelajar Harus Fokus ke UN, Bukan Pilkada


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta meminta pelajar yang menjadi pemilih pemula pada Pemilu kepala daerah kota tersebut agar tetap fokus pada persiapan ujian nasional (UN) dan bukan terbawa arus pada pelaksanaan Pilkada.

"Kami telah meminta kepala sekolah untuk tetap mengkondisikan hak politik siswa, tetapi siswa tetap diminta untuk konsentrasi pada persiapan ujian nasional," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Senin (10/1/2011).

Menurut dia, suasana politik di Kota Yogyakarta akan mulai memanas sekitar April atau bersamaan dengan pelaksanaan UN, khususnya untuk jenjang sekolah menengah atas (SM)/sederajat yang akan digelar pada 18-21 April 2011 mendatang."Siswa di kelas XII diminta tetap konsentrasi menghadapi UN," kata Edy. Pada UN 2011, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memasang target adanya peningkatan jumlah kelulusan meskipun tidak akan bisa mencapai kelulusan 100 persen.

"Banyak variabel yang mempengaruhi tingkat kelulusan, misalnya jumlah sekolah, kondisi siswa dan tentunya kondisi lingkungan, termasuk politik yang tengah terjadi di Kota Yogyakarta," katanya.

Selain meminta siswa melalui masing-masing kepala sekolah untuk tetap menjaga konsentrasi belajar, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga akan menggelar sejumlah persiapan seperti pendalaman materi soal. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY juga berencana menggelar tiga kali pendalaman materi serta masing-masing sekolah juga akan melakukan pendalaman materi.

"Bahkan, di sejumlah sekolah, juga telah melakukan tes untuk penjajagan nilai ujian nasional," kata Edy.

Minggu, 09 Januari 2011

80 Persen Anak Indonesia Berpikiran Negatif

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei Pusat Inteligensia Kesehatan Kementerian Kesehatan menyatakan, mayoritas anak Indonesia berpikiran negatif yang dikategorikan sebagai pola pikir tidak sehat.
"Sebanyak 80 persen dari 3.000 responden menggambarkan cara berpikir negatif atau mental block. Ini adalah bentuk kegagalan pertumbuhan otak dari kecil," kata Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Inteligensia Anak Kemenkes Gunawan Bam seusai temu media di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat kemarin.

Pusat Inteligensia Kesehatan melakukan survei terhadap anak sekolah, dari tingkat SD hingga SMA, untuk mengetahui kondisi perkembangan otak anak Indonesia.

Kondisi pikiran yang serba negatif itu, ujar Gunawan, sebagai salah satu akibat dari "keracunan otak" akibat ulah orangtuanya. "Kondisi yang tidak kondusif. Orangtua pemarah bisa berpengaruh langsung ke kondisi kesehatan otak anak," katanya.

Ia mencontohkan, jika orangtua berbohong atau marah kepada anak, hal itu dapat menyebabkan otak anak menjadi menyusut. Kondisi semacam itu, jika diteruskan, akan mencegah terjadinya pertumbuhan otak normal.

"Ini adalah bentuk kegagalan dari kecil. Sama seperti anak tidak matang dalam merasa, meraba, melihat," ujar Gunawan.

Namun, ia mengatakan, hal itu bukannya tidak dapat diperbaiki. Beberapa perbaikan sensomotorik dapat dilakukan untuk kembali meningkatkan kesehatan dan perkembangan otak.

Kemenkes juga akan melakukan brain assessment kepada pegawai pemerintahan bekerja sama dengan Kementerian Aparatur Negara.

"Mudah-mudahan tahun ini akan kita mulai. Paling tidak akan kita awali tahun ini," kata Kepala Pusat Inteligensia Kesehatan Kemenkes dr Kemas M Akib Aman, SpR, MARS.

Tiga instrumen yang diamati dalam brain assessment itu adalah neuro-behaviour, psikologi dan psikiatri.

Metode yang dikembangkan Pusat Inteligensia Kesehatan ini telah divalidasi pada sejumlah responden di sembilan provinsi, yaitu Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Maluku, dan Nusa Tenggara Barat.

Sabtu, 08 Januari 2011

Inovasi Teknologi, Indonesia Ranking 36

JAKARTA, KOMPAS.com — International Workshop on Digital Imaging (Iwait) 2011 dibuka pada Jumat (7/1/2011) ini di Hotel Santika Premiere, Jakarta. Hadir dalam pembukaan acara tersebut Menristek Suharna Surapranata serta ketua penyelenggara, Dr PM Winarno.
Dalam sambutannya, Suharna mengungkapkan pentingnya acara pertemuan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan teknologi dan inovasi, serta mengungkapkan peluang digelarnya acara ini. Ia menyinggung posisi Indonesia dalam bidang inovasi yang kini meningkat dari posisi 47 tahun 2008 ke posisi 36 pada 2010.

"Peluang utama kita adalah memiliki networking dengan peneliti di bidang imaging ini di luar negeri. Nantinya mungkin bisa ditindaklanjuti dengan joint research atau kegiatan lainnya," ujar Winarno.

Menurutnya, potensi Indonesia dalam bidang teknologi citra termasuk tinggi. Hal tersebut terbukti dari hasil magang atau penelitian mahasiswa Indonesia di luar negeri.

"Banyak profesor di luar negeri mengacungi jempol pada mahasiswa Indonesia," katanya.

Adapun Iwait 2011 diselenggarakan berkat peran serta Universitas Media Nusantara (UMN). Workshop tersebut diikuti oleh 150 peserta. Sayangnya, hanya 10-12 peserta saja yang berasal dari Indonesia. Jumlah keseluruhan paper yang dipresentasikan mencapai 160, dan 15 di antaranya berkaitan dengan 3DTV (Free Point TV).

Jumat, 07 Januari 2011

Matematika dan Guru yang Membosankan

SOLO, KOMPAS.com — Sistem pembelajaran Matematika di sekolah menengah pertama (SMP) sampai saat ini dinilai cenderung text book oriented. Matematika kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan belum sesuai dengan harapan masyarakat."Pembelajaran sistem ini cenderung abstrak
sehingga konsep akademik sulit dipahami dan hasilnya belum sesuai harapan," kata Prof Sutama di Solo, Kamis (6/1/2011), yang akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Administrasi Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Sabtu (8/1/2011).

Ia mengatakan, kesenjangan lain di lapangan, guru dalam mengajar Matematika kerap kurang memerhatikan kemampuan awal siswa. Guru tidak melakukan pengajaran bermakna dengan metode pengajaran yang kurang variatif dan terkesan membosankan.

"Akibatnya, motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajarnya cenderung menghafal," tegasnya.

Sutama menuturkan, kenyataan tersebut juga didukung data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), yang menyatakan hingga tahun 2009 baru sebanyak 347.300 guru yang memenuhi kompentensi sehingga layak disebut sebagai guru yang profesional. Secara keseluruhan, baru sekitar 13,32 persen guru dari jumlah total guru di semua jenjang (2.607.311) yang dinyatakan kompeten atau profesional.

Lebih lanjut ia mengatakan, hasil kajian PMPTK tahun 2009 (data lulusan sertifikasi kuota tahun 2006/2007 dan 2008) menunjukkan peningkatan kinerja guru yang telah lulus sertifikasi, baik melalui penilaian portofolio maupun PLPG belum signifikan. Namun, secara umum peningkatan kompetensi guru yang lulus sertifikasi melalui PLPG sedikit lebih meningkat dibanding kompetensi guru yang lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.

Kamis, 06 Januari 2011

Pimpinan Sekolah Diminta Cek HP Siswa


SUMENEP, KOMPAS.com - Pimpinan sekolah di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, diminta mengecek telepon genggam (hand phone) milik para siswanya masing-masing untuk mengantisipasi dijadikannya sarana komunikasi tersebut menjadi tempat penyimpanan video mesum. Hal itu terkait peredaran video mesum yang diduga dilakukan oleh pelajar salah satu sekolah menengah atas (SMA) setempat.
Demikian diungkapkan Bupati Sumenep A Busyro Karim, Rabu (5/1/2011) ketika dimintai komentarnya.

"Siapa pun pelakunya di video mesum tersebut, pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa sangat tidak pantas untuk menyimpan video adegan mesum, karena akan meracuni pikiran," papar Busyro.

Ia mengatakan, pimpinan sekolah memiliki kewajiban moral mengawasi penggunaan telepon genggam milik siswanya supaya tidak digunakan untuk menyimpan video mesum. Salah satu cara pengawasan yang dilakukan adalah dengan mengecek langsung telepon genggam tersebut secara mendadak.

"Saat ini tidak mungkin melarang siswa membawa telepon genggam, karena memang merupakan sarana komunikasi. Oleh karena itu, pengawasan yang ketat atas telepon merupakan hal yang paling memungkinkan dan memang harus dilakukan oleh pimpinan sekolah," tegas Busyro.

"Melakukan adegan mesum di luar ikatan pernikahan adalah perbuatan terkutuk. Apalagi, adegan mesum tersebut direkam dan kemudian beredar melalui telepon genggam," ucapnya.

Sebelumnya, video mesum yang diduga dilakukan pelajar (perempuan) salah satu SMA di Sumenep sempat beredar melalui telepon genggam. Dalam rekaman berdurasi enam menit lebih itu, perempuan tersebut terlihat mengenakan seragam sekolah.

Sabtu, 01 Januari 2011

Maaf, Tak Ada Lagi UN Ulang!


JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) 2011, beberapa perubahan mendasar di antaranya tak ada lagi UN ulang. Bagi yang tidak lulus, UN tetap bisa mengikuti ujian paket C untuk siswa SMA.
masuk perguruan tinggi,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Kamis (30/12/2010).

Perubahan lainnya, nilai akhir kelulusan siswa dihitung dengan menggabungkan nilai UN dengan nilai ujian akhir sekolah (UAS). Formulanya, 60 persen untuk bobot nilai UN dan 40 persen nilai UAS.

”Prestasi siswa selama kelas I, II, dan III akan diperhitungkan untuk kelulusan siswa,” kata Nuh.

Melalui pembobotan tersebut, kata Nuh, siswa akan lulus meski nilai UN-nya 4 untuk mata pelajaran tertentu, tetapi hasil UAS harus mendapat nilai minimal 8.

”Sebaiknya nilai ujian nasional yang diraih siswa tidak minimal sehingga nilai ujian sekolah yang harus dicapai siswa tidak terlalu besar untuk meraih kelulusan,” kata Nuh.

Menanggapi perubahan formula UN 2011, Direktur Eksekutif Institute for Education Reform di Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen menilai, pemerintah sebenarnya hanya mengulang format lama dan tak ada perubahan mendasar.

”Ini perubahan ala kadarnya saja karena sejak awal pendirian pemerintah itu UN harus ada,” ujarnya.

Abduhzen menilai, UN bukan satu-satunya cara untuk memetakan mutu pendidikan karena hasil belajar siswa hanya salah satu komponen pengukur. Masih ada komponen lain, seperti kualitas guru dan sarana belajar yang harus ditingkatkan. (LUK)