Sabtu, 29 Januari 2011

Buku Pengayaan Belum Prioritas

JAKARTA, KOMPAS.com — Buku pengayaan sebenarnya bukanlah kebutuhan yang mendesak bagi pendidikan di Tegal saat ini. Dana pendidikan dari pemerintah pusat sesungguhnya lebih dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian rehabilitasi sekolah-sekolah yang rusak atau tidak layak.
"Tetapi, karena sudah ada keputusan dari atas jika dana alokasi khusus atau DAK juga untuk buku pengayaan, ya kami tidak bisa apa-apa," kata Edy Pramono, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (28/1/2011). Edy menanggapi soal beredarnya buku pengayaan tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sejumlah SMP di Tegal.

Menurut Edy, sebenarnya aspirasi tersebut sudah dititipkan juga lewat salah satu anggota Komisi X DPR yang datang ke Tegal saat reses. Daerah meminta supaya diberi kewenangan untuk memanfaatkan DAK sesuai prioritas atau kebutuhan, tetapi tetap dengan pertanggungjawaban.

"Kami sebenarnya butuh rehab sekolah daripada perpustakaan. Tapi karena sudah diputuskan dari atas, ya kami tidak bisa apa-apa," kata Edy.

Edy menjelaskan, penggunaan DAK tahun 2010 sudah ditentukan pemerintah pusat. Dana itu harus dimanfaatkan daerah untuk pembangunan fisik, seperti pembangunan ruangan kelas atau perpustakaan; dan nonfisik, seperti buku-buku pengayaan, referensi, panduan pendidik, serta alat peraga pendidikan.

Terkait pengadaan seri buku SBY di 45 dari 87 SMP di Tegal, Edy mengatakan, pemenang tender CV Mediatama yang mengajukan kepada panitia pelelangan. "Karena kami lihat sudah memenuhi petunjuk teknis DAK 2010, ya panitia menyetujui. Kami lihat buku-buku yang ditawarkan sudah sesuai juknis DAK, termasuk buku SBY. Kami lihat skornya dari cukup, baik, hingga sangat baik," kata Edy.

Edy meminta supaya persoalan buku SBY tersebut tidak ditarik ke arah politis atau pencitraan. Buku itu sudah dinilai layak untuk dipakai sebagai buku pengayaan yang bisa masuk ke perpustakaan sekolah. "Berarti kan, dari sisi ilmu, teladan, karakter ada, serta bisa dibaca siswa dan guru," kata Edy.

Edy menambahkan, buku SBY yang diterima sekolah sebenarnya hanya sebagian kecil dari buku-buku pengayaan. Di SMPN 1 Margasari, misalnya, dikirim buku sebanyak 1.956 eksemplar. Buku SBY ada 10 seri yang masing-masing 20 eksemplar. Di SMPN 2 Pagerbarang, buku SBY hanya empat judul yang masing-masing dua eksemplar, dari total buku yang diterima sebanyak 1.956 eksemplar.

Tidak ada komentar: