Selasa, 27 November 2012

Kurikulum 2013 Akan Bertahap

Kurikulum 2013 akan diterapkan secara bertahap selama tiga tahun. Pada tahun 2013/2014, kurikulum itu akan diterapkan di kelas I dan IV sekolah dasar, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK di seluruh Indonesia.
”Penerapan kurikulum secara bertahap ini agar penyiapan materi pelajaran dan guru bisa lebih fokus, tidak memengaruhi materi ujian nasional, serta mencerminkan kebersamaan karena dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh seusai upacara peringatan Hari Guru Nasional 2012 di Jakarta, Senin (26/11). Menurut Nuh, pada tahun kedua kurikulum 2013 diperluas penerapannya di kelas II SD, kelas VIII SMP, dan kelas XI SMA. Pada tahun ketiga kurikulum ditambah dengan kelas yang tersisa. Untuk penerapan kurikulum 2013, menurut Nuh, Kemdikbud tidak hanya menyiapkan kurikulum yang saat ini sedang dalam proses uji publik sampai awal Desember. Pada saat bersamaan, sedang disiapkan pula buku-buku pelajaran serta melatih guru-guru yang akan menerapkan kurikulum 2013. Guru kuncinya Nuh memahami kekhawatiran sebagian pihak. Walau kurikulum sering berganti metode pengajaran, guru tidak berubah karena guru tak dilatih terlebih dahulu. ”Karena itu, untuk penerapan kurikulum 2013, guru dilatih dulu agar metode pengajarannya berubah. Kurikulum ini mengharuskan guru bisa mendorong kreativitas dan rasa ingin tahu siswa,” kata Nuh. Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengatakan, implementasi perubahan kurikulum sering kali tidak berjalan mulus karena tidak mengakomodasi pemikiran sederhana para guru. ”Guru selalu dipandang semata sebagai pelaksana kurikulum. Padahal, guru pun berhak ikut memikirkan kebijakan yang baik untuk pendidikan,” ujar Sulistiyo. Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia Fahriza Marta Tanjung meminta agar guru dilibatkan dalam penyusunan kurikulum baru. (ELN) Sumber

Sabtu, 24 November 2012

Hari Guru, Profesionalisasi dan Kompetensi Jadi Prioritas

Sebagai penghormatan kepada guru, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan bahwa tanggal 25 November dijadikan sebagai Hari Guru Nasional. Pemilihan tanggal ini diambil karena bertepatan dengan hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, Hari Guru yang jatuh pada hari Minggu (25/11/2012) tersebut mengambil tema "Memacu Profesionalisasi Guru Melalui Peningkatan Kompetensi dan Penegakan Kode Etik". "Tema ini dipilih sebagai momentum bahwa profesi guru menuntut upaya yang terus menerus terutama dari diri guru itu sendiri," kata Unifah di Jakarta, Jumat (23/11/2012). Tidak hanya dari segi kompetensi, kode etik guru merupakan salah satu hal yang perlu ditegakkan oleh para guru. Untuk itu, ia menyambut baik kode etik guru oleh PGRI dan adanya pembentukaan Dewan Kehormatan Guru Indonesia secara luas. "Ini semua menjadi penentu kelayakan guru dalam menjalankan tugas profesionalnya dalam menyiapkan generasi penerus yang lebih baik," ujar Unifah. Dalam rangka Hari Guru ini, instansi terkait akan melaksanakan upacara bendera di masing-masing kantor daerah setempat pada tanggal 25 November. Sementara itu, acara puncak akan digelar pada tanggal 28 November 2012 di Sentul. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan hadir pada acara puncak tersebut. Bertepatan dengan Hari Guru ini, para pendidik, kepala sekolah, dan pimpinan daerah yang berdedikasi dalam dunia pendidikan maka akan menerima anugerah Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan dan Satyalancana Pembangunan di Bidang Pendidikan. Rangkaian acara Hari guru akan ditutup dengan ASEAN Council of Teacher yang akan digelar di Bali pada tanggal 7-9 Desember dengan dihadiri oleh 1000 perwakilan guru dari 10 negara anggota ASEAN dan Korea Selatan. Sumber

Senin, 19 November 2012

Draf Kurikulum Baru SMP, Ada Apa Saja?

Kurikulum baru yang akan mulai diterapkan pada Juni 2013 nanti disebut akan mengasah tiga kompetensi anak, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ini akan diaplikasikan pada setiap jenjang pendidikan, dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini akan berimbas pada perubahan standar kompetensi lulusan. Adapun standar kompetensi lulusan ini didasarkan pada tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. "Sama saja dengan SD. Struktur kurikulum SMP bertujuan membentuk anak-anak ini memiliki kompetensi dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan," kata Nuh saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (13/11/2012). 10 mata pelajaran Ada Bahasa Inggris dan TIK Untuk jenjang SMP, jumlah mata pelajaran juga berkurang dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata pelajaran. Pada tingkatan ini, IPA dan IPS sudah muncul, tetapi tetap sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. "Bahasa Inggris sudah mulai diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa anak-anak," ujar Nuh. Seperti diketahui dalam struktur kurikulum yang dijalankan saat ini, anak-anak SMP mendapat pembelajaran berupa teknologi informasi dan komunikasi (TIK), muatan lokal, dan pengembangan diri. Dengan adanya pengurangan mata pelajaran pada kurikulum baru, tiga mata pelajaran ini diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada. "Muatan lokal itu masuk ke Seni Budaya, Penjaskes, dan Prakarya kalau tingkat SMP. Tingkatan ini juga TIK tidak akan berdiri sendiri, tapi jadi media untuk semua mata pelajaran," kata Nuh. Durasi belajar di sekolah bertambah Sama seperti pada tingkatan sebelumnya, durasi belajar di sekolah untuk anak SMP juga bertambah sebanyak enam jam pelajaran per minggu. Jika sebelumnya anak-anak akan belajar selama 32 jam di sekolah, nanti mereka akan belajar selama 38 jam di sekolah. Pramuka juga wajib Untuk ekstrakurikuler, anak-anak ini dapat memilih, seperti Palang Merah Remaja (PMR), UKS, OSIS, dan berbagai kegiatan yang ditawarkan oleh sekolah. Namun, yang wajib diikuti oleh anak-anak ini sebagai kegiatan ekstrakurikuler adalah Pramuka. Sumber

Selasa, 06 November 2012

12 "Penyakit" UKG Gelombang Dua, Apa Saja?

Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) kembali melaporkan permasalahan yang terjadi dalam Uji Kompetensi Gelombang (UKG) dua. Sebanyak 12 masalah dipaparkan oleh FSGI yang datang ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikibud) dengan didampingi oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
Sekretaris Jendral FSGI, Retno Listyarti, mengatakan bahwa pihak telah membuka posko pengaduan pelaksanaan UKG dari berbagai daerah sejak gelombang pertama. Saat memasuki gelombang dua ini, wilayah yang mengalami kendala UKG meluas menjadi 17 daerah. "Data yang masuk kami olah, dari situ didapat penyakit UKG dua yang berhasil diidentifikasi. Muncul 12 masalah," kata Retno, di gedung D Kemendikbud, Jakarta, Kamis (18/10/2012). Adapun 12 masalah yang berhasil diidentifikasi pada UKG dua yaitu tidak terkoneksinya server pusat. Kendala ini terjadi di Jakarta dan Brebes. Untuk Jakarta, kejadian terjadi di SMA Negeri 13, SMA Negeri 18 dan SMA Negeri 41 pada hari pertama UKG. Akibatnya, jadwal UKG menjadi mundur dan guru yang ujian pada jam kedua terpaksa tidak bisa mengajar hari itu. "Kalau di Brebes, pada hari pertama sekitar 20 TUK servernya baru terkoneksi pada pukul 13.00. Akibatnya para guru diminta datang lagi hari lain," ujar Retno. Permasalahan kedua adalah soal yang tidak vali dan tidak reliabel terjadi di Bogor, Sukabumi, Brebes, Slawi, Kediri, Medan, Tembilah Kota, Indragiri hilir, Bukit Tinggi, Padang, Jakarta dan Makassar. Masalah ini meliputi soal atau jawaban yang tidak keluar sehingga membuat peserta menebak apa yang akan dijawabnya. Permasalahan ketiga adalah salah bidang studi, semisal guru SMK dengan jurusan tertentu diberi soal Bahasa Jepang. Kemudian permasalahan empat adalah tidak ada kisi-kisi soal UKG untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA. Permasalahan kelima adalah data peserta yang tidak sesuai terjadi di Jakarta, Bogor, Garut, Brebes, Slawi, Medan dan Indragiri Hilir. Permasalahan keenam adalah minimnya sosialisasi yaitu pemberian undangan yang sangat mendadak sehingga para guru kurang persiapan. Permasalahan ketujuh adalah pihak berwenang tidak bisa menjelaskan persoalan yang dihadapi para guru. Selanjutnya, permasalahan kedelapan adalah pelaksanaan UKG tidak serius terkesan yang penting proyek jalan. "Contohnya ada saja laporan pengawas dan panitia dari LPMP terlambat datang sampai satu jam. Ini kan jadi menghambat," ujar Retno. Permasalah kesembilan adalah tidak keseimbangan penyebaran soal. Semestinya sebara soal sesuai ketetapan Kemendikbud, 70 persen kompetensi profesi dan 30 persen kompetensi pedagogi. Namun sayangnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA, sebarannya berubah yaitu 59 persen kompetensi profesi dan 41 persen kompetensi pedagogi. Persoalan kesepuluh adalah muncul soal untuk mata pelajaran seni budaya yang menggunakan bahasa daerah bukan bahasa Indonesia. Persoalan kesebelas adalah tidak ada soal untuk bidang jurusan SMK program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Persoalan terakhir adalah teguran atasan untuk guru yang memboikot UKG. Ini terjadi di Jakarta, Medan, Brebes dan Indragiri Hilir. Sebagian guru yang merupakan anggota FSGI memboikot UKG dua karena masih proses sengketaa hukum. Untuk itu, para guru ini diminta membuat surat pernyataan oleh atasannya atas alasan tidak ikut UKG. sUMBER

Ada UKG Gelombang Tiga, Guru-guru Terkejut

Para guru terkejut dengan adanya penyelenggaraan Uji Kompetensi Guru (UKG) gelombang tiga yang dimulai pada Senin (5/11/2012) lalu. Bahkan banyak guru yang mendapat undangan mendadak terkait dengan UKG ini. Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa UKG gelombang dua diketahui telah selesai pada 2 November lalu. Namun yang terjadi, muncul UKG gelombang tiga yang tak pernah terdengar sosialisasinya di kalangan guru-guru.
"Harusnya kan selesai 2 November. Kami bahkan sudah menutup posko pengaduan UKG pada tanggal tersebut," kata Retno saat jumpa pers di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur, Jakarta, Selasa (6/11/2012). "Tapi tiba-tiba banyak e-mail yang masuk isinya aduan tentang pelaksanaan UKG gelombang tiga. Kami juga kaget," jelas Retno. Ia juga menambahkan bahwa sosialisasi yang minim terkait pelaksanaan UKG gelombang tiga ini hampir terjadi di seluruh wilayah. Bahkan para guru mengadu mendapat undangan mendadak untuk mengikuti UKG gelombang tiga. "Ada yang dapat undangan sehari sebelum pelaksanaan. Tapi ada juga yang dapat undangan paginya lalu siangnya harus ikut UKG," ungkap Retno. Padahal masalah sosialisasi UKG ini sudah berkali-kali disinggung oleh pihak FSGI terhadap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun pada kenyataannya, masalah sosialisasi ini tidak kunjung diperbaiki sehingga akibatnya para guru mengikuti UKG tanpa persiapan. Seperti diketahui, UKG gelombang pertama telah dijalankan pada Agustus lalu dan berlanjut dengan UKG gelombang kedua pada Oktober hingga November ini. Sementara untuk UKG gelombang tiga sama sekali tidak pernah disebutkan oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sumber

Minggu, 04 November 2012

Tiap Tahun, 3.000 Mahasiswa Indonesia ke Eropa

Tiap tahun, lebih dari 3.000 mahasiswa Indonesia berangkat untuk merampungkan gelar S-1 dan S-2 di berbagai universitas di Eropa. Saat ini, terdapat 6.000 mahasiswa Indonesia yang masih menyelesaikan studi di benua biru ini.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson, mengatakan bahwa jumlah mahasiswa Indonesia yang memilih untuk belajar di Eropa terus meningkat. Banyaknya program yang ditawarkan dan kemudahan akses pendidikan di tiap negara yang ada di Eropa berhasil mendongkrak jumlah mahasiswa Indonesia ke Eropa. "Angka yang tercatat saat ini sudah naik dua kali lipat selama empat tahun terakhir ini. Ini merupakan preseden yang baik," kata Julian, saat membuka 4th European Higher Education Fair, di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, Sabtu (3/11/2012). Dia mengatakan dengan tingginya jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa telah membuktikan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara paling efektif untuk mempererat hubungan multilateral dan kerja sama antara Indonesia dan Eropa. "Melihat kondisi ini, kami akan terus meningkatkan kerja sama di bidan yang sudah berkembang dengan baik ini hingga masa yang akan datang," jelas Julian. Ia juga memaparkan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa yang diberangkatkan ke Eropa tersebut, sebanyak 1000 orang merupakan penerima program beasiswa untuk universitas-universitas yang membuka jalur beasiswa bagi mahasiswa non-Uni Eropa yang memiliki rekam akademik bagus. Kondisi Eropa yang tengah mengalami krisis ternyata juga tidak menjadi masalah untuk dunia pendidikan khususnya bagi mahasiswa asing. Hal ini terbukti dengan jumlah mahasiswa asing yang masuk ke Eropa tidak pernah mengalami penurunan. Sebelumnya diberitakan, Perwakilan dari CampusFrance, Anton Hilman, mengatakan bahwa krisis ekonomi yang tengah melanda Eropa tidak berpengaruh terhadap pendidikan di sana terutama bagi mahasiswa asing. Ia menuturkan bahwa dana tunjangan pendidikan yang diberikan pemerintah Prancis pada mahasiswa asing juga tidak mengalami pengurangan. Sumber

Jumat, 02 November 2012

Siswa SMA di Surabaya Belajar Jurnalistik

Sebanyak 300 siswa dari SMA dan SMK di Kota Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, mengikuti pelatihan jurnalistik, fotografi, desain, serta layout. Pelatihan dalam rangka Kompetisi Koran Sekolah Piala Wali Kota Surabaya ini digelar oleh harian Kompas, Bank rakyat Indonesia, Feminax, dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Kompetisi membuat koran empat halaman sudah berlangsung sejak 28 September 2012 hingga 21 Oktober 2012 serta diselingi bertemu dan wawancara langsung dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Kamis (4/10/2012) di Balaikota Surabaya. Acara dilanjutkan meliput kegiatan Wali Kota di Taman Ekspresi Jalan Genteng Kali. Menurut Uke dari SMA Ipiem Surabaya, ikut kompetisi Koran Sekolah sangat bermanfaat karena peserta benar-benar membuat koran mulai dari meliput, mencari obyek foto, menciptakan desain, serta wawancara narasumber. "Apalagi ketika bertemu Wali Kota Surabaya. Semua peserta ingin mengajukan pertanyaan, jadi benar-benar harus gigih supaya mendapat kesempatan. Membuat majalah sekolah sudah biasa, tetapi kompetisi ini benar-benar menuntut kreativitas dan menguras pikiran, tapi seru," katanya. Seperti diungkap Yusac dari SMA Katolik Stella Maris, karena banyak sekali obyek liputan di Surabaya, tim dari sekolah ini sampai kebingungan memutuskan liputan apa yang akan menjadi berita utama. "Ada teman ingin fokus membahas soal sejarah karena Surabaya, kan, dikenal sebagai kota pahlawan. Padahal, saya ingin fokus bukan pada sejarah, melainkan semakin lunturnya kepedulian terhadap sejarah," katanya. Sumber