Kamis, 30 Juni 2011

Ini Dia 10 Universitas Tertua di Dunia

KOMPAS.com - Minat berburu beasiswa maupun studi ke luar negeri semakin meningkat setiap tahunnya. Sebelum memutuskan akan kuliah di universitas mana, ada baiknya mengetahui sejarah-sejarah universitas yang ada di sejumlah negara tujuan. Berikut ini adalah 10 universitas tertua seperti dikutip dari www.collegestats.org. Siapa tahu, bisa jadi salah satu pilihan!

1. Universitas Al-Karaouine
Universitas ini terletak di Fes, Maroko. Awalnya, universitas ini adalah sebuah masjid yang didirikan pada tahun 859 oleh seorang wanita bernama Fatima al-Fihri. Pada perjalanannya, berkembang menjadi salah satu universitas terkemuka untuk bidang ilmu alam. Kemudian, pada tahun 1957, berkembang dengan dilengkapi bidang ilmu matematika, fisika, kimia, dan bahasa asing. Universitas ini pun mendapat rekor sebagai universitas tertua dari Guinness Book of World Records.

2. Universitas Al Azhar
Universitas Al Azhar berada di Mesir, menempati urutan kedua sebagai universitas tertua yang didirikan pada 970-972. Al Azhar juga berfungsi sebagai pusat sastra dan literatur Islam Arab Sunni. Di universitas ini juga diajarkan berbagai bidang ilmu pengetahuan modern.

3.Universitas Nizamiyya
Universitas ini adalah satu dari sejumlah universitas yang didirikan oleh Khwaja Nizam Al-Mulk pada abad 11 di negara yang saat ini dikenal dengan Iran. Yang paling terkenal dari semua sekolah Nizamiyyah adalah Al-Nizamiyyah di Baghdad, didirikan pada 1065 di Dhu'l Qa'da dan beroperasi di Isfahan.

4. Universitas Bologna
Universitas ini adalah lembaga pendidikan tinggi pertama yang didirikan di belahan dunia Barat pada tahun 1088, di Bologna, Italia. Universitas Bologna termasuk universitas yang berada di peringkat atas hingga masa perang dunia kedua. Pada masa itu, para pemimpin menempatkan universitas untuk menjalin hubungan dengan institusi-institusi di negara yang lebih maju untuk memperkuat filosofi pendidikannya. Hingga saat ini, Universitas Bologna masih dianggap sebagai salah satu universitas yang maju dalam hal sistem pendidikan di Eropa.

5. Universitas Paris
Tidak jelas siapa pendiri universitas ini. Namun, proses belajar mengajar di universitas ini telah berlangsung sejak 1096. Kemudian, terjadi reorganisasi menjadi 13 universitas otonomi pada tahun 1970. Seringkali disebut sebagai Sorbonne setelah College de Sorbonne yang didirikan sekitar tahun 1257. Universitas ini berkembang pada akhir abad 12 di wilayah Katedral Notre Dame sebagai sebuah pusat pembelajaran bidang seni, kedokteran, hukum, dan teologi.

6. Universitas Oxford
Seperti halnya Universitas Paris, kapan tepatnya Universitas Oxford dibangun juga tidak jelas. Secara formal disebutkan dibangun pada tahun 1096. Universitas ini ini berkembang pesat sejak tahun 1167, saat Henry II melarang pelajar Inggris untuk belajar ke Universitas Paris. Universitas Oxford sempat ditutup dua kali. Pertama, pada tahun 1209 dan tahun 1355 karena kerusuahn St Scholastica. Saat ini, universitas berbahasa Inggris tertua ini, memiliki 38 jurusan dengan struktur internalnya masing-masing.

7. Universitas Montpelier
Universitas ini terletak di Montpelier, Prancis. Diyakini, usia universitas ini jauh lebih tua dari tanggal pendiriannya pada tahun 1150.

8. Universitas Cambridge
Universitas Cambridge dikenal sebagai universitas berbahasa Inggris tertua kedua setelah Oxford. Universitas ini dibentuk oleh para sarjana yang meninggalkan Universitas Oxford selama terjadi sengketa tahun 1209. Saat ini, Cambridge termasuk salah satu universitas top di dunia. Hingga tahun 2009, para alumni universitas ini telah memenangkan 85 penghargaan Nobel.

9. Universitas Salamanca
Universitas Salamanca terletak di Salamanca, Spanyol yang didirikan pada 1218 dan memperoleh gelar "universitas" oleh Paus Alexander IV pada tahun 1225. Awalnya, Universitas Salamanca didirikan oleh Raja Alfonso IX Leonese untuk memberikan kesempatan pada masyarakat Leonese untuk belajar, daripada pergi untuk belajar di Castile. Saat ini, Salamanca tetap menjadi universitas pilihan bagi siswa Spanyol yang ingin fokus pada humaniora dan studi bahasa.

10. Universitas Padua
Universitas Padua adalah universitas tertua kedua di Italia setelah Universitas Bologna yang didirikan pada tahun 1222, ketika sekelompok mahasiswa dan profesor meninggalkan Universitas Bologna.

Sumber: www.collegestats.org

Rabu, 29 Juni 2011

Kutemukan Cinta di Antara Cinta-Nya


Sebagai muslimah yang ingin selalu taat, aku sering banyak beristighfar saat tak sengaja memandangnya dengan penuh rasa cinta dan sayang. Dosakah aku? Bahkan secara sadar aku ingin dia memandangiku. Sombongkah aku? Semoga tidak. Tapi sebagai seorang wanita, rasa cintaku hanya bergemuruh di kalbu tak mampu aku ungkapkan. Atau wanita memang diciptakan untuk diam seribu bahasa ketika

segudang cinta tertambat didada?

Semoga Allah memahami kegalauan hatiku ini. Bukankah Allah telah menciptakan laki-laki sebagai pasangan wanita? Jika ya, izinkan aku untuk memilikinya, seseorang yang aku harapkan. Ya Allah. jika dia baik bagiku, sampaikan bisikan hatiku, jika tidak baik bagiku, tolong tenangkanlah hati ini. Doa yang aku pinta kepada-Nya.

***
Waktu malam minggu pukul delapan lebih tiga puluh menit. Ketika aku sedang asyik menulis di depan komputer ternyata handphone-ku berbunyi dengan nada dering "Ketika Cinta Bertasbih" yang dinyanyikan Melly Goeslaw menandakan ada SMS masuk. Tidak seperti biasanya aku terkejut dengan isi pesan itu, dengan jelas nama laki-laki tersebut, lelaki yang tidak aku kenal. Pikirku mungkin salah sambung sehingga aku tidak mempedulikannya.

Selang berapa menit SMS dengan pesan serupa dan dari pengirim yang sama berdering lagi. Akhirnya aku kesal dan langsung mematikan handphone-ku yang berwarna silver dan kusimpan di atas rak buku yang berdekatan dengan meja belajar. Aku pun fokus menulis.

Keesokan paginya pukul empat lebih tiga puluh menit handphone-ku diaktifkan kembali, usai solat subuh dan Al-Matsurat. Setelah itu banyak pesan yang masuk diantaranya nomor handphone laki-laki yang tak jelas itu dengan isi pesan yang membuatku benci.

Kucoba untuk menghubunginya ternyata benar seorang laki-laki yang katanya ingin kenalan. Ia mengaku dapat nomor handphone-ku dari seseorang yang tak mau menyebutkan namanya. Aku benci dengan orang itu sambil memohon ampun untukku dan untuknya kepada Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

***
Sebut saja aku ini Mawar dengan sosok yang penuh semangat dan anggun. Hmm.. jangan bayangin aku yah. Mawar anak yang pendiam namun gampang bergaul dengan siapa saja. Terkadang orang-orang yang disekilingnya penuh dengan tanda tanya terhadap dirinya. Segi penampilan alhamdulillah ia selalu menutup auratnya dengan balutan jilbab yang cukup lebar dan ia paling suka jilbab yang berwarna merah marun bermotifkan bunga-bunga.

Entah kenapa sikapnya yang berubah baik itu mengejutkan banyak orang terutama sahabat dekatnya, Ayu. Sewaktu dulu di SMA ia tidak seperti itu, ia anak yang malas, suka bolos sekolah, suka mementingkan dirinya sendiri dan sempat berpacaran juga. Aku mohon ampun pada-Mu ya Allah.

Pada dasarnya setiap orang pasti pernah berbuat salah. Siapapun orangnya. Apalagi jika saat iman lagi hampa dan kesempatan terbuka lebar dalam kemaksiatan mungkin terjadi. Sekali berbuat akan merasa berdosa, tapi jika dilakukan terus-menerus perasaan dosa itu akan hilang begitu saja tanpa ada rasa takut di adzab oleh-Nya.

Seseorang yang merasa enjoy melakukan dosa bahkan merasa benar apa yang dilakukannya berarti Allah sudah membencinya. Naudzubillah.

***
Alhamdulillahnya hidayah itu pun datang ketika kita sudah niat untuk menjemput hidayah yang Allah berikan kepada kita. Hidayah itu butuh ikhtiar kita, bukan berarti menantinya. Hidayah itu sangat mahal dan sulit untuk ditemukan dan didapatkannya lagi. Maka dari itu Mawar sangat membenci ketika ada pesan SMS yang membuat ia penuh kekhawatiran akan terjebak kembali dalam kemaksiatan seperti dulu.

Memang Maha benar firman Allah yang Maha Pemberi Ampunan namun bukan berarti kita sesuka hati melakukan kesalahan yang sama kemudian bertobat, dan melakukan dosa lagi, lalu tobat lagi, seperti itu lagi. Sebenarnya aku ini ingin menghindari dari hal-hal yang dilarang agama, khususnya zina. Allah SWT. Berfirman: ”Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra:32).

Kalau tidak ada aturan halal dan haram, mungkin sekarang kita sedang menikmati semua kenikmatan duniawi tanpa rasa takut. Benar gak? ” Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup.....”. (QS. Al-Araf:20)

Sudah jelas ayat diatas bahwa syaitan selalu saja menggoda manusia kapanpun ia mau. Seperti kisah Nabi Adam bersama isterinya Hawa, ketika di surga Nabi Adam terbujuk oleh bisikkan syaitan untuk mencicipi buah yang Allah larang, hingga akhirnya Nabi Adam dan Hawa turun dari surga.

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Begitupun dengan cinta, semua orang pasti merasakanya. Cinta ibarat udara yang sangat berarti dalam setiap kehidupan manusia. Cinta itu bagaikan angin yang tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh tapi dapat dirasakan kehadirannya dengan ketenangan dan kenyamanan. Walau hanya menutup mata karena cinta itu hadir dalam hati.

Semua yang kita lakukan pada dasarnya tergantung pada niat. Jangan mengatasnamakan cinta apabila diri kita jadi harus saling merusak. Benar tidak? Cinta itu suci jangan dikotori dengan perbuatan yang bisa mengotori cinta. Cinta yang hakiki adalah cinta pada Allah. Semoga kita tidak menuruti hawa nafsu kita yang ingin merusak hati. Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah disaat waktu yang tepat.

Mencintai, dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah, ceria, kadang merana
Itulah rasa cinta
Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya
Menipu daya dan melenakan
Sadarilah wahai kawan
Cinta adalah karunia-Nya
Bila dijaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma
Jika cinta tak dipelihara

*Cinta pada Allah (The Fikr: Cinta)

Karena itu mari kita semua sama-sama untuk mengisi hari-hari kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah Swt. Dan jika ini terasa berat dan menyiksa, langit dan bumi terasa sempit, dada kita sesak, kita merasa semakin jauh dari Allah, mari saudaraku... bermuhasabah. Mungkin ada nikmat Allah yang kita kufuri, mungkin ada karunia yang kita dustakan, atau mungkin ada ayat-ayat-Nya yang kita permainkan. Astaghfirullahal’adhiim...

Saat kita sendiri maupun bersama
Saat sunyi maupun riuh
Saat tersembunyi maupun teramati manusia
Di pojok kamar yang sempit maupun di lapangan luas
Semua tercatat dan terekam
Lalu bertanyalah kita:
Rekaman itu dipenuhi maksiat atau ta’at?

*(Salim A Fillah: Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim)

Saudaraku memang benar kita tidak boleh berhenti belajar dan terus memperbaiki diri. Karena Allah selalu senantiasa mengawasi kita dari sudut manapun kita berada. Ada pesan SMS yang membuat saya termotivasi dari seorang murobiah: "Beruntunglah orang-orang yang terus memperbarui semangatnya dalam pergantian waktu, menjaga niat tetap dalam kebaikan dan menemukan ALLAH dalam setiap gerak langkahnya. Sungguh hanya cinta-Nya yang membuat kita tetap tegak dikala yang lain terkapar, tetap teguh dikala yang lain rapuh, tetap ISTIQOMAH dikala yang lain lemah. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengingat-Nya dalam berbagai keadaan. Amin Ya Robbal’alamin. "

Saudaraku tetap semangat...

Penulis: Alzena Valdis Rahayu

SMPN 1 Cikini: Silahkan Rapornya Diambil!

JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan antara orang tua murid dan pihak SMP Negeri 1 Cikini masih belum terselesaikan. Pihak sekolah mengaku menyesalkan sikap wali murid yang melakukan pengaduan ke Komisi Nasional Perlindungan Anak.

"Tidak benar jika kami menghambat pengambilan rapor. Enam orang wali murid ini saja yang

mempermasalahkannya. Sebetulnya mereka sudah datang dan melihat hasil rapornya, tapi kemudian tidak diambil," kata Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Cikini, Subarjo saat jumpa pers di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (28/6/2011).

Namun yang terjadi, lanjut Subarjo, justru para wali murid tersebut menyatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan mengambil rapor lantaran belum melunasi iuran masuk sebesar Rp 7.000.000 dan iuran bulanan sebesar Rp 600.000. Padahal, pihak sekolah mengaku telah mengeluarkan surat edaran ke seluruh wali murid terkait pembayaran iuran ini saat mengambil rapor. Surat edaran tersebut dinilai telah diputarbalikkan faktanya oleh keenam wali murid tadi.

Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Cikini, Adi Endjun menyatakan bahwa pihaknya membuka diri bagi keenam wali murid tersebut untuk mengambil rapor. Komite sekolah tidak akan mempermasalahkan terkait pembayaran uang iuran tersebut.

"Silahkan rapor diambil, saya tak akan mempermasalahkan apakah uang tersebut mau dibayar lunas, dicicil atau enggak dibayar. Rapor tetap saya berikan. Memang, satu dari enam wali murid ini tergolong kurang mampu, tapi sisanya secara ekonomi mampu kok. Saya enggak tahu maunya mereka apa. Kalau terbuka, saya sudah terbuka sekali. Kalau mau minta rincian anggaran silakan datang ke saya, saya akan berikan detilnya," kata Adi.

Adi juga memaparkan, jumlah siswa di kelas 7 dan kelas 8 yang sudah mengambil rapor masing-masing sebanyak 155 siswa dan 270 siswa. Dari kelas 7 yang belum mengambil rapor sebanyak sembilan orang, sedangkan di kelas 8 sebanyak empat orang.

"Saya heran, kenapa ada 125 wali murid yang dikatakan tidak mengambil rapor. Padahal, data dari sekolah ini jelas-jelas valid," katanya.

Sebelumnya, masalah berawal dari salah satu orangtua murid, yaitu Widi Wiratmoko, yang menuduh pihak sekolah SMP Negeri 1 Cikini menahan rapor dengan alasan harus melunasi iuran masuk sebesar Rp 7.000.000, serta tunggakan iuran bulanan sebesar Rp 600.000 (Baca: Belum Bayar Sumbangan, Rapor Ditahan).

Selain itu, Widi juga meminta adanya transparansi penggunaan anggaran. Bahkan, ia tidak mau membayar karena selama ini pihak sekolah dinilainya tidak ada transparan dalam pengelolaan dana sekolah.

Selasa, 28 Juni 2011

Ambil STTB Saja, Bayar Rp50.000...

PINRANG, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua siswa SMP Negeri 1 Kabupaten Pinrang mengeluhkan adanya pungutan sebesar Rp50 ribu terhadap siswa yang akan mengambil Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Jika menolak membayar, maka STTB akan "disandera" pihak sekolah. Hal itu diungkapkan salah satu orangtua siswa, Abdul, kepada Kompas.com, Selasa (28/6/2011).

Abdul mengatakan, biaya-biaya pungutan saat masih sekolah saja, sudah menjadi beban bagi orangtua siswa.

"Bayangkan, ngambil STTB saja, kami harus bayar. Padahal yang kami tahu, tidak ada pungutan untuk STTB. Jumlahnya mungkin bagi pihak sekolah itu sedikit, tapi bagi kami berat. Apalagi kami butuh biaya lebih untuk melanjutkan sekolah anak kami," keluh Abdul.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pinrang H Mustakin yang berusaha di konfirmasi terkait hal tersebut, tengah berada di Bali mengikuti pelatihan. Namun, salah seorang guru, yang juga panitia penerimaan siswa baru di sekolah tersebut, Latif, mengatakan bahwa pembebanan biaya STTB yang dibebankan ke seluruh siswa yang lulus. Menurutnya, biaya yang dikenakan Rp40 ribu, bukan Rp50 ribu seperti disebutkan pihak orangtua.

Latif juga membantah jika biaya tersebut dikategorikan sebagai pungutan. Ia mengatakan, biaya tersebut untuk mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses penerbitan STTB siswa.

"Bukan pungutan itu. Itu biaya pengganti ATK (alat tulis kantor), seperti fotokopi, amplop untuk STTB siswa dan lainnya. Tapi kami tidak banyak tahu soal itu. Nanti Kepala Sekolah datang, baru ditanyakan langsung ke Beliau," tandasnya.

Senin, 27 Juni 2011

ICW: SPJ Dana BOS Itu Informasi Publik

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Febri Hendri mempertanyakan pernyataan Kepala SMP 28 Jakarta Hasdullah yang menyatakan bahwa pihaknya tak akan memberikan surat pertanggungjawaban dan kuitansi dana bantuan operasional sekolah kepada Indonesia Corruption Watch. Hasdullah beralasan, dokumen itu bersifat

dan ICW tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksanya. Pernyataan itu disampaikan Hasdullah seusai diperiksa Ombudsman, Selasa lalu, terkait tidak dijalankannya putusan Komisi Informasi Pusat yang memerintahkan penyerahan salinan dokumen berupa SPJ dan kuitansi dana BOS kepada ICW.

"ICW (Indonesia Corruption Watch) meminta informasi publik berupa salinan SPJ (surat pertanggungjawaban) dan kuitansi didasarkan pada laporan masyarakat yang menyatakan bahwa 5 SMP induk tidak menggunakan seluruh dana BOS (bantuan operasional sekolah) untuk kepentingan 5 TKBM (Tempat Kegiatan Belajar Mandiri). Sebagian besar dana BOS untuk murid miskin tersebut ternyata digunakan diluar kepentingan sekolah TKBM," ujar Febri dalam pernyataannya kepada Kompas.com, Rabu (22/6/2011).

Menurut Febri, laporan masyarakat itu juga diperkuat dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jakarta yang menemukan Rp 500 juta dari total Rp 5 miliar dana BOS tahun 2007-2009 tidak dibelanjakan oleh 5 SMP induk tersebut untuk kepentingan TKBM. Hal ini, menurut dia, jelas bertentangan dengan juknis (petunjuk teknis) penggunaan dana BOS yang menyatakan bahwa seluruh dana BOS TKBM dilarang digunakan untuk kepentingan sekolah induk.

"Seluruh dana BOS wajib digunakan untuk kepentingan belajar mengajar murid miskin di masing-masing TKBM," katanya.

Kenyataannya, berdasarkan keterangan pengelola TKBM yang diperoleh ICW, mereka tidak mengetahui bahwa sekolah mereka mendapatkan dana BOS dari pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan perhitungan pengelola TKBM, jumlah dana BOS yang diterima jauh lebih rendah daripada perhitungan BPK Perwakilan Jakarta.

"Terkait dengan masalah ini, ICW bersama dengan pengelola TKBM ingin mengetahui penggunaan dana BOS hak murid miskin diluar kepentingan TKBM. Informasi ini penting dan tidak pernah disampaikan sepenuhnya oleh pihak SMP induk. Oleh karena itu, hanya salinan SPJ dan kuitansilah yang bisa menjawab keingintahuan ICW dan pengelola TKBM," papar Febri.

Oleh karena itu, lanjutnya, ICW mengimbau kepala dinas pendidikan DKI Jakarta dan 5 kepala SMP agar segera menyerahkan SPJ dan kuitansi dana BOS tersebut. "Mereka harus patuh pada hukum terutama pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik," tutur Febri.

Pekan lalu, ICW melaporkan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan 5 kepala SMP dengan dugaan maladministrasi atas tidak dilaksanakannya putusan KIP. Ombudsman menindaklanjuti laporan tersebut dengan meminta keterangan 5 kepala SMP pada Selasa lalu. Lima kepala SMP tersebut adalah kepala SMPN 190, SMPN 95, SMPN 84, SMPN 67, dan SMPN 28. Adapun Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi akan diperiksa pada Juli mendatang.

Rabu, 22 Juni 2011

PRT Indonesia Lulus Kuliah di Malaysia


KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Kisah sukses datang dari seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia, Sarmini Muhyadi (28), yang berhasil menamatkan kuliahnya di Universiti Terbuka Malaysia (OUM). Ia menjalani wisuda diploma bidang manajemen pada Senin (20/6/2011) kemarin. Tak hanya Sarmini yang bersuka. Majikannya, Tan Choo Tang (56) dan istrinya, Wee Phooi Khuan (47), yang telah membiayai pendidikannya, juga memancarkan raut bahagia. Tepukan bergemuruh dilayangkan untuk Sarmini, saat dia menerima tanda kelulusan.

Sarmini telah bekerja di keluarga Tan Choo Tang sejak tujuh tahun lalu. Tan adalah seorang dosen yang mengajar di sebuah universitas swasta di Malaysia. Ia membujuk dan memberikan bantuan dana serta kesempatan kepada Sarmini untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Hasil yang didapatkan Sarmini pun cukup memuaskan. Meski belajar sambil bekerja sebagai pekerja rumah tangga, Sarmini berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,39.

"Ketika nama Sarmini diumumkan, dia menerima tepukan paling gemuruh dan membuat kami sangat bangga dan terharu dengan keberhasilannya hari ini," kata Tan seperti dikutip www.bernama.com.

Tan mengungkapkan, keberhasilan Sarmini menuntaskan pendidikannya adalah langkah awal untuk mewujudkan cita-cita warga asal Banyumas, Jawa Tengah, itu untuk menjadi seorang guru. Ia berharap Sarmini bisa mencapai kesuksesan yang lebih tinggi. Tan menambahkankan, ia juga telah menyampaikan keinginan Sarmini untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke OUM dengan tujuan agar mendapatkan bantuan biaya pendidikan. Ia meyakini, kehidupan Sarmini akan berubah.

Sarmini sendiri berencana pulang ke Tanah Air pada 3 Juli. Ia menyatakan, rasa utang budi kepada majikannya yang telah membantu mewujudkan impiannya meraih pendidikan yang lebih tinggi.

Selasa, 21 Juni 2011

PPDB Bermasalah? Adukan di Posko Ini!

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pendidikan membuka posko pengaduan terkait proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2011/2012. Posko dibuka di 12 provinsi, dengan pertimbangan banyaknya masalah yang dihadapi orangtua saat mendaftarkan anaknya di sekolah baru. Posko ini akan menjadi sumber informasi dan pos pengaduan bagi orangtua siswa.

Selain itu, posko pengaduan ini juga akan memberikan bantuan advokasi pada orangtua siswa yang menghadapi kesulitan memasukkan anaknya ke sekolah yang diinginkan. Posko tersebut berada di Kantor Aliansi Orangtua Peduli Pendidikan (APPI) sekaligus Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) di Jalan Kalibata Timur IV D No.6 Jakarta Selatan atau menghubungi Jumono melalui saluran telepon di (021) 70791221.

Masyarakat juga dapat menghubungi Education Care (E-Care) dengan nomor telepon (021) 70623749, Garut Governance Watch (GGW) di (0262) 237323, MaTA Aceh di (0654) 43605, Koalisi Mahasiswa dan Rakyat Tasikmalaya di 081383690032 (Jamal), Lembaga Pendidikan Rakyat Antikorupsi (Perak Institute) Makassar di (0411) 453058, Gabungan Solidaritas Antikorupsi (GaSAK) Banda Aceh di 085261785854, dan Kantor Pattiro Semarang di (024) 8441357 dan 082134857927.

Senin, 20 Juni 2011

Siswa Gadel II Lulus 100 Persen, Alif Terbaik

SURABAYA, KOMPAS.com - Hasil akhir ujian nasional tingkat SD yang dirilis Dinas Pendidikan Provinsi Jatim menyebutkan, seluruh siswa kelas 6 SD Negeri Gadel II Surabaya dinyatakan lulus. Dari 60 siswa kelas 6 peserta ujian itu, Alif, putra Ny Siami memeroleh nilai rata-rata tertinggi, yakni 9,1. Dalam rekap nilai hasil UN SD Negeri Gadel II Surabaya, Alifa Ahmad Maulana dengan nomor peserta ujian 1-11-05-01-528-041-8 menduduki ranking pertama dengan nilai rata-rata yakni 9,1.

Tiga mata pelajaran yang diujikan, masing-masing nilainya, Bahasa Indonesia Nilai Ujian Nasioanal (UN) 9,60, Nilai Sekolah (NS) 8,75, dan Nilai Akhir (NA) 9,3. Untuk pelajaran Matematika, UN 8,50, NS 8,83, dan NA 8,6. Sementara, untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), nilai UN 9,75, NS 8,88, NA 9,4.

Melihat perolehan nilai yang beragam oleh masing-masing siswa di kelas itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Harun menegaskan tidak ada praktik sontek massal di SDN Gadel II Surabaya seperti diberitakan.

'Rekap nilai ini adalah bukti otentik bahwa tidak ada sontekan massal di situ seperti juga yang ditegaskan Mendiknas kemarin,' katanya Jumat (17/6/2011).

Dalam kontroversi kasus sontekan massal, Alif merupakan siswa yang diminta oleh guru di SDN Gadel II untuk memberikan jawaban kepada siswa lainnya karena dinilai memiliki kemampuan di atas rata-rata teman sekelasnya. Dalam kasus ini, 3 guru termasuk kepala SDN Gadel II diberi sanksi administrasi diantaranya berupa pencabutan jabatan fungsional mengajar, hingga pemindahan tempat tugas di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Rabu, 15 Juni 2011

Kronologi "Nyontek" Massal di SD Pesanggrahan


JAKARTA, KOMPAS.com — Dugaan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) 2011 tak hanya terjadi di Surabaya. Beberapa hari ini, publik dikagetkan dengan pengakuan Siami, ibunda siswa SD II Gadel, Tandes, Surabaya, yang mengungkapkan bahwa anaknya dipaksa untuk memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian.

Di Jakarta, dugaan yang sama juga dilaporkan terjadi. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menerima laporan dari orangtua siswa SD 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, yang dihubungi Kompas.com, Rabu (15/6/2011), mengungkapkan kronologi terjadinya "nyontek" massal itu.

"Dua hari sebelum UN, sekitar pertengahan Mei, anak peserta UN di SD 06 Petang Pesanggrahan dikumpulkan oleh guru untuk membuat sebuah deklarasi dan kesepakatan tertulis membagikan jawaban," kata Arist.

Ia menjelaskan, siswa yang dikumpulkan adalah mereka yang ranking 1 sampai dengan ranking 10 dan dibagi ke dalam beberapa kelompok. "Anak-anak itu bertanggung jawab memberikan jawaban kepada siswa lain yang rankingnya di bawah mereka. Aksi ini sebenarnya diorganisir dan diketahui oleh kepala sekolah karena memberikan kesepakatan tertulis," ujarnya.

Saat hari pertama UN, menurut laporan yang diterima Komnas PA, kecurangan itu berlangsung. Namun dalam perjalanan pulang, MAP (salah seorang siswa SD 06 Petang Pesanggrahan) yang sehari-hari diantar jemput oleh orangtuanya mengalami sesak napas. Ketika ditanya oleh orangtuanya, Irma, MAP tidak bersedia menceritakan kepada ibunya tentang apa yang terjadi dan membuatnya sampai sesak napas.

"Aku enggak bisa cerita karena ada kesepakatan tertulis untuk tidak menceritakan apa yang terjadi. Itulah yang dikatakan MAP kepada ibunya dalam perjalanan pulang dari sekolah," kata Arist.

Sang ibu, lanjut Arist, kemudian menanyakan apa yang menimpa anaknya kepada pihak sekolah. Saat itu, Irma tidak mendapatkan penjelasan apa-apa dari sekolah. Pada hari kedua pelaksanaan UN, MAP sepakat untuk tidak memberikan jawaban kepada siapa pun. Atas tindakannya ini, MAP mendapatkan ancaman dari teman-temannya.

"MAP diancam oleh teman-temannya mengapa tidak memberikan jawaban. Ia pun ketakutan, kemudian ia bercerita dan mengadukan tentang apa yang terjadi kepada ibunya. Saat itu juga, Irma mengonfirmasikannya ke sekolah, namun kepala sekolah menyangkalnya," katanya.

Hingga memasuki hari ketiga pelaksanaan ujian, sambung Arist, ada guru yang mengakui adanya kecurangan massal saat UN. Guru itu juga mengaku ikut mengirimkan kunci jawaban melalui pesan singkat (SMS).

"Tanggal 16 Mei, Irma mengadukan peristiwa tersebut ke KPA. Saat itu sebenarnya kami juga memanggil guru, kepala sekolah, dan kepala suku dinas (kasudin) Jakarta Selatan. Tetapi mereka tidak hadir," papar Arist.

Arist menambahkan, Irma tidak rela anaknya terintimidasi. Oleh karena itu, ia rela melakukan apa saja untuk mendapatkan data, termasuk merekam pelaksanaan UN di sekolah tersebut melalui handy camera. "Sebenarnya guru sudah meminta maaf dan mengakui adanya kecurangan saat UN. Kecurangan itu memang benar-benar ada. Guru sebagai eksekutor. Namun, ketika Irma menanyakan hal tersebut kepada Kasudin Jakarta Selatan, Irma diminta untuk tutup mulut," ujarnya.

Pada Selasa kemarin, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Agus Suradika mengatakan, pihaknya menjadwalkan pemanggilan terhadap anak dan orangtua murid SD 06 Petang Pesanggarahan, dalam waktu dekat guna menjelaskan masalah yang terjadi.

"Untuk tanggalnya masih belum bisa dipastikan. Tapi kami sudah meminta agar Komnas Anak beserta orangtua dapat bertemu Gubernur. Rencananya mungkin pekan ini atau pekan depan," ujar Agus, ketika dihubungi wartawan, Selasa (14/6/2011).

Menurut dia, jika memang ada miskomunikasi terkait masalah ini agar bisa diperbaiki. Namun, jika ternyata memang ada pelanggaran, akan dilakukan penindakan terhadap pelanggar.

Bocah Kerdil: Usia 10 Tahun, Berat 7 Kg


POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Ega, bocah berusia 10 tahun ini, hanya bisa duduk dan berbaring di tempat tidur atau di ayunannya. Badan bocah sulung dari dua bersaudara, pasangan Murniati-Sudarmin, ini tampak kerempeng, dengan berat badan tak lebih dari 7 kilogram.

Keluarga sang bocah bingung dan tak tahu tentang penyakit yang sedang mendera anaknya. Orangtua Ega yang berprofesi sebagai tukang becak dan buruh bangunan tentu tak sanggup membawanya ke dokter ahli.

Murniati pernah memeriksakan anaknya pada sebuah pengobatan gratis di Polewali, tetapi dia malah makin bingung saat dokter menanyakan sakit apa yang dialami Ega. "Saya periksakan anak di pengobatan gratis, saya jadi tambah bingung (karena) ditanya dokter anak saya sakit apa?" ujar Murniati.

Dari hari ke hari, badan Ega bukan bertambah besar, tetapi tampak semakin mengecil. Kondisi ini diperparah akibat kondisi Ega yang tidak memiliki nafsu makan. Tak jarang, dalam sehari ia hanya mengonsumsi teh hangat.

Sejumlah tetangga menyarankan Murniati dan Sudarmin membawa Ega ke dokter ahli untuk mempercepat kesembuhannya. Namun, hal itu sulit dilakukan lantaran alasan biaya. "Jangankan memeriksakan ke dokter ahli, biaya hidup untuk membeli beras saja kadang harus mengutang," kata Murniati.

Pendapatan Sudarmin sebagai tukang becak dan buruh bangunan yang tidak menentu jauh dari cukup untuk membiayai keperluan hidup rumah tangganya. Bahkan, keluarga Murniati yang sebelumnya berpindah-pindah kontrakan kini menumpang di rumah mertuanya lantaran tak sanggup membayar sewa kontrakan.

Seperti ibu hamil lainnya, Murniati tak merasakan tanda-tanda kelainan fisik saat mengandung Ega. Bayi Ega lahir normal dengan berat hanya 1,2 kilogram. Kini, meski sedih melihat kondisi anaknya, Murniati dan Sudarmin mengaku hanya pasrah melihat kondisi anaknya.

Kamis Subuh, Bulan Purnama Warna Merah


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada saat gerhana Bulan total yang terjadi Kamis (16/6/2011) dini hari, Bulan tidak akan hilang dari pandangan. Bahkan, jika cuaca cerah, Bulan akan berwarna merah. Fenomena yang indah untuk dinikmati.

Teorinya, selama gerhana total, Bulan tidak tampak karena sinar matahari, yang diblok Bumi, tidak mencapai Bulan. Kenyataannya, Bulan tetap tampak, tetapi berwarna merah. Itu karena Bulan tetap terkena cahaya Matahari. Cahaya tersebut bukan cahaya langsung, melainkan cahaya yang dipantulkan atmosfer Bumi dan tetap mencapai Bulan.

Debu dan gas pada atmosfer menyaring gelombang warna biru dari sinar Matahari. Cahaya yang lewat hanya berwarna merah. Karena itulah Bulan berwarna merah. "Warna Bulan saat gerhana sangat tergantung pada kondisi atmosfer," kata Ben Burress, astronom dari Chabot Space & Science Center in Oakland, California.

Saturasi warna merah juga tergantung pada ketinggian Bulan. "Saat Bulan lebih rendah, semakin banyak ia terkena cahaya yang dipantulkan atmosfer. Warnanya semakin merah," Burress menjelaskan.

Burress memberikan tips untuk para pengamat, "Menjauh dari kota yang berpolusi cahaya. Cari tempat tanpa pohon atau rumah yang menghalangi pandangan. Selamat menikmati." Dan yang pasti berdoalah agar cuaca cerah sehingga tidak ada awan yang menutupi Bulan.

Gerhana Bulan total dapat diamati dari sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena tersebut akan berlangsung mulai pukul 00.25 WIB dan berakhir pada 05.59 WIB. Gerhana totalnya akan berlangsung pada pukul 02.22 WIB hingga pukul 04.02. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Selasa, 14 Juni 2011

"Jemur" Siswa, Kepsek Dilaporkan Orangtua

LAMPUNG, KOMPAS.com — Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Waykanan, Lampung, akan memanggil Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Gununglabuhan terkait laporan orangtua siswa yang menyatakan anaknya dijemur di halaman sekolah saat mengikuti ujian semester genap awal Juni 2011 karena lupa membawa nomor peserta ujian. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Waykanan, Gino Vanollie, mengatakan, pihaknya menyayangkan tindakan tersebut.

"Kami baru tahu mengenai hal itu dan sungguh menyayangkan tindakan tersebut. Apa pun alasannya, kami akan memanggil kepala sekolah tersebut," tegas Gino, didampingi Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Khambali, Selasa (14/6/2011), di Blambanganumpu, Waykanan.

Berdasarkan pernyataan Darwis (40), warga Kampung dan Kecamatan Gununglabuhan, anaknya, yakni Firman, dijemur bersama beberapa siswa lain akibat lupa membawa nomor peserta ujian semester genap di sekolah itu. Ujian berlangsung 6 Juni-9 Juni 2011. Menurut dia, ada sekitar 11 siswa yang dijemur.

"Ada sekitar sebelas orang yang dijemur, namun yang permanen mendapat hukuman tersebut anak saya, Firman, dan dua rekannya, yaitu Salma dan Ruli, karena belum membayar biaya praktikum komputer sebesar Rp 85 ribu," terang Darwis.

Ia menilai, hukuman tersebut tidak bijaksana dan terkesan tidak adil lantaran yang dihukum permanen adalah siswa yang belum melunasi administrasi, bukan yang lupa membawa nomor peserta ujian saja. "Saya mendapat laporan itu dari anak saya, besoknya saya datang, beberapa siswa jongkok di halaman sekolah," kata dia.

Darwis mengaku merekam aktivitas yang dilihatnya melalui kamera ponsel. Perihal biaya praktikum, katanya, hal tersebut diputuskan melalui rapat komite terbatas dan sampai saat ini ia mengaku belum dipanggil mengenai adanya kebijakan tersebut.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Gununglabuhan, Lijarwan, menyatakan, tindakan tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan panitia ujian semester genap di sekolahnya. "Kami berharap siswa didik kami menjadi lebih disiplin dengan hukuman tersebut," ujar Lijarwan.

Minggu, 12 Juni 2011

Ijazah Menara Ditahan Pihak Sekolah

MALANG, KOMPAS.com — Siswa SMA Negeri 7 Kota Malang, Jawa Timur, Menara Pangestu Ningati, mendatangi sekolahnya di kawasan Cengger Ayam, Jumat (10/6/2011), bersama orangtuanya, Nanang (41). Kedatangan Menara dan orangtuanya untuk meminta ijazah yang ditahan pihak sekolah. Ijazah Menara ditahan karena dia tidak mau membayar uang perpisahan yang diadakan sekolah sebesar Rp 150.000.

"Pihak sekolah menahan ijazah anak saya karena anak saya tak membayar uang untuk perpisahan senilai Rp 150.000. Saya memang tidak memperbolehkan anak saya membayar uang perpisahan itu," kata Nanang kepada wartawan.

Warga Klojen, Kota Malang, ini mengungkapkan, beberapa pekan lalu, tepatnya sebelum pengumuman kelulusan, dia mengetahui informasi bahwa Dinas Pendidikan Kota Malang melarang pihak sekolah meminta uang untuk biaya perpisahan atau wisuda kepada muridnya.

"Ternyata, pihak Siswa SMA Negeri 7 ini masih meminta uang perpisahan kepada siswanya. Itu jelas pelanggaran. Dinas Pendidikan harus tegas, bahkan harus memberi sanksi kepada Kepala SMAN 7," kata Nanang.

Ia mengungkapkan, penahanan ijazah mengakibatkan Menara tak bisa mengikuti seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), yang sudah dilaksanakan beberapa pekan lalu. "Mau ikut tes SNMPTN itu memang tak harus memakai ijazah, cukup dengan surat keterangan lulus dari sekolah. Namun, anak saya itu juga tidak mendapat surat keterangan lulus dari pihak sekolah," katanya.

Saat dikonfirmasi, Kepala SMAN 7 Asri Widiapsari membantah bahwa ijazah siswanya ditahan akibat tak membayar uang perpisahan. Menurutnya, hal itu terjadi karena Menara tidak tertib administrasi.

"Saya luruskan persoalannya. Menara itu memang belum mengambil ijazahnya dan memang belum melakukan (cap) tiga jari. Bahkan, siswa (Menara) juga tidak pernah tertib administrasi sehingga ijazahnya masih berada di sekolah," kata Asri.

Menurutnya, kesimpangsiuran ini disebabkan Menara tak memberi tahu kepada orangtuanya atas apa yang terjadi di sekolah. Selain itu, tidak ada komunikasi antara Menara-orangtuanya dan pihak sekolah. Pihak sekolah, kata Asri, tak akan mempersulit siswanya dalam berbagai hal, terutama mengenai penyerahan ijazah.

"Bahkan, pihak sekolah akan membantu para siswa jika mengalami masalah dalam proses belajar-mengajar. Kami akan membantu apa pun masalah yang dihadapi siswa kami, terutama bagi siswa dari keluarga miskin atau kurang mampu. Jadi, tidak benar kalau sekolah dikatakan menahan ijazah Menara," ujar Asri.

Upaya Nanang untuk memperoleh ijazah tersebut tak sia-sia. Setelah bertemu Kepala Sekolah, Menara melakukan cap tiga jari dan membawa pulang ijazahnya.

Kecurangan Ujian Nasional Sudah Gawat

SURABAYA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Zainuddin Maliki menyatakan, kecurangan yang terjadi pada ujian nasional di semua tingkatan pendidikan sudah sangat gawat. Kecurangan begitu sistematis, melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti tenaga pendidik, penyelenggara pendidikan, dan murid. Hal ini sungguh bertentangan dengan harkat dan martabat pendidikan.

"Kasus murid SD Negeri Gadel II Tandes, Kota Surabaya, yang diprotes dan dikecam karena mengaku disuruh oleh gurunya untuk memberi contekan kepada teman-temannya pada ujian nasional yang lalu adalah fenomena gunung es. Ini kebetulan saja mencuat. Tapi sangat banyak yang tidak terungkap," tutur Zainuddin, Rabu (8/6/2011) di Surabaya.

Murid yang dicontohkan Zainuddin adalah Aam. Orangtuanya mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya karena anaknya tertekan setelah disuruh memberikan contekan kepada teman-temannya. Yang merekayasa justru gurunya sendiri. Proses contekan itu juga melalui try out. Aam tertekan karena pada satu sisi dia diajar untuk berbuat jujur, tetapi oleh gurunya sendiri disuruh tidak jujur.

Langkah Aam ini mendapat protes dan kecaman dari wali murid yang lain dan gurunya. Malah, dia yang dituduh menawarkan jasa contekan dan difitnah meminta bayaran. Tidak sedikit wali murid yang berpendapat bahwa saling mencontek adalah hal biasa, apalagi masih anak kecil.

Menurut Zainuddin, kecurangan pada pelaksanaan ujian nasional itu melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti orangtua, murid, sekolah, dan penyelenggara pendidikan. Murid tak rela kalau tak lulus. Demikian pula sekolah dan orangtua murid, mereka tentu ingin anak atau muridnya gagal. Bagi penyelenggara pendidikan, tingkat kelulusan juga dipakai sebagai ukuran keberhasilan mereka dalam mengelola pendidikan. Oleh karena itu, tidak jarang mereka ikut merekayasa kelulusan.

"Jadi sebenarnya kecurangan itu sudah bersifat sistematis. Sayangnya, pemerintah belum menganggap hal ini sebagai masalah besar. Belum menjadi ancaman harkat dan martabat pendidikan sehingga praktis tidak ada langkah signifikan untuk memperbaiki sistem pendidikan, khususnya pelaksanaan ujian nasional. Padahal, masalah kecurangan itu sudah sangat signifikan," ungkap Zainuddin.

Menurut dia, sudah saatnya pemerintah melakukan evaluasi mendasar terhadap sistem evaluasi nasional. Ia mencontohkan penggunaan sistem kredit semester dan menyelenggarakan ujian nasional dua kali pada tahun ke-11 atau ke-12.

"Lindungi 'Wishtle Blower' SDN 2 Gadel!"

SURABAYA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma, Jumat (10/6/2011), mengajak masyarakat Surabaya melawan kemungkaran dalam Ujian Nasional (UN). Ajakan ini sebagai respon upaya pengusiran siswa SDN 2 Gadel, Al, dan keluarga (Ny S dan Bapak W) dari rumahnya oleh wali murid dan warga kampung lantaran berinisiatif mengungkap kecurangan massal di SDN 2 Gadel Tandes, Surabaya.

"Kita harus melawan kemungkaran dan menegakkan kejujuran. Jangan sampai para wishtle blower justru menjadi korban amuk massa. Kami mengajak seluruh warga Surabaya membela Al dan keluarganya. Ayo semua warga Surabaya membantu bagi masa depan pendidikan Al," tegas Satria di Surabaya.

Menurut Satria, uang itu bisa diserahkan ke sejumlah media di Surabaya untuk kemudian didonasikan bagi kebutuhan pendidikan Al di masa mendatang. Dalam kesempatan ini, IGI sendiri mendonasikan Rp 1.000.000 untuk memulai gerakan ini karena Al memiliki masa depan.

"Harus dilawan kecurangan ini agar kasus pengusiran ini tidak terulang," tegasnya.

Selain masyarakat, Satria juga mengajak para mahasiswa di Surabaya tidak berpangku tangan. Mahasiswa diharapkan bisa cepat bertindak dan menuntut hal yang sama.

"Mereka (mahasiswa) bisa menggerakkan potensinya untuk mencari donasi bagi Al dan menekan pemerintah agar segera melindungi Al dan keluarganya dari ancaman amuk massa," tandasnya.

Sementara itu, Sekjen IGI Mohammad Ihsan meminta masyarakat tidak menghakimi Al dan keluarganya. Seharusnya, lanjut dia, Al dan keluarganya justeru dijadikan sebagai pahlawan kejujuran.

"Mereka yang harusnya kita bela, bukan malah diusir," kata Ihsan.

"Guru dan siswa kita harus berani membuka semua kecurangan ini. Mereka harus bisa menjadi pahlawan seperti Al. Jangan simpan kecurangan UN dan jadikan bukti bahwa Surabaya bisa memelopori kejujuran secara nasional," lanjutnya.

Selasa, 07 Juni 2011

Berpikirlah, Kamulah yang Terbaik!

KOMPAS.com — Apakah kamu siswa yang menyukai Matematika atau pelajar yang andal punya hobi menulis? Atau, apakah kamu merasa diri kamu seorang yang pandai menyusun puzzle?
Beberapa pelajar memang memiliki bakat spesial di beberapa bidang tertentu. Oleh karena itu, mereka akan menikmati saat mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah (PR) untuk bidang-bidang pelajaran tersebut. Semua berjalan lancar.
Masalah datang ketika mereka mulai menghindari tugas pada bidang lainnya. Umumnya, mereka mengakui, hal itu terjadi terutama pada bidang yang tidak familier.
Berita baiknya adalah mereka mestinya tidak perlu menyukai semua pelajaran. Sebagai siswa, kamu hanya harus memilih salah satu yang kamu sukai dan jadilah diri sendiri.
Berpikirlah bahwa kamu yang terbaik pada mata pelajaran tersebut dan wujudkan sebagai inspirasi. Inspirasikan pada hal apa saja, bahkan kamu, misalnya, dapat menciptakan sebuah website atau sejumlah podcasts tentang pelajaran kamu itu.
Saatnya kamu harus menjadi seorang bintang. Ketika kamu ahli dalam suatu bidang tertentu, kamu akan dapat menghimpun kepercayaan diri dan menjadi lebih toleran pada pelajaran lain yang sesungguhnya tak dapat kamu nikmati. Kamu akan mulai berpikir, setidaknya pelajaran lain sebagai faktor pendukung dalam perjalanan karier kamu dalam bidang yang kamu sukai.
Maka, jadilah ahli di sekolahmu dan berperilakulah serius! Kamu harus bisa mengatakan, "Beberapa anak mendapatkan nilai yang bagus karena reputasi mereka. Guru hanya suka kepada mereka, sedangkan saya harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan nilai A."

Gubernur: 60 Persen Guru Kurang Bermutu

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyatakan hasil penelitian sebuah lembaga menyebutkan sekitar 60 persen guru tingkat SMP dan SMA di provinsi itu kurang bermutu.
"Hasil penelitian oleh UNDP di Aceh pada 2007 menyebutkan 40 persen berkualifikasi sebagai guru dan 60 persen di Aceh kurang bermutu," katanya disela-sela wisuda santri Dayah (Ponpes) Jeumala Amal Pidie Jaya di Lhueng Putu, Kamis (2/6/2011).
Karena itu, kata Gubernur Irwandi Yusuf dihadapan ribuan warga yang menghadiri wisuda angkatan XIX santri Dayah Jeumala Amal, mengatakan Pemerintah Aceh terus berupaya memperbaiki mutu pendidikan di provinsi ini ke arah yang lebih baik di masa mendatang.
"Alangkah tragisnya nasib masyarakat Aceh jika kita terus membiarkan mutu pendidikan rendah. Untuk itu, mulai 2007 hingga saat ini fokus pemerintah adalah peningkatan mutu guru dan kualitas pendidikan," katanya menegaskan.
Upaya yang sedang dilakukan Pemerintah Aceh untuk meningkatkan mutu pendidikan, Irwandi menyebutkan melalui program pemberian beasiswa yakni dengan mengirim putra dan putri terbaik belajar ke berbagai perguruan tinggi ternama di dalam negeri dan luar negeri.
"Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kemampuan para guru melalui berbagai pelatihan, dengan harapan akan lahir generasi Aceh berkualitas dari segi ilmu pengetahuan maupun ketaqwaan kepada Allah SWT," katanya.
Oleh karena itu, Gubernur juga mengharapkan para santri khususnya di Dayah Jeumala Amal Pidie Jaya untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai peluang guna meningkatkan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
"Kita tidak boleh menganggap teknologi sebagai tantangan, tapi jadikan IT itu sebagai peluang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan," katanya.
Karena itu, Gubernur mengatakan bahwa Islam tidak takut terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya islam yang melahirkan teknologi, dan jangan sampai orang islam defensif terhadap ilmu pengetahuan dan IT.
"Memang ada efek negatifnya kalau kita tidak mengontrol penggunaan teknologi, maka diperlukan peran orang tua dan guru untuk mengarahkan anak-anaknya dalam penggunaan IT tersebut. Kita perlu membentengi anak dengan adat istiadat dan syariat Islam," kata Irwandi Yusuf.

Ada Gladi Resik Nyontek Massal di UN SD

SURABAYA, KOMPAS.com - Kasus contek massal saat ujian nasional (UN) 2011, tingkat Sekolah Dasar (SD), yang terjadi di SDN Gadel 2, Tandes, Surabaya diduga dilakukan secara sistematis.
"Kami merekomendasikan UN di SDN 2 Gadel tidak perlu diulang agar tidak merugikan murid dan orangtua, tapi kepsek, wali kelas dan guru F perlu mendapatkan sanksi administratif," kata anggota Tim Independen Pemkot Surabaya Prof Daniel M Rosyid di Surabaya, Minggu (5/6/2011).
Menurut dia, AL, siswa pintar di SDN itu yang mengerjakan jawaban soal untuk didistribusikan kepada rekan-rekannya, terpaksa memberikan contekan kepada teman-temannya, karena "perintah" dari oknum guru, bahkan sekolah itu sempat mengadakan "gladi resik" contek massal itu.
"Kami juga menemukan praktik bullying (menghardik) terhadap AL, karena itu kami merekomendasikan keluarga AL dilindungi oleh pihak kepolisian dari intimidasi. Ancaman tersebut berasal dari guru senior dalam hal ini, wali kelas dan sesama temannya," katanya.
Dalam pengakuannya, AL dipaksa memberikan contekan. "Guru saya, Pak F, yang menyuruh saya memberi contekan. Sebelum UN justru dia mengatakan kapan lagi saya bisa membalas budi para guru. Kata Pak F, apa tidak kasihan kalau teman saya tidak lulus," kata Daniel menirukan AL.
"Laporan kecurangan dari keluarga AL kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Surabaya sudah menjadi kewajibannya. Laporan kecurangan ini harusnya direspons secepatnya. Kejujuran dari masyarakat harus dijaga dan jangan sampai ada kesan kalau jujur yang ajur (hancur)," katanya.
Sementara itu, anggota tim independen lainnya, Kresnayana Yahya, mengatakan, ada problem komunikasi dalam kasus mencontek massal tersebut.
"UN yang seharusnya menjadi tolak ukur, justru menciptakan tekanan kepada siswa, sehingga siswa cenderung merasa ketakutan untuk menolak jika diminta oleh guru," katanya.
Namun, Kepala Disdik Surabaya Sahudi belum dapat dikonfirmasi, sedangkan pihak kepolisian mengaku belum ada tindakan penjagaan khusus kepada AL dan keluarganya, karena polisi menilai kasus itu sebaiknya diselesaikan secara internal, bukan pidana.
Untuk menyukseskan praktik mencontek itu, wali kelas AL sempat melakukan tiga kali simulasi, sehingga masing-masing siswa sudah tahu perannya masing-masing dengan Al sebagai pemasok bahan contekan, lalu ada yang menggandakan jawaban contekan dan ada yang mengedarkannya ke kelas lain.

Kamis, 02 Juni 2011

Bali Raih Nilai UN SMP Tertinggi!

JAKARTA, KOMPAS.com - Provinsi Bali berhasil meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi tingkat SMP/MTs. Nilai rata-rata UN SMP/MTs Provinsi Bali mencapai 8,11. Sebelumnya, di tingkat SMA/sederajat, SMAN 1 Denpasar, Bali, menduduki posisi keenam nasional dengan nilai rata-rata 9.34.

Posisi kedua diduduki Sumatera Utara dengan nilai rata UN 8,04 dan ketiga adalah Jawa Timur dengan nilai rata-rata 7,86. Sementara dengan nilai rata-rata 6,71, Provinsi Kalimantan Barat menempati posisi sebagai daerah dengan nilai rata-rata UN terendah.

"Karena itu, rata-rata nasional nilai UN SMP/MTs adalah 7,56," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh kepada wartawan, Rabu (1/6/2011), di Jakarta.

Nuh melanjutkan, ada 744 siswa yang sebenarnya memiliki nilai rata-rata ujian sekolah mencukupi. Namun, karena ada satu atau dua mata pelajaran yang memperoleh nilai di bawah lima kemudian mereka menjadi tidak lulus.

"Siswa lain yang tidak lulus, paling banyak rata-rata nilainya kurang dari lima. Jika ditotal mencapai 19.490," ujarnya.

Tahun ini, dari 3.714.216 siswa SMP/MTs yang mendaftar ujian nasional (UN), hanya 3.660.803 siswa yang mengikuti UN dan sebanyak 3.640.569 atau 99,45 persen yang dinyatakan lulus. Sementara itu, 20.234 siswa SMP/MTS atau 0,55 persen siswa lainnya dinyatakan tidak lulus.

Nilai UN Jateng dan Kalbar Terburuk

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data yang dipaparkan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh, dengan perolehan jumlah 4.823 atau 0,95 persen siswa SMP/MTs yang tidak lulus ujian nasional (UN), tahun ini Provinsi Jawa Tengah sebagai Provinsi dengan jumlah siswa tidak lulus UN terbanyak. Hal itu terjadi karena jumlah siswa yang mengikuti UN di provinsi tersebut terbilang cukup banyak, yaitu mencapai 544.498 peserta.

Sementara itu, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi provinsi dengan persentase tidak lulus UN tertinggi. Tercatat 6,15 persen atau sama dengan 3.722 siswa yang tidak lulus UN 2011 dari 60.518 siswa yang ikut UN. Setelah Kalbar, presentase ketidaklulusan tertinggi ditempati Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang mencapai 3,32 persen atau 657.

Selanjutnya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyusul dengan jumlah ketidaklulusan mencapai 2,61 persen atau sama dengan 1.919 siswa dan disusul kemudian oleh Provinsi Bangka Belitung sebanyak 2,16 persen atau 332 orang, serta Sumatera Barat sebanyak 1,85 persen atau 1.525 siswa.

"Kalau melihat dari jumlah siswa secara nasional, maka provinsi Jawa Tengah paling besar siswa yang tidak lulus UN, yaitu sebanyak 4.823 orang atau 0,95 persen," kata Mendiknas kepada wartawan, Rabu (1/6/2011), di Jakarta.

Untuk tahun 2011 ini ada 20.234 siswa SMP/MTS atau sekitar 0,55 persen siswa tidak lulus UN. Rata-rata siswa yang tidak lulus UN itu memperoleh nilai kurang dari 5.00. Sedangkan siswa yang berhasil lulus sebanyak 3.640.569 siswa atau 99,45 persen dari 3.660.803 siswa SMP/MTs yang mengikuti UN tahun 2011.

Mendiknas mengatakan, tingkat kelulusan UN tahun ini mengalami peningkatan sekitar 0,03 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 99,42 persen.

"Data awal peserta yang akan mengikuti UN berjumlah 3.714.216 siswa. Setelah itu sekolah kita minta untuk memasukkan nilai sekolah, dan ada 36.685 siswa tidak diberikan nilai dengan berbagai macam alasan. Jadi, tinggal 3.677.531 siswa. Dari sini ternyata semuanya tak ikut UN, yang ikut hanya 3.660.803 siswa," jelasnya.

Tahun ini, 20.234 Siswa SMP Tidak Lulus

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini, dari 3.714.216 siswa SMP/MTs yang mendaftar ujian nasional (UN), hanya 3.660.803 siswa yang mengikuti UN dan sebanyak 3.640.569 atau 99,45 persen yang dinyatakan lulus. Sementara itu, 20.234 siswa SMP/MTS atau 0,55 persen siswa lainnya dinyatakan tidak lulus.

Demikian dipaparkan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh di Gedung Kemendiknas, Jakarta, Rabu (1/6/2011). Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional, rata-rata siswa yang tidak lulus UN memperoleh nilai kurang dari 5.00 pada mata pelajaran tertentu. Mendiknas mengatakan, tingkat kelulusan UN tahun ini mengalami peningkatan sekitar 0,03 persen dibandingkan tahun lalu yang persentase kelulusannya hanya 99,42 persen.

"Data awal peserta yang akan mengikuti UN berjumlah 3.714.216 siswa. Setelah itu sekolah kita minta memasukkan nilai sekolah, dan ada 36.685 siswa tidak diberikan nilai dengan berbagai macam alasan. Jadi, tinggal 3.677.531 siswa. Dari sini, yang ikut UN hanya 3.660.803 siswa," ungkapnya.

Berdasarkan analisa Kemdiknas, ada 744 siswa yang memiliki nilai rata-rata ujian sekolah mencukupi. Namun, karena ada satu atau dua mata pelajaran yang memperoleh nilai di bawah lima, mereka dinyatakan tidak lulus UN.

"Dari seluruh siswa yang tidak lulus, paling banyak rata-rata nilainya kurang dari lima, yakni sebanyak 19.490 orang," ujar Nuh.

UN SMP Diikuti 3,7 Juta Siswa

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Balitbang Kemdiknas) Mansyur Ramly mengatakan, ujian nasional (UN) jenjang SMP/MTs dan SMPLB yang dimulai Senin (25/4/2011) ini diikuti 3.716.596 peserta. Mereka tercatat di 47.369 sekolah dari seluruh Indonesia.

Peserta UN akan diuji pada empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Peserta yang berhalangan hadir dengan keterangan resmi dapat mengikuti UN susulan pada 3-6 Mei.

Sesuai prosedur operasi standar yang ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), pengaturan soal pengawasan UN SMP merupakan wewenang pemerintah provinsi dan kota/kabupaten. Di jenjang SMA, hal itu menjadi wewenang perguruan tinggi.

Rabu, 01 Juni 2011

UI Duduki Peringkat Ke-6 Asia Tenggara

DEPOK, KOMPAS.com — Universitas Indonesia menjadi satu-satunya perguruan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam 10 perguruan tinggi terbaik di Asia Tenggara. Universitas Indonesia menempati peringkat keenam dalam penilaian yang dilakukan Quacquarelli Symonds Asian Top Universities (QS Asian Top Universities) pada Mei 2011.
Selain itu, Universitas Indonesia (UI) tetap menjadi 50 terbaik di Asia dari 201 perguruan tinggi di dunia yang dinilai QS. Di bidang Social Sciences and Management, UI berada di peringkat ke-14 mengungguli beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia, seperti Korea University, Korea Selatan (ke-23), Osaka University, Jepang (ke-16), Universiti Malaya, Malaysia.

Sementara itu, di bidang Arts and Humanities, UI berhasil menduduki peringkat ke-19 besar Asia. Pada bidang Life Sciences and Medicine, UI berada di peringkat ke-25 di Asia dan untuk bidang IT & Engineering berada pada peringkat ke-52 di Asia.

Vishnu Juwono, Kepala Kantor Komunikasi/Juru Bicara UI, mengatakan, UI berupaya terus meningkatkan mutu dan kualitas akademiknya. Upaya ini dilihat dari sejumlah prestasi yang diukir mahasiswa UI di ajang internasional pada, antara lain, dalam kompetisi The 12th AUN Educational Forum and The Young Speaker Contest di Thailand, 2-8 Mei 2011, yang melalui Natalia R Tampubolon dari FISIP UI berhasil menjadi juara pertama. Natalia bersama Andreas Senjaya dari Fasilkom UI terpilih sebagai Indonesian Representative dalam Forum Country Report on Consideration and Adoption of the Youth ASEAN + 3 Joint Statement.

Selain itu, lima mahasiswa UI yang tergabung dalam Tim Jayawijaya berhasil menjadi Juara Dunia "8th Trust by Danone" di Paris, 4-6 April 2011. Sementara itu, Dyah Ayunico Ramadhani dan Indah Gilang Pusparani dari FISIP UI meraih penghargaan "Best Diplomacy Award" dalam Harvard World Model United Nations (World MUN) 2011 di Singapura pada 14-18 Maret 2011.

QS Top Asian Universities adalah lembaga pemeringkat perguruan tinggi dunia dengan indikator telah teruji, antara lain research quality, teaching quality, graduate employability, dan internationalitation. Melakukan pemeringkatan sejak 2004, QS menyajikan pemeringkatan berdasarkan subyek, seperti peringkat universitas di bidang Arts & Humanities, Engineering & Technology, Social Science & Management, Natural Science, serta Life Science & Medicine.

"Berdasarkan penilaian yang dikeluarkan QS itu, saat ini ada tiga perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang masuk dalam 100 besar di Asia pada 2011, yaitu Universitas Gadjah Mada di peringkat ke-80, Universitas Airlangga pada peringkat ke-86, dan Institut Teknologi Bandung di peringkat ke-98," ujar Vishnu kepada Kompas.com, Senin (30/5/2011).