"Jika Indonesia memiliki doktor yang banyak, inovasi dan ilmu pengetahuan akan maju dengan pesat," kata Musliar, Minggu (26/8/2012).
Untuk mencapai target tersebut, Musliar mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengupayakan pemberian beasiswa doktoral kepada pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi.
"Kami genjot jumlah penerima beasiswa doktoral mulai awal 2012 lalu," katanya.
Berdasarkan data yang disampaikan Musliar, jumlah penyandang gelar doktor di Indonesia hingga 2012 baru mencapai 25.000 orang.
Oleh karena itu menurut Musliar, pendidikan untuk mencapai jenjang S3 harus dibangun dari sekarang dengan memberlakukan wajib belajar 12 tahun.
"Saat ini kita masih menyebut wajib belajar 12 tahun dengan ’program pendidikan universal’ dimana pemerintah memberikan subsidi hingga ke jenjang menengah atas," katanya.
Kemudian, Musliar menambahkan program tersebut dilanjutkan dengan pemberian beasiswa ke pendidikan tinggi S1, S2 dan S3.
"Sementara ini, pemerintah memang memprioritaskan beasiswa bagi dosen dan PNS. Namun ke depan, semua orang bisa mendaftar untuk mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi," kata Musliar.
Sumber
Kamis, 30 Agustus 2012
Indonesia Targetkan Seratus Ribu Doktor Pada 2015
JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia menargetkan jumlah pemegang gelar doktor mencapai seratus ribu orang pada 2015.
Target tersebut disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Musliar Kasim dalam pembukaan Seminar Internasional Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA) Kedua di Gedung RRI, Jakarta Pusat, Minggu.
Inilah Daftar Nama 13 Orang Hilang Tahun 97/98
JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi damai digelar oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (30/8/2012).
Aksi damai ini didukung oleh Asian Federation Against Involuntary Dissapearances, Amnesty International, keluarga korban hilang dan berbagai elemen masyarakat.
Tujuan aksi damai ini adalah untuk memperingati Hari ini Penghilangan Paksa Sedunia yang diperingati setiap tanggal 30 Agustus.
"Aksi ini merupakan aksi Kamis-an yang ke 271. Keluarga korban, kerabat, serta sahabat biasanya melakukan aksi setiap Kamis sore," ujar Koordinator Kontras, Hari Azhar di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (30/8/2012).
Ia juga berharap bahwa dengan pendekatan seperti ini, pemerintah lebih serius dalam memberi respon. Dalam aksi tersebut, masa memajang foto-foto 13 orang yang hilang pada tahun 97/98.
Berdasarkan data yang diterima dari Kontras, inilah 13 orang hilang yang belum jelas informasinya sampai sekarang antara lain:
1. Yani Afri (Rian), Pendukung PDI Megawati dan ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997. 2. Sonny, Pendukung PDI Megawati. Hilang di Jakarta 26 April 1997. 3. Deddy Hamdun, Pengusaha dan aktif di PPP dalam kampanye 1997 Mega-Bintang. Hilang di Jakarta 29 Mei 1997.
4. Noval Alkatiri, Pengusaha dan aktifis PPP. Hilang di Jakarta 29 Mei 1997. 5. Ismail, Sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta 29 Mei 1997. 6. Wiji Thukul, Penyair aktifis JAKER/PRD. Hilang di Jakarta 10 Januari 1998. 7. Suyat, aktifis SMID/PRD. Hilang di Solo 12 Februari 1998. 8. Herman Hendrawan, aktifis SMID/PRD. Hilang di Jakarta 12 Maret 1998.
9. Petrus Bima Anugrah, aktifis SMID/PRD. Hilang di Jakarta 30 Maret 1998. 10. Ucok Munandar Siahaan, Mahasiswa Perbanas. Diculik 14 Mei 1998 di Jakarta. 11. Yadin Muhidin, alumnus Sekolah Pelayaran. Hilang di Jakarta 14 Mei 1998. 12. Hendra Hambali, Siswa SMU. Hilang di Glodok, Jakarta 15 Mei 1998. 13. Abdun Nasser, Kontraktor. Hilang di Jakarta 14 Mei 1998.
Diberitakan sebelumnya, untuk memperingati Hari Penghilangan Paksa Internasional, puluhan orang melakukan aksi damai di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (30/8/2012) sore.
Aksi ini merupakan bentuk upaya dalam menuntut tanggung jawab pemerintah atas kasus 13 orang hilang di tahun 97-98.
Dalam pernyataannya, Kontras menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab penuh atas kejelasan informasi bagi keluarga yang terlunta-lunta tanpa kejelasan pasti atas pertanyaan; masih hidupkah mereka?
Jika mati, dimana mereka dikuburkan?
Editor :Benny N Joewono
Sumber
Rabu, 22 Agustus 2012
Gaji PNS Naik di 2013, DPR: Harus Ada Perbaikan Pelayanan Publik!
Jakarta - Wakil Ketua Fraksi PKS DPR-RI Bidang Ekonomi dan Keuangan Sohibul Iman menilai bahwa pertumbuhan anggaran belanja pegawai dalam RAPBN 2013 yang sangat tinggi mencapai Rp 28,9 triliun atau 13,6% harus diikuti peningkatan kualitas kinerja dan layanan publik.
"Harus ada peningkatan kinerja dan layanan yang benar-benar dirasakan rakyat. Kalau tidak, maka akan semakin meningkatkan apatisme atas capaian reformasi birokrasi. Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah," kata Sohibul dalam penjelasannya kepada detikFinance, Sabtu (17/8/2012).
Sebagaimana diketahui, alokasi anggaran belanja pegawai dalam RAPBN 2013 direncanakan sebesar Rp 241,1 triliun. Jumlah ini meningkat Rp 28,9 triliun atau 13,6% dari pagu belanja pegawai dalam APBN-P 2012.
Menurut Sohibul pertumbuhan belanja pegawai ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan Negara yang sebesar 11 % dari target pendapatan negara pada APBN-P 2012, (pendapatan direncanakan mencapai Rp 1.507,7 triliun).
"Peningkatan belanja pegawai ini juga jauh lebih tinggi dari peningkatan anggaran belanja negara secara keseluruhan yang hanya naik 7,1% dari pagu belanja negara pada APBN-P Tahun 2012," tambahnya.
Selain itu menurutnya, dengan pelaksanaan kebijakan remunerasi lanjutan untuk beberapa kementerian dan lembaga tahun depan seharusnya ada beberapa pos belanja pegawai yang bisa turun ternyata meningkat.
"Sebagai contoh kalau kita buka dokumen Nota Keuangan, pada pos honorarium, vakasi, lembur, dll. terjadi peningkatan 23,7% atau sebesar Rp 9,9 triliun, dimana untuk pos ini dalam APBNP 2012 sebesar Rp 41,7 triliun meningkat menjadi Rp 51,6 triliun dalam RAPBN 2013," katanya.
"Harusnya kalau kebijakan remunerasi sudah berjalan dan standarnya sudah cukup tinggi, bentuk-bentuk honorarium dan tunjangan juga harus dievaluasi. Ini perlu dijelaskan lebih lanjut oleh pemerintah kedepan," tutup Sohibul.
Sumber
Selasa, 07 Agustus 2012
Percayakah Ada Guru yang Dapat Nilai Nol?
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listiyarti mengatakan, nilai nol yang didapatkan seorang guru peserta uji kompetensi guru (UKG) adalah dramatisasi pemerintah. Menurutnya, ada kejanggalan dalam penilaian UKG yang menggunakan sistem komputerisasi.
"Jadi saya enggak percaya ada nilai nol, itu hanya mendramatisasi," kata Retno kepada Kompas.com, Senin (6/8/2012) di Jakarta.
Retno mengungkapkan, sangat kecil kemungkinan seorang guru peserta mendapatkan nilai nol. Pasalnya, soal yang diujikan dalam UKG disajikan dengan format pilihan ganda. Terlebih, mata ujiannya adalah mata pelajaran yang merupakan bidang dari masing-masing guru peserta.
"Sangat kecil kemungkinannya mengerjakan 100 soal pilihan ganda tanpa satu jawaban yang benar," ungkapnya.
Seperti diberitakan, akhir pekan lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan nilai rata-rata sementara UKG. Tercatat, nilai rata-rata sementara UKG hanya 44,55, dengan nilai tertinggi 91,12 dan nilai terendah adalah nol.
Nilai rata-rata sementara itu diperoleh berdasarkan pengolahan 243.619 data peserta dari 373.415 guru yang telah selesai mengikuti UKG sampai dengan hari ketiga, Rabu (1/8/2012). UKG diikuti lebih dari satu juta guru bersertifikat.
Menurut Kemendikbud, ujian ini digelar untuk mendapatkan peta kompetensi dalam rangka melakukan pembinaan terhadap para guru. Untuk gelombang pertama, UKG digelar mulai 30 Juli 2012 hingga 12 Agustus 2012 mendatang. Adapun gelombang kedua mulai digelar pada 2 Oktober 2012 yang akan datang. Sumber
Sabtu, 04 Agustus 2012
Darah yang Hilang Hanya Bisa Diganti oleh Darah
Ada banyak hal yang bisa membuat orang harus kehilangan darah seperti perdarahan atau mengalami kecelakaan. Tapi darah yang hilang ini hanya bisa diganti oleh darah, sehingga donor darah adalah kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat untuk mengganti darah yang hilang.
"Darah yang kurang itu hanya bisa ditutupi oleh darah lagi, kita nggak bisa membuat darah," ujar Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH(K) dalam acara Symphony 2012: Sympathy through Blood Donation on Friday di FKUI, Salemba, Jakarta seperti ditulis Sabtu (4/8/2012).
Dr Ari menjelaskan jika ada orang yang kekurangan darah maka musti ditambah atau diganti dengan darah juga, tidak bisa dengan menambah cairan infus karena infus hanya untuk menaikkan tekanan darah saja dan membuat darah menjadi lebih encer.
"Kalau darah berkurang maka dampaknya akan membuat kadar hemoglobin (Hb) menjadi lebih rendah dan itu harus diganti dengan darah. Memang ada obat yang bisa merangsang pembentukan sel darah tapi itu butuh waktu, sedang orang-orang yang butuh darah itu biasanya waktunya singkat," ungkapnya.
Dr Ari mencontohkan jika ada pasien yang muntah darah maka nilai Hb nya bisa turun sampai 6-5 padahal normalnya untuk laki-laki 13 dan perempuan 12. Cara mengatasi atau menaikkan kadar Hb hanya dengan transfusi darah. Sedangkan darah yang sulit didapat ini karena memang harus melalui donor, dan jumlah pendonor ini kurang.
Untuk pasien yang secara rutin membutuhkan darah seperti thalasemia atau leukemia biasanya sudah mengantisipasi kekurangan darah yang terjadi. Tapi untuk kasus membutuhkan darah yang mendadak seperti akibat kecelakaan, perdarahan akibat luka atau pun konsumsi obat-obatan, ini yang perlu diperhatikan karena terjadi di waktu yang tidak bisa diduga.
Umumnya secara normal kandungan darah dalam tubuh seseorang adalah 10 persen dari total berat badannya, dan darah ini akan diproduksi kembali dalam jangka waktu 120 hari.
"Saat donor darah sekitar 450 cc sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi tekanan darah, dengan kondisi tekanan darah yang normal maka saat selesai nggak akan bikin drop. Jadi nggak usah takut jika darahnya berkurang akan mengalami gangguan," ujar Dr Ari.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum akhirnya ia boleh mendonorkan darahnya, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik 110-160 dan diastoliknya 70-100
2. Tidak sedang demam yaitu suhu tubuhnya kurang dari 37,5 derajat celsius.
3. Berat badan lebih dari 45 kg
4. Lolos dari uji skrining darah seperti hasil negatif untuk HIV dan hepatitis B.
Jika orang tidak lagi melakukan donor darah maka tidak akan ada stok darah, padahal darah adalah hidup bagi pasien yang membutuhkan. Karenanya jangan ragu untuk mendonorkan darah demi menyelamatkan nyawa orang lain.
Sumber
Mendikbud: UKG Bukan Pemborosan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menilai pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) bukan pemborosan anggaran. Untuk itu, ia meminta semua pihak tidak terburu-buru memberikan cap tersebut (pemborosan) pada UKG.
Menurut Nuh, pemborosan anggaran jangan dilihat dari besar atau kecilnya dana yang digelontorkan. Tetapi, semua harus menitikberatkan pada ketepatan penggunaan anggaran itu sendiri. "Boros atau tidak boros jangan dihitung besar kecilnya, Tapi ketepatan untuk apa anggaran itu digunakan," kata Nuh dalam jumpa pers tentang UKG di gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (3/8/2012).
Pemborosan akan terjadi, lanjut Nuh, jika anggaran digelontorkan untuk program yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kemdikbud.
Nuh mencontohkan, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menyedot dana triliunan rupiah, tetapi bukan suatu pemborosan lantaran urgensi dari program itu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kemdikbud. "Meski hanya Rp 100 juta tapi kalau tidak sesuai tupoksi Kemdikbud itu namanya pemborosan. Dana BOS menyedot triliunan tapi bukan pemborosan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, anggaran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan UKG mencapai Rp 50 miliar. Jumlah itu digunakan untuk sejuta guru peserta dengan unit cost masing-masing peserta ujian sebesar Rp 50 ribu. Atas dasar itu, sejumlah pihak menuding UKG sebagai program pemborosan anggaran. Pasalnya, pelaksanaan ujian itu dinilai kurang persiapan dan tergesa-gesa. Sumber
Rabu, 01 Agustus 2012
Bu Pur "Nyesek", Nilainya Nyaris Lulus UKG
Beberapa menit sebelum jarum jam tepat menunjukkan pukul 16.00 WIB, Selasa (31/7/2012), sejumlah guru keluar dari laboratorium komputer SMPN 19 Jakarta Selatan. Ekspresi yang terekam dari wajah mereka cukup beragam. Jika biasanya mengawasi ujian, kali ini para guru ini yang diawasi. Ya, guru-guru itu baru selesai mengikuti uji kompetensi guru (UKG) yang diadakan secara online di sekolah tersebut.
ebelumnya, dari celah pintu laboratorium yang tidak tertutup rapat, nampak belasan guru tengah fokus menatap layar komputer. Di hadapan mereka ada 100 soal pilihan ganda sesuai dengan bidangnya, dan harus diselesaikan dalam waktu sekitar 120 menit.
Senang tapi ada nyesek-nya juga. Nilai saya kurang setitik untuk tembus batas minimal. Walau jika diulang saya enggak yakin hasilnya akan lebih baik. Soal ujiannya cukup sulit
-- Purwaningsih, guru
Di depan kelas, ada dua pengawas yang mengawasi jalannya UKG online sejak pagi hari. Sesekali para pengawas bergantian keluar ruangan untuk melepas penat dan kantuk.
Dari beberapa guru yang dijumpai, semuanya menolak saat Kompas.com meminta waktu untuk berbincang. Terkecuali Purwaningsih, guru Bimbingan Konseling SMPN 11 Jakarta. Sepanjang jalan menuju pintu gerbang keluar, Bu Pur, demikian ia akrab disapa, mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti UKG.
"Kemarin-kemarin saya khawatir dengan UKG. Tapi khawatir wajar, seperti siswa yang mau menghadapi ujian," kata Pur, Selasa sore.
Namun, selepas meninggalkan ruang ujian, ia mengaku lebih lega karena selesai mengikuti UKG untuk mata pelajaran Bimbingan Konseling. Semua soal "dilahap" habis sebelum jam ujian berakhir.
Hasilnya, Bu Pur memperoleh nilai 69 dari 100 soal yang dikerjakan. Nilai itu berasal dari soal pedagogik sebanyak 22 poin (dari 30 soal), dan sisanya dari soal yang menguji kompetensi wawasan.
Secara hasil, nilai 69 tentu masih di bawah nilai kelulusan UKG, karena batas minimalnya adalah 70. Akan tetapi, hasil tersebut tetap menjadi istimewa karena merupakan nilai tertinggi di kelasnya.
"Bu Pur ini pintar mas, nilainya apik (bagus), tertinggi di kelas kami," kata seorang guru lain sambil mengucapkan selamat kepada Bu Pur atas capaian nilainya.
Bu Pur tentu tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Di sisi lain, ia juga menyayangkan hasil ujiannya karena hanya kurang 1 angka untuk mencapai batas nilai kelulusan.
"Senang tapi ada nyesek-nya juga. Nilai saya kurang setitik untuk tembus batas minimal. Walau jika diulang saya enggak yakin hasilnya akan lebih baik. Soal ujiannya cukup sulit," ujar Bu Pur.
sumber
Langganan:
Postingan (Atom)