Sabtu, 26 Desember 2009

Kiamat 2012 Hanya "Pseudoscience"

Kamis, 10 Desember 2009 | 21:07 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Masyarakat tidak perlu terpancing dengan isu kiamat 2012. Sebab, berdasarkan kajian ilmiah, isu ini tidak memiliki dasar sains. Fenomena alam yang mungkin saja terjadi pada tahun itu adalah badai matahari.

"Isu kiamat 2012 adalah pseudoscience (tidak mengikuti metode ilmiah). Ada yang mengaitkannya dengan kemunculan Planet Nibiru, ada juga komet besar, yang secara astronomi sebetulnya tidak eksis," kata Thomas Djamaluddin, profesor astronomi-astrofisik dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di dalam acara Press Tour, Kamis (10/12/2009).


Lebih lanjut, ia menjelaskan, satu-satunya kemungkinan bencana alam akibat kondisi antariksa pada tahun 2012 itu adalah badai antariksa yang dipicu badai matahari. "Tetapi, kita pun tidak perlu khawatir juga. Belum tentu badai yang terjadi bisa mengarah langsung ke Bumi. Karena, Bumi kan terus berputar," tuturnya.

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, Sri Kaloka, yang ikut hadir menjelaskan kepada wartawan bahwa isu kiamat 2012 berangkat pada mitos ramalan kalender Suku Maya. Namun, ia membenarkan kemungkinan terjadinya badai matahari yang besar pada tahun itu.

Puncak aktivitas matahari yang kini ada di siklus 24 ini awalnya diperkirakan terjadi pada 2012. Namun, kemudian bergeser pada 2013 karena aktivitas matahari sekarang masih minim. "Tetapi, karena ini terkait dengan statistik, masih terjadi perdebatan," ucapnya.

Ia menjelaskan, puncak siklus matahari yang ditandai dengan banyaknya bintik hitam di permukaan matahari dapat memicu kemunculan lidah-lidah api (corona mass ejection) yang membawa partikel-partikel berenergi tinggi. Jika sampai ke Bumi, partikel ini dapat mengganggu magnetosfer hingga ionosfer di Bumi.

Dampaknya dapat merusak satelit, alat komunikasi, dan kelistrikan di Bumi. Lontaran partikel miliaran ton juga bisa memengaruhi pola medan magnet di Bumi. "Ada makalah di Jerman yang menyebutkan bahwa burung-burung dara terganggu karena mereka memiliki navigasi yang terkait medan magnet di Bumi," paparnya.

Kasus konkret akibat pengaruh badai matahari terjadi pada tahun 2003. Ketika itu, banyak satelit yang kehilangan kontak dan tidak berfungsi. "Ketika itu Lapan juga mencatat terjadinya penurunan fungsi telekomunikasi di Tanah Air. Gelombang radio tinggi pun putus," ungkap Thomas kemudian.

Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan Clara Yono Yatini menambahkan, aktivitas yang unik pada matahari kerap menjadi bahan yang menarik untuk film sains fiksi. Sebagai contoh mengenai materi neutrinos dari matahari yang di film 2012 menjadi sumber petaka.

Ditemukan Planet Serupa Bumi yang Memiliki Air

Kamis, 17 Desember 2009 | 13:53 WIB

PARIS, KOMPAS.com — Para astronom telah menemukan sebuah planet serupa Bumi yang mayoritas permukaannya tertutup air. Planet itu berukuran lebih besar dengan radius 2,7 kali radius Bumi. Demikian diungkapkan dalam penelitian yang dipublikasikan dalam journal ilmiah Nature, Rabu (16/12/2009).

Planet yang kemudian disebut "Bumi Super" itu berada sejauh 42 tahun cahaya di sistem tata surya lain. Adapun satu tahun cahaya adalah jarak yang bisa ditempuh cahaya dalam setahun atau sekitar 9.460.730.472.580.800 kilometer.



Penemuan planet GJ 1214b itu merupakan langkah maju dalam usaha pencarian planet lain yang mirip Bumi. Demikian dikatakan Geoffrey Marcy, peneliti dari Universitas California. Meski begitu, menurut penelitian di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, planet yang baru ditemukan itu terlalu panas untuk bisa mendukung kehidupan.

"Kepadatannya menunjukkan bahwa, meski tiga perempat bagiannya ditutupi air dan seperempatnya batuan, ada petunjuk bahwa planet itu memiliki atmosfer penuh gas," demikian dituliskan di laporan Nature. Suhu di sana diperkirakan antara 120 dan 280 derajat celsius, walau bintang di pusatnya memilki ukuran sekitar seperlima Matahari kita. Planet "Bumi Super" itu mengelilingi bintangnya yang kecil dan redup tiap 38 jam.

Bila disejajarkan dengan planet luar atau exoplanet lain yang juga mirip Bumi, planet ini berukuran lebih kecil, lebih dingin, dan paling mirip dengan Bumi. Exoplanet adalah planet yang berada di luar sistem tata surya kita.

Mengenai keberadaan air di sana, disebutkan bahwa air itu kemungkinan berbentuk kristal yang terjadi akibat tekanan 20.000 kali lebih besar dibanding tekanan di atas permukaan laut Bumi.

Dibanding planet temuan lain, misalnya CoRoT-7b yang mengelilingi sebuah bintang amat panas, planet baru ini relatif jauh lebih dingin. CoRoT-7b memiliki kepadatan mendekati Bumi (5,5 gram per sentimeter kubik) dan sepertinya berbatu, sementara GJ 1214b sepertinya hanya memiliki kepadatan 1,9 per sentimeter kubik. Menurut peneliti, mengingat kepadatan planet yang sedemikian rendah, pasti ada air dalam jumlah besar di sana.

Buku-buku Ini Dilarang!

Sabtu, 26 Desember 2009 | 08:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah berbulan-bulan membahas, Kejaksaan Agung akhirnya resmi melarang lima buku.

Lima buku itu adalah Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto (ditulis John Roosa, diterbitkan Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra), Suara Gereja bagi Umat Penderitaan Tetesan Darah dan Cucuran Air Mata Umat Tuhan di Papua Barat Harus Diakhiri (ditulis Socratez Sofyan Yoman, diterbitkan Reza Enterprise), Lekra Tak Membakar Buku Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 (ditulis Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan, diterbitkan Merakesumba Lukamu Sakitku), Enam Jalan Menuju Tuhan (ditulis Darmawan, diterbitkan Hikayat Dunia), dan Mengungkap Misteri Keragaman Agama (ditulis Syahruddin Ahmad, diterbitkan Yayasan Kajian Alquran Siranindi).


Pelarangan buku itu termasuk dalam kinerja Bidang Intelijen Kejaksaan Agung selama tahun 2009. Jaksa Agung Muda Pembinaan Iskamto—yang sebelumnya menjabat Jaksa Agung Muda Intelijen—memaparkan hal itu dalam jumpa pers di Sasana Pradana Kejaksaan Agung, Rabu lalu. Jaksa Agung Hendarman Supandji hadir dalam jumpa pers itu.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Didiek Darmanto yang dihubungi pada Kamis (24/12/2009) menjelaskan, larangan terbit terhadap lima judul buku tersebut ditujukan kepada penerbit. Penerbit tidak boleh lagi menerbitkan dan mengedarkan buku-buku itu. ”Kalau yang sudah beredar, kami minta kepada penerbit agar ditarik,” katanya.

Menurut Didiek, buku-buku tersebut dilarang karena melanggar ketertiban umum. Substansi buku dinilai tidak sesuai dengan aturan. Namun, ketertiban umum yang mana yang dilanggar buku-buku itu, Didiek tidak menjelaskan.

Bukankah masyarakat berhak memperoleh informasi yang luas dan bebas? ”Bebas, tetapi tidak sebebas-bebasnya. Bebas, tetapi terkendali. Ada aturan menjaga ketertiban,” katanya.

Buku-buku itu sudah diteliti dalam tim penyeleksian (clearing house) Kejaksaan Agung sejak Mei 2009. Hal itu disebutkan pada rapat kerja Jaksa Agung dengan Komisi III DPR pada 11 Mei 2009.

Pelarangan itu menimbulkan pertanyaan, bahkan kritik. Di antaranya dari Ketua Forum Rektor Indonesia Edy Suandi Hamid. Dia berpendapat, model pelarangan buku semacam itu mestinya dihindari. Informasi bagi publik mestinya dibuka seluas-luasnya.

The First Women in Antarctica

Saturday, 26 December 2009 | 9:17 AM

KOMPAS.com - In the spring of 1969, Terry Tickhill Terrell was 19 and an undergraduate chemistry major at Ohio State University, bored with her lab work and restless. She had never traveled more than 250 miles from the Barnesville, Ohio farm where she grew up. One day, after reading an article in the school newspaper about a graduate student who had just returned from Antarctica, Terrell decided that that was where she wanted to go.

"I couldn't understand why all this awful lab work was important," Terrell said. "So I walked into the Polar Studies office and said: 'I want a job in Antarctica.' The room fell dead silent. The secretary took pity on me and said: 'There's a group of women going this year. Dr. Lois Jones is in her office right now, and I'll call her."'


The secretary was referring to geochemist Lois Jones, the leader of the four-woman Ohio State team scheduled to leave in October for four months in Antarctica. Terrell wanted to be a part of it.

"Dr. Jones said, 'We have everyone we need, but tell me about yourself,"' Terrell recalled. "I said, 'I'm a chemistry major. I grew up on a farm. I am a hard worker.' She asked if I'd done any camping. I said, 'I'm an outdoor person, and took outdoor cookery at 4H.' The next day she called me up and said: 'One of the ladies is unable to go. I need a cook and field assistant."'

In addition to Terrell and Jones - who passed away in 2000 - the team also included Kay Lindsay and geologist Eileen McSaveney. McSaveney, the other surviving member of the group, had graduated from the University of Buffalo and came to Ohio State for graduate work in landscape changes and glacial geology.

"One day, Lois asked me if I would be interested in going to Antarctica as one of her field assistants," McSaveney said. "I said yes without any hesitation - many fellow geology grad students were involved in polar work. Also, my fiancé, Mauri, had already been to Antarctica that year. Going to the Antarctic didn't seem an unusual thing to do."

At the time, neither woman thought much about the fact that their forthcoming journey would mark the triumphant end to a decade-long struggle. Until then, no one could convince the U.S. Navy to rescind its long-standing policy against transporting women onto the Antarctic continent.

The Navy, which had established McMurdo Station, the main American base in Antarctica, as a military outpost in 1956, had been adamant in its refusal to allow women there. Moreover, the National Science Foundation, which funded the program, did not challenge the Navy's position.

"The US Navy was in charge of field operations and they regarded Antarctica as a male-only bastion," McSaveney said. "Eventually they agreed to allow women to go, but specified an all-female field team."

Now, as we celebrate the 40th anniversary of that pioneering expedition, about a third of Antarctic scientists are women. Hundreds of women have worked in the program, some of them leading research stations and heading major expeditions. More than 50 are working at the South Pole during the 2009-2010 summer season.

Yet in 1969, the pole was unexplored territory for American women. "When I told my parents where I was going, my father was ecstatic," Terrell said. "My mother was convinced I would kill myself. But to me, everything was a wonderful adventure."

The team soon left for snow school, where the women, "learned how not to fall into a bottomless crevasse, and how to make snow caves and use an ice axe," Terrell recalled. "I wasn't scared, I was excited. Besides, we were going to the Dry Valleys. There were no crevasses there." The McMurdo Dry Valleys region is one of the few areas of Antarctica not covered by thousands of meters of ice.

"An elementary school had sent us some curtains to use in Antarctica," remembered McSaveney. "They weren't terribly useful, but we did string them on the outside our tents, and photograph them. We sent the photos back to the class. Years later, I did several talks, which I called: 'The Only Tent with Curtains in the Antarctic."'

"We spent our days breaking rocks and hauling heavy backpacks full of rocks to send back for chemical analysis," Terrell said. "The wind blew all the time, and there was sand in our boots, sand in our clothes and sand in our food. There was sand in everything. We had oatmeal for breakfast every morning - not because we liked it, but because it was the only thing that was edible with sand in it." Terrell, a tall, strong broad-shouldered woman, never considered the physical differences between genders as she did work at the research sites. "On a farm, milking cows is not men's work or women's work, it's the work of whoever can do it," she said.

When a helicopter eventually came to pick up the women and their rock specimens and bring them back to the Dry Valleys, stereotypes once again were shattered. "One closed box was loaded with rocks," recalled McSaveney. "Terry picked it up and started lugging it toward the helicopter. One of the crew members immediately rushed up and said 'Let me take that,' and grabbed it. He sank to his knees. I don't think his fellow crew members ever let him forget that." For the most part, the project went on as planned, and everyone got along. As Terrell pointed out, "Do you know many women who have fist fights?"

There were a few frightening experiences, however, including a helicopter crash that occurred after a bolt holding one of the propeller blades blew off, causing the blades to separate from the aircraft. The craft had just taken off.

"All of a sudden we heard what sounded like a rifle shot and the helicopter started falling out of the sky," Terrell said. "You know how young people feel immortal? In that one moment, I ceased being immortal."

Everyone survived, and interestingly, "we, the ladies, knew how to set up the survival equipment and the guys did not," Terrell said. "They did not pay attention in snow school. We'd started melting ice and making a meal by the time the rescue helicopter came."

Despite initial resistance to the idea of women in Antarctica, the Navy later sponsored a media event at the South Pole station, a location where women had never been. A ski-equipped LC-130 flew six women researchers there on Nov. 12, 1969. They included the four members of Jones' team; Pam Young, a biologist doing research with the New Zealand Antarctic program; and Jean Pearson, a science writer for the Detroit Free Press.

All six linked arms and stepped off the airplane's cargo ramp onto the ice together - so they all would be first. "Getting to the South Pole by climbing on and off an airplane hardly rivals the daring of the early explorers who walked there," McSaveney said. "Nevertheless, it was, of course, a great honor."

Ultimately, Terrell earned a doctorate in ecology and enjoyed a long career as an aquatic ecologist with the U.S. Fish and Wildlife Service. Retired in 2006, she now plans to earn a Masters degree in fine arts and quilting history. "It's time to stimulate the other half of my brain," she said. She has never been back to Antarctica, although it was "the most exciting, interesting place I'd ever been in my entire life."

Two years after her first trip, McSaveney returned to Antarctica for three months as a field assistant for her husband, Mauri, who was studying glacier movement. McSaveney, an American, lives in Christchurch with her husband, who is from New Zealand. She has worked as a writer and editor, specializing in geology and geological history, landscapes, glaciers, and natural hazards such as earthquakes, volcanic eruptions, floods and tsunamis. She also has taught geology, evolution and climate change at the University of Canterbury, and at local high schools.

Jumat, 25 Desember 2009

Cara Makan Yang Lebarkan Pinggang

Senin, 21/12/2009 | 14:34 WIB

KOMPAS.com - Banyak diantara kita yang mengaku sudah menjalani aturan diet yang benar, tapi ternyata berat badan tidak pernah berhasil diturunkan. Dimanakah letak kesalahannya?

Elisa Zied, RD, juru bicara American Dietetic Association, bercerita kebanyakan dari kita justru tidak menyadari telah mensabotase program diet kita sendiri. Sabotase itu menurut Zied yang juga penulis Feed Your Family Right! justru kita lakukan ketika salah mempersepsikan program penurunan berat badan.



Contohnya :

Memotong kalori berlebihan. Memang benar, mengurangi total kalori setiap hari adalah cara untuk menurunkan berat badan. Tapi terlalu banyak kalori yang kita kurangi, justru membangunkan hormon yang mengirimkan sinyal lapar pada kepala kita. Hormon itu adalah ghrelin.

Cara lebih pintarnya adalah, gunakanlah rumus keseimbangan. Rumus seimbang adalah, tidak pernah melewatkan sarapan dan mengurangi porsi makan malam. Saat kita makan berlebihan di malam hari, sarapan menjadi jadwal makan yang kita lewati yang kemudian pada waktu makan siang tiba, kita makan berlebihan.

Menu sarapan yang aman adalah, 450 kalori setiap pagi seperti roti gandum isi telur dan keju rendah lemak yang didampingi dengan segelas jus buah. “Menu ini akan menjaga kita hingga makan siang,” ucap George L. Blackburn, MD, PhD, dari divisi Nutrisi Harvard Medical School dan penulis buku Break Through Your Set Point. Menurut Blackburn, saat kita bisa melakukan manajemen nafsu makan maka kita akan makan dalam porsi yang sama di setiap jadwal makan.

Waktu makan tidak teratur. Berdasarkan penelitian yang diumumkan dalam American Journal of Clinical Nutrition, saat kita makan tidak teratur maka kita tidak akan pernah menyusutkan berat badan meskipun porsi makan kita sudah benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2005 lalu, perempuan yang makan di jam-jam yang sama setiap harinya, ternyata mampu membakar lebih banyak kalori. Ini membuat produksi insulin berkurang yang artinya menyelamatkan diri dari risiko resistensi insulin yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes.

Cara lebih pintarnya adalah, coba hitung berapa kali dalam sehari kita makan, mulai dari makan utama hingga ke camilan-camilan kecil. Lalu catat, di jam-jam berapa saja kita lapar dan makanlah di jam-jam tersebut dengan teratur. Itu mengapa Zied menyarankan kita untuk memiliki catatan harian apa saja yang kita makan atau food diary. Catatan ini nantinya akan membentuk kesadaran kita untuk memilih makanan yang sehat dengan porsi yang sehat juga.

Memilah-milih menghitung kalori. Tanpa kita sadari, kita tidak menghitung kalori semua makanan yang kita makan. Misalnya ikan atau ayam. D. Milton Stokes, MPH, RD., dari Bowling Green State University, menjelaskan, bukan berarti jika makanan tersebut masuk dalam kategori makanan sehat maka kita tidak perlu menghitung kalorinya. Ini akan membuat kita mengubah makanan sehat menjadi tidak sehat, sebab kita makan secara berlebihan.

“Misalnya semangkuk almon, kalorinya sekitar 200 tapi ketika kita menambahnya dalam takaran yang berlebih maka tidak mungkin program penurunan berat badan kita sukses. Cara lebih pintarnya adalah, hitunglah kalori yang kita makan. Sekalipun makanan kita hanyalah ½ mangkuk sereal dan ingat untuk tidak makannya secara berlebihan!

Membuat target untuk jangka pendek. National Weight Control Registry mengestimasi, hanya 20 persen dari pelaku program diet yang berhasil menjaga bobot idealnya selama setahun lebih. Sebabnya, setelah mereka berhasil mencapai target berat badan yang diinginkan, mereka kembali pada kebiasaan makan yang salah. Tapi bagi pelaku program diet yang menetapkan target secara gradual atau perlahan, mampu menjaga timbangan badan tetap ideal dari tahun ke tahun.

Cara lebih pintarnya adalah, awalilah dengan perubahan kecil yang mengantar kita pada keberhasilan kecil. Setelah itu, berikan kepercayaan pada diri untuk mencapai target yang lebih besar. Dengan begitu, resolusi hidup sehat kita tidak hanya bertahan satu tahun tapi selama-lamanya sebab kita telah menjadikannya sebagai gaya hidup.

Jangan terpesona dengan label rendah lemak. Cornell University melakukan penelitian kecil-kecilan dengan cara menyediakan 2 jenis cokelat pada acara open house universitas tersebut. Pertama, cokelat tanpa label rendah lemak dan kedua diberi label. Hasilnya, 28 persen dari pengunjung memilih yang berlabel rendah lemak. Tapi mereka tidak cukup mengonsumsinya sekali karena label rendah lemak telah menggoda mereka untuk mengambil beberapa bungkus cokelat.

Cara lebih pintarnya adalah, jangan hanya merasa puas dengan label. Tetap ingat untuk membatasi asupan makanan berlabel rendah lemak. (PreventionIndonesia.co.id/Siagian Priska)

"Softdrink" Sebabkan Artritis?

Jumat, 18/12/2009 | 12:32 WIB

KOMPAS.com — Artritis adalah salah satu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh meningkatnya kadar asam urat dan banyak menyerang wanita usia menopause. Sebuah studi yang berlangsung selama 12 tahun di Kanada menemukan bahwa 2 kaleng softdrink ukuran sedang dapat meningkatkan risiko artritis pada wanita hingga 85 persen.



Sementara itu, jika kita mengonsumsi hanya satu kaleng sehari, risiko artritis "hanya" meningkat sebesar 45 persen. Menurut Richard Johnson, MD, semakin banyak ditemukan bukti yang menunjukkan peningkatan konsumsi fruktosa dapat menyebabkan naiknya kadar asam urat.

Meski begitu, ia mengakui belum bisa memastikan apakah jika konsumsi fruktosa dikurangi, otomatis akan menurunkan kadar asam urat. Kesimpulannya, penelitian masih terus berlanjut dan kecurigaan terhadap minuman ini patut kita pertimbangkan. Untuk amannya, kita dianjurkan untuk menjaga berat badan normal dan membatasi minuman softdrink, kacang-kacangan yang digoreng, kerang-kerangan, dan sarden.

Beginilah Tahapan Bayi Belajar Berkomunikasi

Kamis, 24/12/2009 | 21:08 WIB

KOMPAS.com - Tahun pertama bayi merupakan masa penuh perubahan yang cepat. Sekali waktu ia hanya bisa berbaring dan menangis, namun tak lama kemudian ia sudah belajar berjalan. Dari senyuman pertamanya, gumamannya, dan ucap kata pertamanya, hingga ia berusaha mengucapa "mama" atau "papa", itu merupakan pertanda usaha untuk berkomunikasi.



Sepanjang tahun pertamanya, Anda bisa mencoba untuk membantunya berusaha untuk melatih kemampuan komunikasinya. Caranya; Anda hanya perlu tersenyum, bicara, bernyanyi, dan membaca kepada si bayi.

Hal ini menjadi penting karena kemampuan berbicara dan berbahasa anak berhubungan dengan kesuksesan si kecil untuk membaca, menulis, dan kemampuan interpersonalnya, baik di masa kanak-kanaknya hingga ia dewasa nanti.

Cara dan kapan waktu bayi bisa mengucapkan kata pertamanya berbeda antara satu bayi dengan yang lain. Ada yang bisa mengucapkan beberapa kata di usia 12 bulan, namun, ada pula yang baru bisa mengucap kata pertamanya di usia 18 bulan. Namun, kira-kira rentang tahapan bayi berkomunikasi adalah sebagai berikut;

* 1-3 bulan: Bayi sudah mulai menyukai suara Anda dan mulai bisa tersenyum, tertawa, terdiam, dan bersemangat sambil mengibaskan tangan mereka ketika Anda bicara atau bernyanyi untuknya. Cara berkomunikasi dimulai dengan ia bergumam dan terlihat seperti bermain dengan air liurnya, berucap "uuu", di usia sekitar 2 bulanan.

Tak pernah terlalu cepat untuk mulai membaca kepada bayi Anda. Dibacakan cerita membantu menstimulasi otak yang berkembang. Banyak bayi yang merasa nyaman ketika diperdengarkan musik, dan mulai mengenali lagu-lagu ringan dengan bereaksi lewat senyuman, bergumam, dan mengayunkan lengan serta kaki.

* 4-7 bulan: Bayi mulai menyadari akan adanya dampak dari berbicara dengan orangtuanya. Mereka akan bergumam dan melihat adanya timbal balik reaksi dari orangtuanya. Bayi akan mulai banyak bereksperimen dengan suara dan intonasi. Mereka akan mulai mencoba menaik-turunkan tinggi suaranya seiring ia bergumam, sama seperti ketika ia mendengar orang dewasa bertanya atau menaikkan nada suara.

Di usia ini, Anda bisa mulai mengangkat benda dan menyebutkan namanya. Bacakan buku-buku dengan gambar-gambar kepada bayi Anda. Tunjukkan gambar-gambar tersebut dan mulai sebut nama-nama yang mudah dan singkat. Hal ini akan membantunya membangun kemampuan berbahasa dan membaca. Berlatihlah menggunakan kata-kata singkat, kemudian berhenti. Ini akan memberikan kesempatan si kecil untuk merespon dengan bahasanya, sekaligus melatih interaksi yang kemudian akan ia perlukan di masa dewasa.

* 8-12 bulan: Merupakan keriaan tersendiri bagi para orangtua ketika mendengar si bayi memanggil Anda dengan "mama" atau "papa" untuk pertama kalinya. Namun kali pertama bisa saja terucap tanpa sengaja. Di usia ini bayi umumnya akan mencoba mengucap kata "ga-ga", da-da", atau "ba-ba".

Jangan bosan untuk mengajarnya dan mengulang kata-kata yang mudah sambil sesekali diselip senyuman pada wajah Anda. Ini akan membantu si kecil menyimpan memori itu dan mengerti arti dan nama dari benda-benda yang Anda perkenalkan padanya. Di tahapan ini, si kecil akan senang untuk berinteraksi satu lawan satu dengan Anda. Si kecil juga suka bermain dan menyanyikan lagu-lagu mudah untuk anak-anak.

4 Cara untuk Nyambung dengan Orang Lain

Jumat, 25/12/2009 | 06:27 WIB

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, khususnya yang pemalu, untuk bisa “nyambung" dengan orang lain bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika baru bertemu dengan orang baru. Rasanya lebih baik mengerjakan setumpuk tugas ketimbang harus memulai basa-basi. Menjelang akhir tahun, akan ada banyak undangan dan pertemuan dengan kerabat atau kolega tapi Anda bingung bagaimana caranya untuk bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang belum terlalu Anda kenal? Coba simak trik berikut:



1. Ciptakan kontak mata. Dalam buku How to Instantly Connect With Anyone, karangan Leil Lowndes mengatakan bahwa kontak mata menggambarkan “kejujuran, hormat, ketertarikan, kecerdasan, keterbukaan, dan kepercayaandiri. Namun, yang membuat kontak mata cukup berkualitas adalah; lamanya. Anda butuh memandang mata seseorang cukup lama untuk bisa benar-benar berkoneksi dengannya, bukan pandangan selintas lalu.

Anda harus menatap mata seseorang cukup lama untuk benar-benar bisa berkoneksi dengannya. Lowndes memberi strategi mudah untuk mempertahankan kontak mata. Caranya, perhatikan bentuk mata si lawan bicara, hitung berapa kali ia mengedip, ingat bentuknya, atau bentuk asimetri matanya.

2. Gunakan sentuhan yang “hampir”. Menyentuh lengan seseorang atau pundaknya merupakan teknik merayu standar. Menyentuh seseorang merupakan pertanda adanya kenyamanan dan kesamaan minat. Lowndes menyarankan untuk melakukan hal yang lain jika Anda tidak ingin orang yang Anda ajak bicara merasa dilanggar privasinya. Anda bisa mencoba gerakan “hampir” sentuh. Julurkan tangan Anda seakan akan menyentuhnya, namun berhentilah sebelum menyentuhnya. Untuk pria, gerakan ini akan membuatnya berandai mengira-ngira apa arti gerakan itu, sementara untuk wanita, ia akan menganggap gerakan ini sebagai bentuk afeksi tapi tak bisa menuduh Anda untuk melanggar batasan pribadinya.

3. Antusias dan bersemangat hingga satu titik. Bagaimana Anda menyamakan ketertarikan dengan seseorang tanpa terlihat berlebihan? Biarkan orang lain bicara terlebih dulu, lalu samakan tingkat antusiasmenya. Dengan begini Anda tak terlihat tak tertarik atau putus asa. Ini akan berhasil untuk orang yang pertama kali Anda temui.

4. Ciptakan impresi akhir yang baik. Cara Anda mengucapkan selamat tinggal bisa jadi akan lebih penting daripada cara Anda mengucapkan halo. Studi menunjukkan bahwa ketika diminta mengingat suatu insiden, mereka lebih sering untuk mengingat apa yang mereka rasa di akhirannya ketimbang di pertengahannya. Untuk menciptakan kesan yang baik, Lowndes menyarankan untuk tidak hanya menyampaikan salam perpisahan, tapi ucapkan satu kalimat perpisahan penuh dengan nama si orang tersebut diselipkan di dalamnya. Misal, “Senang bisa kenalan dengan Anda, Linda.” Atau, “Ami, terima kasih untuk ngobrol-ngobrolnya, sampai ketemu lagi, ya.” Cobalah untuk bersikap hangat dan bicara dengan energi yang kurang lebih setara dengan ketika Anda mengucapkan “halo” di pertama kali.

Rabu, 23 Desember 2009

Nilai Kelulusan Ujian Nasional Minimal 5,50

Liputan 6 - Rabu, 23 Desember

Liputan6.com, Jambi: Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Suharsono mengatakan, nilai rata-rata standar kelulusan pada ujian nasional (UN) mendatang minimal harus 5,50. Ini untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan nilai minimal 4,00 paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 mata pelajaran lainnya. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan nilai ujian praktik kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN. Demikian dikatakan Suharsono di Jambi, Selasa (22/12), seperti dilansir ANTARA.



Menurut Suharsono, pemerintah daerah maupun satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud di atas. Namun, BSNP menilai UN tingkat sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertma pada 2010 lebih manusiawi. Alasannya, bagi yang tidak lulus pada UN utama bisa mengikuti UN susulan.

Suharsono menjelaskan, penyelenggaraan UN 2010 dibagi menjadi tiga model, UN utama, UN susulan dan UN ulangan. UN utama untuk tingkat SMP dimulai pada 29 Maret-1 April 2010, sedangkan UN susulan dimulai pada 5-8 April 2010. Sementara UN ulangan dilaksanakan pada 17-20 Mei 2010.

Lebih jauh ia menjelaskan, jadwal UN utama untuk tingkat SMA atau madrasah aliyah dan SMA Luar Biasa dimulai pada 22-24 Maret 2010, sedangkan UN susulan pada 29-31 Maret 2010, kemudian UN ulangan digelar pada 10-12 Mei.

Menurut dia, peserta UN yang tidak lulus UN utama termasuk susulannya pada tahun pelajaran 2009/2010 dapat mengikuti UN ulangan pada seluruh atau sebagian mata pelajaran dengan nilai di bawah 5,50 yang dipilih, nilai yang digunakan adalah nilai tertinggi.

Sedangkan jadwal UN utama untuk SMK pada 22-25 Maret 2010, UN susulan pada 29 Maret-1 April 2010. Sama seperti SMA, SMK juga memiliki jadwal UN ulangan yang dimulai pada 10-14 Mei 2010.(ANS)

Sabtu, 19 Desember 2009

Internet, Jangan Hanya Untuk Jejaring Sosial

Internet memang tempat Anda untuk chatting dan meng-update status di situs jejaring sosial . Tapi jangan sampai penggunaan internet Anda hanya sebatas itu. Maksimalkanlah internet di PC maupun smartphone Anda untuk mempermudah dan menjadikan berbagai urusan lebih efisien. Apa saja aktvitas yang masih sering dilakukan secara konvensional, padahal kini bisa dilakukan lewat internet?



Berbelanja di shopping portal
Kegiatan belanja memang sungguh menyenangkan, tapi terkadang banyak dana yang terbuang untuk sesuatu yang sifatnya “pendukung” sepertil parkir dan makan siang. Ingin berbelanja di situs jejaring sosial juga terbatas, karena terkadang pilihannya tak selengkap situs belanja Ebay atau Amazon. Kalau begitu, kenapa tidak sekalian saja berbelanja di shopping portal? Saat ini, begitu banyak worldwide shopping portal yang bisa Anda pilih. Ebay, Etsy, Amazon, Browsegoods adalah nama-nama shopping portal yang cukup populer. Cara berbelanjanya pun tidak sulit. Anda hanya perlu mendaftar dan memasukkan nama, alamat, kota, kode pos, e-mail sekaligus membuat user ID dan password. Sebelumnya Anda juga harus membuat account PayPal, situs pembayaran digital yang memberikan perlindungan keamanan dari ancaman phishing, pembajakan identitas pada kartu kredit. Kemudian untuk melakukan pembelian, Anda cukup meng-klik icon transaksi. Karena Ebay sifatnya merupakan situs lelang, Anda mungkin harus menunggu beberapa waktu sampai Anda memenangkan lelang tersebut. Fasilitas lain yang mungkin disediakan oleh penjual adalah fasilitas BUY NOW. Jika Anda melihat icon ini, barang yang Anda inginkan bisa langsung dibeli dengan harga yang tertulis saat itu. Sebaiknya, sebelum Anda membeli suatu barang, periksa status penjualnya (seller ratings) dengan cara mengklik nama penjual (username penjual). Setelah Anda mengklik, terlihat status kepuasan pelanggan dan pembeli terhadap penjual tersebut. Kemungkinan mendapat pelayanan yang buruk juga bisa dieliminasi. Mudah, bukan?

Liburan ala backpacker
Tren short getaway atau liburan sejenak kini menjadi trend bagi para pekerja kantoran yang ingin mencari penyegaran. Light traveling atau istilahnya sekarang backpacking tak kalah menyegarkannya dengan bepergian untuk waktu yang lama. Untuk tujuan domestik, biasanya para backpacker memilih Jogja, Bandung, atau Makassar . Sedangkan Kuala Lumpur, Bangkok dan Singapore menjadi destinasi favorit ke luar negeri. Liburan ala murah meriah seperti ini selain membutuhkan keberanian dan jiwa petualang, tentunya memerlukan persiapan yang maksimal. Jangan salah, walaupun terkesan “asal liburan”, akomodasi juga harus lancar. Saat ini, hotel-hotel backpacker pun sudah bisa dipesan via online dengan harga yang sangat terjangkau. Ketik saja “backpacker hotels” dengan tak lupa menyebut negara tujuan di search engine, maka daftar hotel backpacker pilihan pun langsung tertera, lengkap dengan rate-nya dan form untuk mem-booking kamar pada tanggal yang diinginkan. Anda pun juga dapat melakukan riset kecil di internet untuk mencari tempat-tempat wisata unik yang ingin didatangi nantinya. Liburan pun semakin efisien dan berkesan.


Mencari Tempat Makan Terbaik
Opini teman dan kerabat sampai sekarang masih digunakan untuk mencari tempat makan enak dan restoran terbaik. Walaupun terkadang review yang diberikan kurang mendalam, terkadang penilaian “lezat” saja sudah membuat kita langsung ingin mencoba. Kenapa tidak, mencari tempat makan lewat internet yang tentunya lebih lengkap? Saat ini situs-situs kuliner semakin menjamur seiring dengan tren makan “murah meriah”. Salah satu situs yang bisa dikunjungi antara lain: temanmakan.com, sendokgarpu.com, surgakuliner.com, dan masih banyak lagi. Selain memberikan review yang lengkap mengenai rasa, situs-situs ini biasanya juga memberikan penilaian mengenai tempat dan pelayanan. Cocok buat Anda food hunter sejati!

Mencari “tebengan”
Mira, 29 tahun, sudah setahun memanfaatkan internet untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Bagaimana caranya? Ternyata ia menjadi salah satu anggota di situs khusus untuk mencari tumpangan setiap pergi dan pulang kerja, atau istilahnya “menebeng”. Situs “tumpang-menumpang” ini semakin berkembang dan digemari, terutama bagi orang-orang yang bekerja di daerah perkantoran yang rawan macet. Caranya cukup daftar di situs nebeng tersebut dengan memasukkan data-data pribadi, lokasi, sekaligus kepentingan mencari penumpang atau memberi tumpangan. Jika sudah, maka orang yang membutuhkan Anda akan langsung mengontak Anda melalui situs, sehingga terjamin keamanannya. Selain mendapat teman untuk melewati 3 in 1, Anda pun dapat mengurangi ongkos pulang-pergi ke kantor bersama orang yang tidak sembarangan.

Rabu, 16 Desember 2009

Otak Lebih Besar Bukan Berarti Lebih Pintar

Kamis, 26 November 2009 | 09:43 WIB

KOMPAS.com - Serangga kecil bisa jadi lebih cerdik daripada hewan besar, walau otaknya hanya seukuran kepala jarum, demikian hasil penelitian yang dimuat di jurnal Current Biology edisi 17 November.

Dari penelitian terdahulu para ilmuwan menemukan bahwa hewan besar mungkin perlu otak yang juga besar karena lebih banyak bagian yang harus dikendalikan. Contohnya untuk menggerakkan otot yang lebih besar maka diperlukan saraf lebih banyak dan lebih besar juga. Namun hal itu tak sejalan dengan kecerdasan.



"Pada otak yang lebih besar seringkali tak ditemukan kompleksitas yang lebih, tapi hanya pengulangan dari sirkuit saraf yang sama. Mungkin ini membantu mengingat detil dari citra dan suara, tapi tak menambah tingkat kerumitan pemikiran," kata Lars Chittka, profesor pakar bidang indra dan ekologi perilaku dari Universitas Queen Mary, London. "Analoginya dalam bidang komputer, otak lebih besar itu seperti hard-disk yang besar, tapi bukan prosesor yang lebih canggih."

Argumen mereka sesuai dengan beberapa riset terdahulu yang menyatakan bahwa lompatan kecerdasan manusia jutaan tahun lalu kemungkinan besar bukan karena ukuran semata. Bahkan menariknya, menurut para peneliti lain, ukuran otak manusia malah mengecil seiring evolusi terkini.

Di dunia hewan, perbedaan ukuran otak bisa ekstrim: otak paus bisa berbobot hampir 9 kg, dan berisi lebih dari 200 miliar sel saraf, sementara otak manusia hanya sekitar 1,25 kg hingga 1,45 kg, dan diperkirakan berisi 85 miliar sel saraf. Otak lebah madu malah hanya 1 mg dan sel sarafnya tak lebih dari sejuta.

Meski begitu, Chittka dan koleganya, Jeremy Niven dari Universitas Cambridge berulangkali menemukan penelitian yang membuktikan bahwa serangga mampu berperilaku pintar. Lebah madu misalnya bisa berhitung, mengkategorikan benda-benda yang serupa seperti membedakan anjing atau wajah manusia, memahami konsep 'sama' dan 'beda', dan membedakan bentuk-bentuk simetris dan asimetris.

Walau perkembangan ukuran otak memang ada pengaruhnya pada kemampuan berperilaku pintar pada hewan, kebanyakan perbedaan ukuran hanya terjadi pada bagian tertentu dari otak. Ini seringkali terlihat pada hewan dengan indra yang lebih tajam, seperti pada penglihatan atau pendengaran, atau kemampuan bergerak dengan akurat.

Para peneliti menuturkan bahwa pemikiran 'tingkat lanjut' sebenarnya tak perlu jumlah saraf neuron yang tinggi. Model komputer juga menunjukkan bahwa kesadaran pikiran bisa dihasilkan dengan sirkuit saraf yang sangat kecil, yang secara teoritis muat di dalam otak serangga.

Kenyataannya, model-model komputer ini menyatakan bahwa kegiatan berhitung bisa dilakukan hanya dengan beberapa ratus sel saraf dan hanya beberapa ribu sel saraf cukup untuk menimbulkan kesadaran.

C17-09

Editor: wsn

Wah, Ada Ikan yang Bisa Membuat Kepompong

Sabtu, 12 Desember 2009 | 20:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahukah anda, ada ikan yang bisa membuat kepompong? Menurut seorang hobiis monster fish, Kamil, ikan Lung Fish mampu membuat kepompong saat terpaksa hidup tanpa air. "Yang paling unik, ini (Lung Fish). Jadi dia bisa hidup beberapa hari di darat dengan bikin kepompong dari lumpur," ujar Kamil di Indonesian Pets Plants Aquatic Expo 2009, di WTC Mangga Dua Jakarta, Sabtu (12/12/2009).



Seperti namanya, Lung Fish yang berarti ikan paru-paru memiliki organ sejenis paru-paru yang memungkinkannya hidup di darat tanpa air. Agar tetap lembab, ikan ini membuat kepompong dari lumpur. Ikan yang tergolong monster fish ini adalah ikan air tawar yang tergolong langka, apalagi jika albino. Maka tak heran kamil pun hanya melepasnya seharga 12 juta rupiah.

Panjang ikan Lung Fish bisa mencapai lebih dari satu meter. Sebagai karnivora, Lung Fish memakan cacing atau ikan kecil. Bentuknya unik, seperti ikan lele yang memiliki sisa kaki dan tangan yang menempel di dekat ekor dan dekat kepala. Moncongnya pun unik, nampak seperti hidung babi yang berlubang besar.

Lung Fish hanyalah salah satu monster fish unik yang dipamerkan Kamil dan Hanung di tempat pameran. Selain Lung Fish, ada beberapa jenis ikan langka lain seperti Pari Motoro yang memiliki duri beracun.

Menurut Kamil, duri pada ekor Pari Motoro dapat menyebabkan infeksi bahkan kematian jika tertusuk manusia. Untuk itu, Kamil membungkus duri ekor pari dengan sedotan. "Kalau tertusuk, infeksi, nggak bisa sembuh tuh. Bisa kematian juga. Makanya durinya kita bungkus. Kalau dipegang saja bisa gatal dan panas," katanya.

C12-09

Editor: wsn

Mendiknas: UN Tetap untuk Kelulusan

Senin, 14 Desember 2009 | 20:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ujian nasional (UN) yang tidak dijadikan salah satu syarat kelulusan siswa akan menyebabkan pesera ujian tidak serius mempersiapkan diri. Karena itu, UN 2010 tetap akan dipakai sebagai syarat kelulusan siswa dari satuan pendidikan, selain untuk memperkuat pemetaan pendidikan di Tanah Air.

Terkait usul untuk menjadikan UN hanya sebagai pemetaan pendidikan, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)Mohammad Nuh di Jakarta, Senin (14/12/2009), meminta supaya kontroversi UN sebagai syarat kelulusan atau pemetaan pendidikan dihentikan. "Kalau hasil UN tidak



melekat pada nilai pada orang per orang, maka bisa menjadi bias lagi. Karena UN itu tidak menentukan, nanti peserta menjawab sembarangan. Jadi kenapa persoalan UN terus kita kontroversikan? Jauh lebih baik, untuk menentukan kelulusan, juga untuk melihat standar pencapaian di tingkat nasional," kata Nuh kepada wartawan.

Mendiknas menjelaskan, sebelum Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1972 ada ujian negara. Pada saat itu tingkat kelulusan antara 30-40 persen.

Sejalan dengan itu, lanjut Mendiknas, pada tahun 1969 dimulai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang salah satu programnya adalah menaikkan angka partisipasi kasar (APK). Pada saat itu banyak dibangun SD Inpres supaya banyaka nak yang bisa masuk sekolah.

"Tetapi digelarnya ujian negara mengakibatkan banyak siswa yang tidak lulus. Kesempatan orang bersekolah menjadi terbatas. Melihat kondisi itu, kemudian dibuat kebijakan baru ujian sekolah yaitu kelulusannya diserahkan kepada sekolah, " kata Nuh.

Mendiknas mengatakan, kebijakan yang kemudian diterapkan selama 20 tahun ini berdampak siswa lulus semua. "Kelulusan di setiap sekolah selalu 100 persen. Karena itu, dibuat yang namanya Ebtanas," terang Mendiknas.

Nuh memaparkan Ebtanas merupakan kombinasi antara ujian negara dengan ujian sekolah. Pada Ebtanas nilai siswa ditentukan menggunakan rumus PQR yaitu gabungan dari nilai rapor, ujian sekolah, dan ujian nasional.

"Hasilnya, ujian yang diselenggarakan oleh nasional tadi dengan ujian yang diselenggarakan oleh sekolah ada gap yang luar biasa. Siswa tetap lulus semua," ujar mantan Menteri Komuniaksi dan Informasi ini.

Menurut Nuh, berbagai jenis ujian sudah dilakukan dan hasilnya belum memuaskan. "Jadi apa yang diperdebatkan oleh orang-orang sekarang? Diserahkan kepada sekolah itu sudah dilakukan tahun 1972 dulu. Hasilnya jeblok, lulus semua. Munculah yang namanya seratus persenisasi. Lho kok sekarang mau ditarik lagi? Berarti kembali kepada (tahun) 1972 yang lalu," ujar Mendiknas.

Di tengah kontroversi UN yang masih berlangsung, menurut Mendiknas, peserta didik tetap harus siap menghadapi ujian dan tidak terjebak pada perbedaan-perbedaan pendapat. "Orang yang paling baik adalah orang yang paling siap. Oleh karena itu, tugas utama guru mengajar, tugas utama murid adalah belajar. Kalau kita sudah siap, diuji oleh siapa pun tidak ada masalah," jelas Nuh.

Mendiknas mendorong supaya siswa tahan banting dan mempunyai semangat yang tinggi. "Bagi saya tidak perlu dipertentangkan antara apakah itu pemetaan dan kelulusan," tegas Mendiknas.

ELN

Editor: made

Pengin Naik Pangkat? Bikin Karya Tulis Dulu

SOLO, KOMPAS.com - Membuat karya tulis ilmiah menjadi syarat bagi guru golongan III/B dan III/C di Jawa Tengah untuk kenaikan golongan, demikian dikatakan Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah, Slamet Trihartanto di Solo, Senin (14/12).

"Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 66 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, mulai 2010 ketentuan tersebut akan diterapkan," katanya.

Hal tersebut dilakukan sebagai penjaminan mutu pendidikan di tingkat dasar dan menengah di Jawa Tengah.



"Selain itu, upaya tersebut juga dilakukan sebagai pemberian fasilitasi guru di Jawa Tengah dalam meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga pengajar," katanya.

Slamet mengatakan, setiap karya tulis ilmiah yang dibuat setiap guru akan memiliki nilai kredit poin sebanyak 12.

"Karya tulis yang dibuat para guru bisa berbentuk jurnal penelitian maupun bahan ajar atau diktat," kata dia.

Untuk lebih memotivasi para guru dalam membuat karya tulis ilmiah, LPMP juga akan melombakan seluruh karya tulis ilmiah yang dibuat para guru di Jawa Tengah.

"Ini akan lebih efektif dalam meningkatkan kualitas mereka dibandingkan dengan hanya memberikan dana hibah," kata Slamet.

Terkait karya tulis ilmiah sebagai syarat kenaikan golongan, LPMP juga akan mengawasi secara ketat proses pembuatan karya tulis ilmiah tersebut.

"Jika ada yang terbukti mengerjakannya dengan jalan pintas, salah satunya adalah menjiplak, maka sanksi pencoretan dari daftar golongan akan diberikan kepada peserta yang melakukan pelanggaran tersebut," katanya.

Berdasar data tahun 2009, jumlah guru di Jawa Tengah sebanyak 397.256 orang, di antaranya guru yang bergolongan IV/A berjumlah 92.453 orang dan bergolongan IV/B ke atas berjumlah 707 orang atau 0,18 persen.

"Sisanya adalah guru bergolongan IV/A ke bawah dengan jumlah 304.096 orang atau 76,55 persen. Berdasarkan data tersebut jumlah guru golongan IV/B ternyata masih sangat sedikit," kata dia.

Salah satu faktor penghambat peningkatan karier mereka adalah belum optimalnya kemampuan guru dalam menyusun karya tulis ilmiah.

"Oleh karena itu, adanya ketentuan syarat karya tulis ilmiah dapat memotivasi para guru untuk meningkatkan golongan mereka secara lebih berkualitas," kata Slamet Trihartanto.

Bahasa Indonesia, Siapa Yang Seharusnya Belajar?

Oleh Wieke Gur

Lïlïkïnsï de kara son hap de zini sa zaho ta gwibin zini in hap talusublula. Zëre mo domba zahona hen zëno ola man tame nul gwenan. Zëno mae mo bosem-sena kim gubirida gwenda, dekam zep wet noso gweblanan.

Bahasa apakah di atas? Yang pasti bukan bahasa Klingon dari film Star Trek. Tulisan di atas adalah bahasa Orya. Bahasa lokal yang digunakan oleh saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Papua. Penggunanya hanya sekitar 2000 orang namun hingga kini bahasa tersebut masih digunakan. Juga dilestarikan lewat Injil yang diterjemahkan ke bahasa Orya.



Bahasa Orya hanyalah salah satu dari sekitar 746 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa-bahasa lokal di wilayah timur Indonesia umumnya tidak berasal dari bahasa yang serumpun dengan bahasa Melayu sehingga jarang sekali ditemukan kata-kata yang mirip dengan bahasa Indonesia. Tapi untunglah ada bahasa Indonesia sehingga jika kita misalnya harus pergi ke Papua kita tidak perlu belajar bahasa Orya dulu. Dengan bahasa Indonesia kita bisa berkomunikasi dengan penduduk di Papua.

Penempatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan RI 1945 telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan bahasa media massa, termasuk bahasa pengantar dalam pelaksanaan pendidikan anak bangsa di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di seluruh Indonesia. Bahasa Indonesia juga bahasa yang resmi digunakan oleh pemerintah daerah seluruh Indonesia. Hasilnya, dari Sabang sampai Merauke seluruh rakyat Indonesia bisa berbahasa Indonesia.

Bagi generasi sekarang, persatuan yang diperjuangkan oleh pimpinan terdahulu mungkin tidak akan terlalu terasa magisnya. Kesaktian Sumpah Pemuda bisa jadi cukup sulit untuk dipahami karena Indonesia sudah bersatu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa persatuan ketika mereka lahir. Kalau Anda menjadi diplomat di luar negeri atau tinggal di luar negeri mungkin baru akan terasa bahwa bahasa Indonesia mampu menghadirkan rasa persatuan di kalangan warga negara Indonesia.

Dr. Tom Boellstorff , ahli anthropologi dari University Of California, Irvine, Amerika pernah melakukan penelitian tentang bahasa gay atau bahasa banci di Indonesia - bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi kaum homoseksual di Indonesia. Dalam artikelnya “Gay Language and Indonesia: Registering Belonging” yang dimuat di Journal Of Linguistic Anthropology terbitan American Anthropological Association, Dr. Boellstorff menulis bahwa bahasa gay atau bahasa banci adalah salah satu bukti yang menunjukkan besarnya pengaruh bahasa persatuan Indonesia dalam pembentukan bahasa gay. Kemanapun kita pergi, tidak akan ada perbedaan yang berarti antara bahasa banci yang digunakan di Jakarta, Makasar atau Bali. Yang ada hanya bahasa banci Indonesia atau bahasa gay Indonesia. Seperti ada rasa kesatuan dan nasionalisme di kalangan homoseksual di seluruh Indonesia yang terbentuk lewat bahasa. Keberadaan bahasa banci walaupun ada kosa kata yang berasal dari bahasa daerah seperti bahasa Jawa atau bahasa Bali, pada proses transformasinya selalu mengacu pada tata bahasa Indonesia. Hal ini merupakan akibat atau konsekuensi dari posisi unik bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang memegang peranan penting dalam membangun rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Bahasa banci inilah yang akhirnya menjadi bahasa gaul.

Bahasa Indonesia juga mempengaruhi pembentukan bahasa informal di Indonesia secara nasional. Seorang konsultan Amerika yang pernah selama enam belas tahun tinggal di Papua menyatakan ketakjubannya ketika mendapati bahasa Indonesia informal yang digunakan oleh penduduk di Jakarta dan pulau Jawa ternyata tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia informal yang digunakan oleh penduduk di Papua.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa salah satu faktor pemelihara persatuan bangsa adalah bahasa. Tanpa kita sadari kita telah tumbuh menjadi bangsa yang menghargai persatuan. Toleransi kita terhadap perbedaan suku, ras, agama dan bahasa daerah sangat tinggi. Tidak ada bangsa Jawa, bangsa Papua atau bangsa Bali. Yang ada satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia.

Tahukah Anda, bahwa bahasa persatuan Indonesia yang kita anggap biasa-biasa saja ini diidamkan oleh negara tetangga? Di bawah ini adalah lontaran pemikiran yang dikutip dari www.malaysia.youthsays.com, sebuah wadah tempat generasi muda Malaysia bertukar pikiran, pendapat dan melontarkan pertanyaan,

Kenapa rakyat Malaysia tak suka berbahasa Melayu? Kita lihat ramai rakyat Malaysia yang tak suka berbahasa Melayu/Malaysia. Malahan laman web untuk generasi muda Malaysia sendiri tidak menggunakan bahasa kebangsaan atau sekurang-kurangnya dwibahasa. Sedangkan rakyat Indonesia yang berbilang bangsa membawa bahasa mereka ke serata dunia. Sila beri pendapat anda.

Posisi Bahasa Indonesia di Dunia
Sebagai bahasa persatuan bahasa Indonesia digunakan oleh lebih dari 240 juta orang penduduk Indonesia. (Data bulan Juli 2009: CIA The World Fact Book). Bahasa Indonesia juga dapat digunakan di negara-negara berbahasa Melayu seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Sejak bulan Maret 2009 situs informasi pendidikan luar negeri di Singapura secara lengkap bahkan ditampilkan dalam bahasa Indonesia. Situs ini dibuat untuk memudahkan siswa dan orang tua mendapatkan informasi lengkap dan cepat mengenai pendidikan di Singapura.

Konon saat ini ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya posisi bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa lain?

Dengan jumlah penutur lebih dari 240 juta seharusnya bahasa Indonesia mampu menjadi lingua franca di Asia atau sedikitnya Asia Timur dan menjadi bahasa pilihan warga asing di dunia sebagai bahasa asing kedua atau ketiga.

Pada kenyataannya bahasa Indonesia tidak sepopuler bahasa Jepang yang hanya memiliki 128 juta penutur. Atau bahasa Jerman yang hanya memiliki 96 juta penutur.

Menurut majalah Forbes edisi Februari 2008 10 bahasa paling populer yang dipelajari oleh mahasiswa di Amerika adalah: Spanyol, Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Cina/Mandarin, Latin, Rusia, Arab dan Yunani Kuno. Hanya mereka yang tertarik di bidang geopolitiklah yang mempelajarai bahasa Swahili, Urdu, Farsi dan Indonesia, karena orang-orang yang memiliki keahlian berbicara dalam bahasa-bahasa ini sangat diminati oleh FBI(Federal Bureau of Investigation).

Seiichi Okawa, koresponden salah satu stasiun TV Indonesia di Tokyo, bercerita bahwa sejak tahun 2003, minat warga Jepang untuk belajar bahasa Indonesia turun tajam. Bangkitnya perekonomian Cina dan juga tingginya pengaruh sinetron-sinetron Korea yang banyak diputar di Jepang membuat orang Jepang lebih suka belajar bahasa Cina atau Korea. Mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia umumnya bukan karena ingin belajar bahasa Indonesia tapi karena tidak diterima di jurusan bahasa Inggris, Perancis dan bahasa lainnya.

Sampai tahun 1990-an bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa asing yang paling populer di Australia. Banyak sekali sekolah-sekolah menengah mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Kini, popularitas bahasa Indonesia di mata para pelajar Australia berada di bawah bahasa Jepang dan Cina. Rahmad Nasution, koresponden kantor berita Antara di Brisbane, Australia, menulis di blog-nya bahwa selama kurun waktu dari tahun 2001 hingga 2007 penurunan jumlah mahasiswa yang mengambil bahasa Indonesia yang masih diajarkan di 20 lembaga pendidikan tinggi ini mencapai 12 persen. Sementara jumlah mahasiswa yang mengambil program bahasa Arab di lima perguruan tinggi tumbuh sebesar 78 persen, bahasa Cina yang diajarkan di 26 institusi tumbuh 30 persen, Korea (15,3 persen), dan Jepang (1,5 persen). Jumlah kolese dan sekolah lanjutan yang mengajarkan bahasa Indonesia pun makin sedikit. Akibatnya banyak Universitas yang harus menutup departemen bahasa Indonesia. Kondisi ini tidak hanya meresahkan banyak guru-guru dan dosen-dosen bahasa Indonesia karena harus kehilangan pekerjaan tapi juga pemangku kepentingan diplomasi Republik Indonesia di Australia.

Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Indonesia tidak lagi populer di Australia. Selain perubahan arah politik selama pemerintahan John Howard, pemberlakuan peringatan perjalanan atau ‘travel advisory’ yang dikeluarkan pemerintah Australia setelah peristiwa bom bali banyak menghambat kunjungan warga Australia yang ingin mengunjungi Indonesia dalam rangka belajar bahasa Indonesia. Adanya sejumlah persyaratan dari pemerintah Australia yang wajib dipenuhi seorang guru sebelum diperbolehkan mengajar di negara itu juga membuat pemerintah Indonesia tidak dapat begitu saja mendatangkan guru bahasa Indonesia. Akibatnya, kekurangan tenaga pengajar bahasa Indonesia di sekolah lanjutan banyak diisi oleh warga Malaysia.

Dr. James Sneddon, associate professor dari Griffith Unversity yang kini sudah pensiun, menyayangkan bentuk promosi yang menekankan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah. Hal ini memberi dampak yang negatif terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dianggap tidak penting. Seperti di Jepang, mahasiswa-mahasiswa yang dianggap kurang pandai selalu diarahkan untuk mengambil bahasa Indonesia. Akhirnya bahasa Indonesia berkesan sebagai bahasa yang hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang bodoh saja. Menurut Dr. Sneddon, yang telah banyak menulis buku tentang pengajaran bahasa Indonesia, sebagaimana layaknya sebuah bahasa, bahasa Indonesia sama susahnya dengan bahasa lain. Bahasa Indonesia harus dipelajari dengan serius seperti kita belajar bahasa Inggris, Perancis dan lain-lain.

Selain itu kemahiran perdana menteri Australia, Kevin Rudd, berbahasa Mandarin kini ikut mempengaruhi melonjaknya minat orang Australia belajar bahasa Cina.

Banyak warga Australia yang sudah bertahun-tahun belajar bahasa Indonesia merasa kecewa karena tidak dapat menggunakannya ketika berkunjung ke Indonesia. Bahasa percakapan yang didengar tidak seperti bahasa Indonesia yang dipelajari di universitas. Diglosia di dalam bahasa Indonesia tidak pernah diajarkan. Baru beberapa tahun terakhir saja bahasa informal mulai dimasukkan ke dalam kurikulum. Dalam wacana lisan formal banyak para penutur di Indonesia yang tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan cenderung bebas. Hal ini menimbulkan kebingungan, kata mereka.

Bahasa Indonesia di Indonesia
Bagaimana keadaannya di Indonesia? Ternyata meski digunakan setiap hari, masih banyak masyarakat yang tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mata pelajaran bahasa Indonesia sangat kurang diminati para siswa. Hasil Ujian Nasional selalu menunjukkan banyaknya siswa yang memiliki nilai ujian bahasa Inggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ujian bahasa Indonesia. Diantara 6 mata pelajaran yang diujikan, Bahasa Indonesia menempati peringkat tersusah untuk dipelajari.

Banyak guru menyayangkan bahwa selama ini pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah hanya menjadi semacam syarat. Murid tidak memahami secara mendalam tentang tata cara dalam berbahasa yang sesungguhnya. Padahal bahasa akan terbina dengan baik apabila sejak dini anak-anak dilatih dan dibina secara serius. Idealnya para siswa harus dibiasakan membaca koran, karya-karya sastra, menulis esei dan menganalisa tulisan serta menonton siaran berita televisi.

Namun hal ini juga belum tentu menyelesaikan persoalan. Karena saat ini tidak semua media memiliki acuan dalam pembakuan kosa kata dan istilah sehingga terjadi ketidakseragaman istilah yang pada gilirannya merusak bahasa Indonesia dan membingungkan penuturnya.

Pemerintah Daerah pun umumnya kurang perduli terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Ketidaktertiban dalam berbahasa banyak sekali ditemukan di ruang publik.

Ketika presiden Amerika Barack Obama mengunjungi Departemen Luar Negeri AS pada hari kedua pelantikannya dan menyapa seorang karyawannya dalam bahasa Indonesia, peristiwa itu diberitakan ramai - ramai di Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia merasa bangga bahwa seorang presiden Amerika bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Walaupun yang diucapkannya hanya “Terima kasih. Apa kabar?”.

Ketika Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kita semua menyambut gembira berita itu karena merasa disejajarkan dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang

Kita selalu merasa bangga dan senang bukan kepalang kalau orang asing mampu berbicara dan menganggap penting bahasa Indonesia. Sebaliknya kita tidak merasa terganggu ketika sebagian dari kita tidak mahir berbahasa Indonesia.

Dr. Anton M. Moelyono pernah berkata:. "Sebuah bahasa berpeluang menjadi bahasa internasional karena kecendekiaan dan kemahiran para penutur itu berbahasa"

Jadi sebetulnya siapakah yang seharusnya belajar bahasa Indonesia?


Wieke Gur.
Pecinta Bahasa Indonesia
*Penulis Lirik dan Pencipta Lagu

Pembelajaran Bahasa Inggris di TK Memberatkan

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan Sudharto menilai, pemberian pelajaran bahasa Inggris sejak tingkat taman kanak-kanak (TK) memberatkan siswa secara psikologis, karena akan mengganggu kemampuan anak-anak dalam mengekspresikan pikirannya dengan bahasa.

"Anak-anak tentunya akan kesulitan, apalagi bahasa Inggris bukan bahasa nasional atau bahasa ibu yang sering mereka dengar dalam kehidupan sehari-hari," kata Ketua PGRI Jawa Tengah ini di Semarang, Kamis (26/11).



Menurutnya, anak-anak berusia antara 4-5 tahun yang masuk TK tidak berangkat dari nol berkaitan dengan penguasaan bahasa, terutama bahasa Indonesia dan daerah. Namun, kosakata yang dikuasai anak-anak tersebut belum sempurna dan sesuai konsep yang harus diwadahi.

"Hal ini mengartikan, anak-anak TK belum menguasai bahasa Indonesia dan daerah dengan baik, sehingga ketika ditambah dengan bahasa Inggris dikhawatirkan mereka akan kesulitan untuk mengekspresikan konsep-konsep yang diterima dan mengkomunikasikannya lewat bahasa," katanya.

"Pemberian bahasa Inggris sebaiknya diberikan ketika anak-anak sudah memiliki kemapanan dalam penguasaan dan penggunaan struktur bahasa Indonesia dan daerah dengan baik, misalnya saat anak-anak memasuki kelas 5 atau 6 SD," tambahnya.

Banyak Guru Masih Mendikte

TARAKAN, KOMPAS.com — Masih banyak guru yang belum bisa membuat Rencana Pengembangan Pembelajaran (RPP) untuk menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman mengajarnya.

Demikian diungkapkan pemerhati pendidikan, Anita Lie, yang menjadi fasilitator dalam Lokakarya Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Angkatan V-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation di Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (15/12/2009).



Kegiatan yang memasuki tahap ketiga atau akhir pelatihan ini diikuti oleh 10 kepala sekolah serta 9 guru SMP dan SD dari wilayah Kabupaten Tarakan, Kaltim. "Untuk itu, kami melatih mereka agar bisa mengatasi kendala di lapangan, yaitu meningkatkan kreativitas mereka dalam memberikan materi ajar," ujar Anita yang juga Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya, ini.

Khususnya guru-guru di pedalaman Kaltim seperti di wilayah Nunukan, kata Anita, alam atau lingkungan di sekitar sekolah bisa dijadikan bahan ajar yang bermanfaat dengan kreativitasnya. Karena di pedalaman, guru tidak bisa terlalu berharap dan hanya mengandalkan fasilitas yang ada di sekolah yang selama ini sangat minim.

Di tahap pertama, para guru dan kepala sekolah tersebut diberikan pembekalan materi tentang cara membuat RPP. Selama 5 sampai 6 bulan kemudian, para guru dan kepala sekolah itu menerapkan materi-materi tersebut kepada siswa. "Ditahap kedua kami kunjungi mereka dan melihat langsung cara mereka mempraktikkannya, kita ingin lihat benarkah mereka melakukan metode yang kami berikan," tutur Anita.

Anita menyayangkan bahwa tidak semua peserta melakukannya. Ia akui, hal tersebut memang tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan karena jangankan di pedalaman, di kota besar pun banyak guru masih menerapkan cara mengajar yang mendikte.

"Minimal ada perubahan pada cara mengajar mereka, itu tolak ukur keberhasilan pelatihan ini bahwa mereka tidak semata mendikte siswa atau membuat siswa hanya menyalin materi yang diambil mentah-mentah oleh guru dari KTSP," ujar Anita.
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/15/10534274/banyak.guru.masih.mendikte

Saatnya Berlakukan Rok Panjang untuk Siswa

SUKABUMI, KOMPAS.com - Komisi III DPRD Kota Sukabumi meminta Dinas Pendidikan (Disdik) setempat menerapkan penggunaan rok panjang pada seragam sekolah siswi SMP untuk meminimalisasi kasus kenakalan remaja.

"Kami minta Disdik segera menerapkan penggunaan rok panjang pada seragam siswi SMP," kata Ketua Komisi III DPRD Kota Sukabumi, Yayan Suryana, di Sukabumi, Selasa.

Permintaan dewan tersebut terkait permasalahan banyaknya pelajar Sukabumi yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Data dari Gerakan Narkoba dan AIDS (GPNA) Kota Sukabumi, menyebutkan, 25 persen dari 239 PSK langsung di Kota Sukabumi, Jawa Barat, berasal dari kaum pelajar yang disebabkan oleh keinginan hidup mewah.



Menurut Yayan, dengan adanya penggunaan pakaian yang menutupi aurat kaum wanita remaja ini paling tidak bisa meminimalisasi kasus kenakalan remaja di Kota Sukabumi. "Ini hal kecil, namun secara perlahan akan mempengaruhi moral siswa nantinya," tuturnya.

Selain itu, pembenahan akidah pelajar baik di sekolah maupun di rumah harus terus diperbaiki, baik oleh orangtua maupun guru. Sementara itu, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Sukabumi juga mendukung agar semua siswi, baik SMP maupun SMA di Kota Sukabumi menggunakan rok panjang.

"Pakaian yang menutupi aurat paling tidak dapat menimalisir kenakalan remaja," kata wakil Ketua GOW, Hj Juliana.

Ia mengaku prihatin dengan kondisi remaja saat ini, dimana mereka bebas bergaul dengan bebas menggunakan pakaian seenaknya."Disdik harus segera menerapkan penggunaan rok panjang agar permasalahan kenakalan remaja ini bisa diatasi. Guru dan orangtua juga harus menanamkan anaknya soal agama, sehingga akidahnya kuat," ucapnya.
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/16/01200797/saatnya.berlakukan.rok.panjang.untuk.siswa

HONGKONG, KOMPAS.com - Pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia, yakni sepanjang 50 kilometer, menghubungkan Hongkong, China, dan Makau, dimulai

HONGKONG, KOMPAS.com - Pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia, yakni sepanjang 50 kilometer, menghubungkan Hongkong, China, dan Makau, dimulai pada Selasa (15/12). Jembatan diperkirakan dirampungkan pada tahun 2015/2016 dan menghabiskan biaya sekitar 10,7 miliar dollar AS.

Jembatan itu dibangun untuk meningkatkan integrasi dan pertumbuhan Delta Sungai Mutiara (PRD). Kawasan PRD dijuluki sebagai lokomotif ekonomi China. Pembangunan jembatan diharapkan menghidupkan lagi aktivitas di kawasan PRD yang lesu akibat krisis ekonomi global itu.



Pusat manufaktur PRD ini juga menguasai hampir sepertiga dari total ekspor China. Sekalipun demikian, setelah dilanda krisis keuangan dan ekonomi global, banyak perusahaan di lingkungan PRD tertekan dan bahkan ada pula yang gulung tikar.

Belakangan ini muncul desakan untuk meningkatkan lagi kapasitas PRD sebagai pusat perdagangan, jasa, dan ekspor. Jembatan diharapkan membawa keuntungan ekonomi substansial bagi wilayah Guangdong dan kawasan lain masing-masing di China, Hongkong, dan Makau.

Chief Executive Hongkong Donald Tsang pada saat peluncuran proyek menjelaskan, pembangunan jembatan akan rampung pada 2015/2016. Panjang jembatan 50 kilometer, sekitar 23 kilometer di antaranya melintasi laut. Diharapkan, jembatan ini membawa keuntungan ekonomi yang mampu menghela kawasan tertinggal di Guangdong barat.

Biaya yang dianggarkan untuk konstruksi jembatan ialah 73 miliar yuan China, atau 10,7 miliar dollar AS. Hongkong berharap jembatan itu kelak berperan membawa manfaat ekonomi sekitar 45 miliar dollar Hongkong atau 5,8 miliar dollar AS dalam kurun waktu 20 tahun pertama.

Dalam cetak biru untuk wilayah itu yang dirilis Januari lalu, badan perencana ekonomi ternama Beijing mengatakan, PRD bisa menjadi pusat ekonomi terdepan dunia pada tahun 2010. Namun, sebuah studi mengkritik kajian itu karena tidak mempertimbangkan rendahnya tingkat daya saing dan inovasi.

”Dipadu transportasi yang cepat dan nyaman, jasa keuangan Hongkong, pariwisata, perdagangan, dan logistik dapat membuat PRD dan daerah sekitarnya lebih baik lagi,” ujar Donald Tsang.

Kalangan pencinta lingkungan, seperti WWF, menentang proyek itu. Konstruksi jembatan dapat merusak ekosistem laut.(REUTERS/XINHUA/CAL)
Sumber http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/12/16/07051078/Jembatan.Laut.Terpanjang.Dibangun

Jumat, 11 Desember 2009

Facebook Perketat Privasi Pengguna


JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring makin banyaknya pengguna yang kini telah menembus angka 350 juta, Facebook mulai fokus untuk memperketat privasi pengguna. Mulai Rabu ((9/12/2009), semua pengguna Facebook akan diminta untuk melakukan setting ulang untuk memastikan konten apa saja yang bisa diakses publik dan yang hanya bisa dilihat jaringan pertemanannya.



"Facebook sedang mengubah cara orang mengendalikan informasi di dunia online dengan mendorong mereka untuk memilah-milah setiap konten yang akan di-share kepada audiens yang berbeda-beda," ujar Elliot Schrage, wakil presiden komunikasi, kebijakan publik, dan marketing Facebook, seperti dilansir Telegraph.

Begitu melakukan login, setiap pengguna Facebook akan diarahkan ke fitur transisi yang akan memandu mereka untuk meninjau pengaturan privasinya dan melakukan setting ulang. Pengguna baru juga akan diarahkan untuk mempelajari aturan main kontrol privasi ini setelah proses registrasi selesai.

Dengan fitur ini, pengguna dapat menentukan siapa yang boleh melihat informasi di halaman proil, komentar, foto, dan video. Apakah akan diperbolehkan untuk dilihat teman saja, temannya teman Anda, atau bebas dilihat siapa saja termasuk yang tidak masuk jaringan pertemanannya. Khusus untuk pengguna yang berusia di bawah 18 tahun, sistem akan mengatur agar semua informasi yang ditampilkan hanya dapat dilihat teman, temannya teman, teman satu sekolah, atau teman satu organisasi saja.

Hal tersebut dilakukan Facebook setelah mendapat masukan dari para pengguna dan para pakar jejaring sosial. Pengaturan privasi yang ketat juga upaya untuk memastikan setiap informasi jatuh ke tangan yang benar sehingga menekan penyalahgunaan Facebook.

Sabtu, 05 Desember 2009

Mengenal Pendidikan di Jepang

Pesatnya perkembangan teknologi dan industri di negeri matahari terbit, sudah tak bisa disangkal lagi. Berbagai negara berdatangan hendak mencontoh kesuksesan sistem pendidikan yang selama ini dikembangkan di negeri ini. Catatan performa para siswa Jepang terutama dalam bidang matematika dan ilmu alam selama dua dekade terakhir senantiasa menjadi tolok ukur kesuksesan itu.



Namun sebetulnya dibalik kesuksesan itu, Jepang sendiri sempat mengalami kekurangpuasan dengan sistem pendidikan yang mereka miliki, khususnya antara tahun 1980an sampai sekitar tahun 1990an. Akibatnya, kementrian pendidikan berupaya melakukan serangkaian reformasi yang berpengaruh pada kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkembang saat ini. Meski begitu, kebijakan-kebijakan atas reformasi itu sendiri masih sering menjadi bahan perdebatan di kalangan para stakeholder dan pemerhati pendidikan.

Menurut catatan Christopher Bjork dan Ryoko Tsuneyoshi, berbagai penelitian yang dipublikasi selama periode dua dekade dari abad ke 20 banyak mengetengahkan isu komparatif guna mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan di Jepang dibanding dengan negara-negara yang lain. Hasilnya secara umum hanya menggarisbawahi aspek-aspek yang unggul dari sistem pendidikan tersebut, misalnya dasar yang kuat yang ditanam pada para siswa untuk bidang studi matematika dan ilmu pasti, komitmen masyarakat yang kuat pada keunggulan akademik, keselarasan hubungan antara pengajar dan peserta didik, serta budaya pengajaran yang sarat perencanaan dan implementasi yang matang.

Seiring dengan melimpahnya kekaguman berbagai bangsa luar, termasuk Indonesia atas sistem yang dikembangkan tersebut berbagai perdebatan seputar hakikat dan tujuan sistem itu beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya mewarnai dinamika pendidikan di negara ini.

Perdebatan ini banyak terjadi antara mereka yang tamat dari sekolah-sekolah dalam negeri dan mereka yang tamat dari luar negara. Selain itu, selama bertahun-tahun sistem pendidikan di negeri sakura ini dinilai terlalu kaku dalam mengaplikasikan ujian masuk bagi para calon siswa baru serta semata-mata menekankan kemampuan ingatan terhadap fakta-fakta yang ada.

Fenomena inilah yang kemudian menggugah kementrian pendidikan, budaya, olahraga, ilmu pengetahuan serta teknologi (MEXT) untuk memelopori “Yutori Kyoiku”, suatu reformasi pendidikan guna meredam intensitas tersebut.

Namun demikian, aplikasi pada reformasi ini bukannya membuat perdebatan reda, tetapi justru menyulut berbagai percikan kritikan baru. Di satu pihak, ada yang berupaya mengembalikan sistem pendidikan Jepang pada agenda awal dengan mengembalikan fungsi kurikulum secara penuh. Di lain pihak ada yang bersikukuh mendorong Jepang makin meningkatkan standar akademik, seiring dengan pengembangan program “Super Science” untuk siswa-siswi sekolah lanjutan atas, yang notebene untuk mereka dengan kemampuan di atas rata-rata.

Kecenderungan sosial akademik ini tidak bisa dibendung dan sejumlah sekolah lokal mengembangkan kebijakan orientasi pada pasar (market-oriented policies) seperti misalnya berlomba-lomba untuk menjadi sekolah pilihan.

Berbagai perdebatan yang muncul tersebut seakan-akan mempertanyakan sistem pendidikan yang sedang berkembang di Jepang saat itu, bahkan ada beberapa dari mereka berpendapat bahwa sistem pendidikan Jepang saat itu ada dalam suatu titik genting. Di tengah-tengah tantangan untuk mengurangi beban tekanan akademis bagi para siswa, pengembangan motivasi belajar, kemampuan berpikir kritis ada sejalan dengan upaya untuk membekali para siswa pada kemampuan-kemampuan akademik dasar.

Para pendidik pun disibukkan untuk menggali berbagai pendekatan yang sekiranya tidak hanya bisa menjawab pertanyaan para stakeholder tersebut, namun juga bisa tetap berada pada jalur kurikulum yang telah mereka sepakati. (Sumber: Kompas.com)
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di

Bercermin pada Sistem Pendidikan di Jepang

Jumat, 7 Agustus 2009 | 00:24 WIB

KOMPAS.com - Pesatnya perkembangan teknologi dan industri di negeri matahari terbit, sudah tak bisa disangkal lagi. Berbagai negara berdatangan hendak mencontoh kesuksesan sistem pendidikan yang selama ini dikembangkan di negeri ini. Catatan performa para siswa Jepang terutama dalam bidang matematika dan ilmu alam selama dua dekade terakhir senantiasa menjadi tolok ukur kesuksesan itu.



Namun sebetulnya dibalik kesuksesan itu, Jepang sendiri sempat mengalami kekurangpuasan dengan sistem pendidikan yang mereka miliki, khususnya antara tahun 1980an sampai sekitar tahun 1990an. Akibatnya, kementrian pendidikan berupaya melakukan serangkaian reformasi yang berpengaruh pada kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkembang saat ini. Meski begitu, kebijakan-kebijakan atas reformasi itu sendiri masih sering menjadi bahan perdebatan di kalangan para stakeholder dan pemerhati pendidikan.

Menurut catatan Christopher Bjork dan Ryoko Tsuneyoshi, berbagai penelitian yang dipublikasi selama periode dua dekade dari abad ke 20 banyak mengetengahkan isu komparatif guna mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan di Jepang dibanding dengan negara-negara yang lain. Hasilnya secara umum hanya menggarisbawahi aspek-aspek yang unggul dari sistem pendidikan tersebut, misalnya dasar yang kuat yang ditanam pada para siswa untuk bidang studi matematika dan ilmu pasti, komitmen masyarakat yang kuat pada keunggulan akademik, keselarasan hubungan antara pengajar dan peserta didik, serta budaya pengajaran yang sarat perencanaan dan implementasi yang matang.

Seiring dengan melimpahnya kekaguman berbagai bangsa luar, termasuk Indonesia atas sistem yang dikembangkan tersebut berbagai perdebatan seputar hakikat dan tujuan sistem itu beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya mewarnai dinamika pendidikan di negara ini.

Perdebatan ini banyak terjadi antara mereka yang tamat dari sekolah-sekolah dalam negeri dan mereka yang tamat dari luar negara. Selain itu, selama bertahun-tahun sistem pendidikan di negeri sakura ini dinilai terlalu kaku dalam mengaplikasikan ujian masuk bagi para calon siswa baru serta semata-mata menekankan kemampuan ingatan terhadap fakta-fakta yang ada.

Fenomena inilah yang kemudian menggugah kementrian pendidikan, budaya, olahraga, ilmu pengetahuan serta teknologi (MEXT) untuk memelopori “Yutori Kyoiku”, suatu reformasi pendidikan guna meredam intensitas tersebut.

Namun demikian, aplikasi pada reformasi ini bukannya membuat perdebatan reda, tetapi justru menyulut berbagai percikan kritikan baru. Di satu pihak, ada yang berupaya mengembalikan sistem pendidikan Jepang pada agenda awal dengan mengembalikan fungsi kurikulum secara penuh. Di lain pihak ada yang bersikukuh mendorong Jepang makin meningkatkan standar akademik, seiring dengan pengembangan program “Super Science” untuk siswa-siswi sekolah lanjutan atas, yang notebene untuk mereka dengan kemampuan di atas rata-rata.

Kecenderungan sosial akademik ini tidak bisa dibendung dan sejumlah sekolah lokal mengembangkan kebijakan orientasi pada pasar (market-oriented policies) seperti misalnya berlomba-lomba untuk menjadi sekolah pilihan.

Berbagai perdebatan yang muncul tersebut seakan-akan mempertanyakan sistem pendidikan yang sedang berkembang di Jepang saat itu, bahkan ada beberapa dari mereka berpendapat bahwa sistem pendidikan Jepang saat itu ada dalam suatu titik genting. Di tengah-tengah tantangan untuk mengurangi beban tekanan akademis bagi para siswa, pengembangan motivasi belajar, kemampuan berpikir kritis ada sejalan dengan upaya untuk membekali para siswa pada kemampuan-kemampuan akademik dasar.

Para pendidik pun disibukkan untuk menggali berbagai pendekatan yang sekiranya tidak hanya bisa menjawab pertanyaan para stakeholder tersebut, namun juga bisa tetap berada pada jalur kurikulum yang telah mereka sepakati.

Christianus I Wayan Eka, MA, asisten pengajar pada Faculty of Policy Studies and Faculty of Information Sciences and Engineering, Nanzan University, Japan
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/08/07/00241444/bercermin.pada.sistem.pendidikan.di.jepang.i

Jumat, 04 Desember 2009

Ponsel Terbukti Bukan Penyebab Kanker Otak


Pengguna ponsel boleh mengelus dada karena setelah sekian banyak perdebatan panjang antar peneliti tentang ponsel, sebuah fakta baru terungkap. Jika sebelumnya ponsel diisukan sebagai penyebab kanker otak, kini peneliti benar-benar mengatakan hal itu tidak benar.

Sebuah mekanisme biologis yang diterapkan peneliti untuk mengetahui efek radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia tidak berhasil mengidentifikasi apa-apa. Tidak ada perubahan substansial apapun pada otak orang dewasa baik yang sudah kena tumor maupun yang belum sejak tahun 1990-an.



The Danish Cancer Society menganalisis tingkat tumor otak partisipan berumur 20 hingga 79 tahun yang berasal dari Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia. Peneliti tidak menemukan adanya tren peningkatan kanker pada mereka yang menggunakan ponsel.

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute disebutkan bahwa frekuensi elektromagnetik yang keluar dari ponsel tidak mempengaruhi mekanisme biologis pada tubuh manusia.

Studi dilakukan selama 30 tahun sejak tahun 1974 hingga 2003 terhadap 59.684 partisipan yang punya kasus tumor otak dan 16 juta lainnya yang tidak memiliki tumor otak. Hasilnya, memang ada peningkatan penyakit kanker tapi sangat kecil dan tidak signifikan.

Peneliti menganalisis dua jenis kanker otak, yaitu glioma dan meningioma. Hasilnya, kanker glioma hanya meningkat 0,5 persen pada laki-laki dan 0,2 persen pada perempuan.

Adapun untuk kanker meningioma meningkat 0,8 persen. Isabelle Deltour dari the Danish Cancer Society, Copenhagen mengatakan kenaikan itu sangat kecil sekali dan tidak bisa disimpulkan karena pengaruh ponsel.

Alat detektor biologis yang dibuat peneliti tidak berhasil menjelaskan apa-apa tentang kenaikan yang sangat kecil itu. Itu artinya, tidak benar bahwa ponsel meningkatkan risiko kanker otak, baik glioma maupun meningioma.

"Studi ini telah menambah 5 tahun dari studi sebelumnya yang berakhir pada tahun 1998. Dari situ kami mengetahui bahwa tren tumor otak akibat ponsel tidaklah benar. Kenaikan yang sangat kecil itu tidak bisa disebut sebagai efek ponsel. Kami telah melakukan survei pada pola hidup partisipan, dan pola hidup itulah yang lebih banyak mempengaruhi peningkatan tersebut," jelas Deltour seperti dikutip dari BBC, Jumat (4/12/2009).

Akankah setelah penelitian ini muncul, akan ada lagi penelitian lain yang membantahnya?

( fah / ash )

Kamis, 03 Desember 2009

MENCANDRA TREND PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA MASA KINI


Oleh: Dr. Ainurrofiq Dawam, M.A

Pengantar

Tulisan berikut ini merupakan suntingan dari Doktor muda dalam bidang pendidikan Islam dari UIN Yogyakarta. Pria berkacamata tebal ini mencoba melihat pendidikan Islam dewasa ini dengan mengaitkan pada persoalan moralitas bangsa. Dr. Ainurrofiq, merupakan alumnus S.3 UIN Jakarta yang cukup produktif menulis buku, memberikan kata pengantar buku-buku tentang pendidikan dan lain sebagainya.

Tulisan ini juga menyoroti perjalanan pendidikan Islam di Indonesia, yang sampai saat ini masih menduduki ranngking kurang begitu bagus dibanding negara-negara lainnya. Penulis mensenyalir hal ini salah satunya diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah pusat dan menitikberatkan pembangunan pada sector ekonomi. Fenoemena ini pada gilirannya telah menyebabkan pembangunan jiwa dan mental bangsa menjadi termarjinalkan. Pendidikan ekonomi tanpa didukung dengan pendidikan moral yang kuat hanya akan memunculkan pemimpin-pemimpin yang berpenyakit kronis. Harapanpun telah tiba, dengan dinaikannnya anggaran pendidikan (20 persen), sudah siapkah mental para pengelola pendidikan? Dalam tulisan ini penulis juga sempat menggulirkan gagasan lama yang coba diusung kembali, yakni mensinergikan pendidikan menjadi satu atap, sehingga tidak terjadi dikotomi dalam pengelolaan pendidikan. Apa dan bagaimana sejarahnya selanjutnya baca tulisannya dalam dua edisi. (re-readings by Adib Gja)



Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agam Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka penduduk Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional.

Namun realitas membuktikan lain. Jumlah manusia Muslim yang besar tersebut ternyata tidak mamiliki kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Jumlah yang sangat besar di atas belum didukung oleh kualitas dan kekompakan serta loyalitas manusia Muslim terhadap sesama, agama, dan para fakir miskin yang sebagian besar (untuk tidak mengatakan semuanya) adalah kaum Muslimin juga. Kualitas manusia Muslim belum teroptimalkan secara individual apalagi secara massal. Kualitas manusia Muslim Indonesia masih berada di tingkat menengah ke bawah. Memang ada satu atau dua orang yang menonjol, hanya saja kemenonjolan tersebut tidak mampu menjadi lokomotif bagi rangkaian gerbong manusia Muslim lainnya. Apalagi bila berbicara tentang kekompakan dan loyalitas terhadap agama, sesama, dan kaum fakir miskin papa. Sebagian besar dari manusia Muslim yang ada masih berkutat untuk memperkaya diri, kelompok, dan pengurus partainya sendiri. Masih sangat sedikit manusia Muslim Indonesia yang berani secara praktis—bukan hanya orasi belaka—memberikan bantuan dan pemberdayaan secara tulus ikhlas kepada sesama umat Islam, khususnya para kaum fakir miskin papa.

Paradoksal fenomena di atas, yakni jumlah manusia Muslim Indonesia yang sangat besar akan tetapi tidak memiliki kekuatan ideologi, kekuatan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, dan kekuatan gerakan adalah secara tidak langsung merupakan dari hasil pola pendidikan Islam selama ini. Pola dan model pendidikan Islam yang dikembangkan selama ini masih berkutat pada pemberian materi yang tidak aplikatif dan praktis. Bahkan sebagian besar model dan proses pendidikannya terkesan “asal-asalan” atau tidak professional. Selain itu, pendidikan Islam di Indonesia negara tercinta mulai tereduksi oleh nilai-nilai negatif gerakan dan proyek modernisasi yang kadang-kadang atau secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Tulisan ini mencoba untuk memberikan gambaran secara global tentang pendidikan Islam Indonesia saat ini sebagai landasan awal untuk meneropong moralitas bangsa di masa depan. Moralitas masa depan bangsa menjadi sangat penting untuk diteropong, karena didasarkan pada asumsi awal sebagian pakar yang berpendapat bahwa salah satu factor penyebab atau “biang keladi” terjadi dan berlangsungnya krisis multidimensional negara Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat "amburadul" dan tidak "karu-karuan".

Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional: Kilasan Sejarah Singkat

Pendidikan Islam yang dalam hal ini dapat diwakili oleh pendidikan meunasah atau dayah, surau, dan pesantren diyakini sebagai pendidikan tertua di Indonesia. Pendidikan Pendidikan ketiga institusi di atas memiliki nama yang berbeda, akan tetapi memiliki pemahaman yang sama baik secara fungsional, substansial, operasional, dan mekanikal. Secara fungsional trilogi sistem pendidikan tersebut dijadikan sebagai wadah untuk menggembleng mental dan moral di samping wawasan kepada para pemuda dan anak-anak untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara. Secara substansial dapat dikatakan bahwa trilogi sistem pendidikan tersebut merupakan panggilan jiwa spiritual dan religius dari para tengku, buya, dan kyai yang tidak didasari oleh motif materiil, akan tetapi murni sebagai pengabdian kepada Allah. Secara operasional trilogi sistem penidikan tersebut muncul dan berkembang dari masyarakat, bukan sebagai kebijakan, proyek apalagi perintah dari para sultan, raja, atau penguasa. Secara mekanikal bisa dipahami dari hasil pelacakan historis bahwa trilogi sistem pendidikan di atas tumbuh secara alamiah dan memiliki anak-anak cabang yang dari satu induk mengembang ke berbagai lokasi akan tetapi masih ada ikatan yang kuat secara emosional, intelektual, dan kultural dari induknya.

Sebelum masuknya penjajah Belanda triilogi sistem pendidikan pribumi tersebut berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan agama Islam yang berlangsung secara damai, ramah, dan santun. Perkembangan tersebut pada dasarnya merupakan bukti bagi kesadaran masyarakat Indonesia akan sesuainya model pendidikan Islam dengan nurani masyarakat dan bangsa Indonesia saat itu. Kehidupan masyarakat terasa harmonis, selaras, dan tidak saling mendominasi. Hanya saja sejak masuknya bangsa penjajah baik Spanyol, Portugis, dan Belanda dengan sifat kerakusan akan kekayaan dan materi yang luar biasa menjadikan masyarakat Indonesia tercerai berai. Terdapat sebagian masyarakat pribumi yang masih teguh dengan pendirian dan ajaran yang diperoleh di dayah, surau, dan pesantren ada juga yang sudah mulai terbuai dengan bujuk rayu para penjajah jahat tersebut.

Sebagian manusia pribumi yang menerima bujukan dan rayuan penjajah di atas adalah manusia pribumi yang telah lupa dan memang secara sadar melupakan ajaran yang mereka peroleh di tempat pendidikannya. Mereka juga terbius dengan iming-iming kekayaan dari para penjajah yang sangat licik. Kelicikan dan kejahatan para penjajah memang tidak pernah diungkap oleh para sejarawan. Kelicikan dan kejahatan penjajah sudah tidak bias diterima manusia normal. Bujukan dan rayuan yang manis dari para penjajah diarahkan kepada manusia pribumi yang kelihatan secara moral, kepribadian, praktik keagamaan masih lemah dan rendah. Moralitas yang rendah, kepribadian yang lemah dan tingkat ketaatan keagamaan minim merupakan sasaran empuk bagi para penjajah.

Trilogi sistem pendidikan Islam di atas mulai tergerus bahkan memang sengaja dibatasi serta dimatikan oleh penjajah. Para penjajah memandang bahwa trilogi sistem pendidikan Islam tersebut pada dasarnya bukanlah lembaga pendidikan akan tetapi hanyalah lembaga agitasi dan provokasi untuk melawana penjajahan. Dengan asumsi yang demikian, maka menjadi sangat wajar ketika penjajah berusaha untuk mengkerdilkan atau bahkan mematikannya. Di saat yang bersamaan penjajah mendirikan sistem pendidikan alam negara penjajah. Di sini telah terjadi polarisasi lembaga pendidikan yang pada awalnya hanya mengenal pendidikan tradisional, maka pada masa penajajahan ini mulai muncul sistem pendidikan modern. Di sinilah cikal-bakal mulai munculnya istilah pendidikan tradisional dan pendidikan modern. Adanya fragmentasi ini kemudian juga merembet ke dikotomisasi ilmu pengetahuan yaikni ada ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu agama dipahami sebagai ilmu-ilmu yang diberikan secara tradisional oleh trilogi sistem pendidikan Islan sedangkan ilmu umum digunakan untuk menyebut ilmu-ilmu yang diberikan oleh lembaga pendidikan modern, dalam hal ini sekolah-sekolah yang didirikan para penjajah. Adanya persaingan yang tidak seimbang antara kaum penjajah dan penduduk asli, maka sebagian besar manusia Indonesia mulai mengalami perubahan dalam kehidupannya.

Mulai saat ini pulalah manusia Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan baik dalam aspek ideologi, ekonomi, politik, maupun moralitas. Dalam aspek ideologi manusia pribumi mulai ada yang bergeser dari ideologi spiritualisme-religius ke ideologi materialisme-kapitalisme. Ideologi materialisme-kapitalisme adalah ideologi yang lebih mementingkan kekayaan materi dan kekayaan tersebut digunakan untuk dirinya sendiri. Kekayaan yang diperoleh dengan cara memeras dan menyiksa para fakir miskin adalah sebuah perilaku para pengkiut ideilogi ini. Dalam aspek ekonomi juga mulai bergeser dari hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya mengarah ke orientasi untuk menguasi seluruh kekayaan yang ada, sehingga kekayaan tesrebut hanya untuk dirinya sendiri. Hal ini memang merupoakan konskuensi logis dari pergeseran ideologi di atas. Karena secara teoritis dan praktis antara ideologi dan perilaku ekonomi akan memiliki kesejajaran dan kesinambungan. Dalam aspek politik kehidupan masyarakat bergeser dari sekedar menjadikannya sebagai sarana untuk menmgembangkan ajaran dan moralitas masyarakat bergeser menjadi sebagai sarana untuk menguasai masyarakat baik secara cultural maupun truktural. Inilah yang belakangan menyebabkan munculnya kekayaan structural dan kemiskinan structural. Yaitu kondisi dan keberlangsungan kehidupan masyarakat dimana yang kaya semakin kayak arena menguasai seluruh akses kekayaan, sedangkan yang miskin semakin miskin karena memang telah direbut seluruh aksesnya oleh orang yang kaya.

Dalam aspek moralitas pergeseran terjadi pada pandangan masyarakat tentang konsep moralitas itu sendiri. Moralitas di sini dipahami sebagai konsep tentang moral atau kebaikan atau baiknya sesuatu yang telah dikonstruksi oleh masyarakat. Ketika penjajah yang berkuasa di Indonesia, maka konsepsi tentang moral harus mengikuti konstruksi masyarakat penajajah. Sedangkan sebagaimana dijelaskan di depan bahwa ideologi para penjajah adalah materialisme-kapitalis, maka sesuatu atau seseorang dianggap baik dan bermoral ketika sesuatu itu bermanfaat dan berguna secara materiil. Seseorang dikatakan kurang moralitas dan nilainya di hadapan masyarakat ketika seseorang itu tidak mampu memberikan manfaat dan kegunaan secara materiil. Orang yang dianggap berhasil dan bermoral adalah seseorang yang telah memiliki jabatan, kekayaan, dan harta l;ebih dari orang tuanya. Demikianlah pergesaran yang terjadi sebagai akibat terjadinya penjajahan di Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang --yang merupakan Saudara Tua (karena sama-sama di benu Asia dengan Indonesia)—pendidikan tradisional mulai mendapatkan angin kemajuan. Namun, semua itu tidak ada artinya karena memang penjajahan Belanda sebagai salah satu bangsa Barat atau lebih dikenal dengan bangsa Barat telah menancapkan ideologi, politk, ekonomi, budaya, dan moralitas kepada masyarakat pribumi, maka angina segar tersebut tidak mampu dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian pendidikan tradisional menjadi sangat sulit untuk kemabli lagi ke posisi semual, yakni sebelum adanya penjajahan bangsa Barat.

Memasuki masa kemerdekaan pendidikan Islam masih terus berkutat dengan sistem pendidikan modern (peninggalan Belanda). Sistem pendidikan ini dipelopori oleh para tokoh pendidikan yang telah mengenyam sistem pendidikan Belanda atau Barat. Oleh karena itu, menjadi sangat masuk akal ketika sistem pendidikan nasional Indonesia berkiblat kepada sistem pendidikan Barat. Sistem pendidikan yang berkiblat pada sistem pendidikan Barat secara praktis dan teoritis berbeda dengan sistem pendidikan Islam tradisional. Dari sinilah kemudian terjadi pemisahan antara pendidikan tradisional yang dalam hal ini bias direpresentasikan oleh pendidikan Islam dan pendidikan modern yang dalam hal ini bias direpresentasikan oleh pendidikan nasional. Kedua sistem pendidikan ini merupakan sebuah hasil kompromi para funding father negeri ini.

Kompromi yang diambil para funding father negeri ini adalah bahwa pengabaian sistem pendidikan Islam tradisional akan sangat menyakitkan umat Islam. Mengingat jasa dan pengorbanan para ulama dan santri dari trilogi sistem pendidikan Islam tersebut di atas. Pertimbangan lainnya adalah agar umat Islam memiliki lembaga pendidkkan khusus, sehingga mayoritas penduduk Indonesia tidak mengalami kekecewaan yang luar biasa kepada pemerintah. Oleh karena itu, pada masa kemerdekaan tepatnya pada 3 Januari 1946 didirikanlah Departemen Agama yang mengurusi keperluan umat Islam. Meskipun pada dasarnya Departemen Agama ini mengurusi keperluan seluruh umat beragama di Indonesia, namun melihat latar belakang pendiriannya jelas untuk mengakomodasi kepentingan dan aspirasi umat Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini.

Dalam masalah pendidikan, kepentingan dan keinginan umat Islam juga ditampung di Departemen ini. Namun sangat disayangkan perhatian para pemimpin negeri ini kurang begitu besar terhadap pendidikan Islam di bawah naungan Depag ini. Hal ini terbukti dengan anggaran yang sangat berbeda dengan saudar mudanya yaitu pendidikan nasional. Perbedaan perhatian dengan wujud kesenjangan anggaran ini kemudian menyebabkan munculnya perbedaan kualitas pendidikan yang berbeda. Di satu sisi lembaga-lembaga pendidikan yang di bawah departemen pendidikan nasional mengalami perkembangan cukup pesat sementara pendidikan Islam yang berada di bawah payung Departemen Agama “terseok-seok” dalam mengikuti perkembangan zaman.

Sampai pada pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru pemisahan sistem dan pengelolaan pendidikan nasional dan pendidikan Islam masih dipertahankan. Artinya adalah bahwa pengelolaan pendidikan Islam masih mengalami nasib yang tidak bagus dibanding dengan saudara mudanya, pendidikan nasional. Walaupun secara substansial kedua sistem pendidikan tersebut oleh pemerintah Indonesia sendiri juga mengalami nasib yang sama buruknya, yaitu rendahnya anggaran pendidikan bila dibanding dengan negara-negara berkembang lain apalagi dibanding dengan negara-negara maju.

Demikianlah nasib perjalanan pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih menduduki ranngking kurang begitu bagus dibanding negara-negara lainnya. Kurangnya perhatian pemerintah pusat dan menitikberatkan pembangunan pada sector ekonomi menyebabkan pembangunan jiwa dan mental bangsa menjadi termarjinalkan. Padahal pembangunan mental, jiwa, dan moral bangsa adalah sebuah keharusan dan keniscayaan sejarah yang tidak bisa ditawar-tawar, khususnya bagi bangsa Indonesia. Pendidikan ekonomi tanpa didukung dengan pendidikan moral yang kuat hanya akan memunculkan pemimpin-pemimpin yang berpenyakit kronis. (tobe continued next edition, by the title: “The Materialization in Education, How come”?)

Dari Ibnu Taimiyyah untuk Sang Bunda


Bismillahirrahmanirrahim.

Dari Ahmad bin Taymiyyah kepada ibunda yang kami sayangi dan kami hormati, semoga Allah memberkahi usianya, memberikan beliau keselamatan dan kelapangan, serta menjadikan beliau sebagai salah satu hamba-Nya yang terbaik.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kami memuji Allah, Zat yang paling berhak untuk dipuji. Tiada yang berhak diibadahi melainkan hanya Dia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi terakhir dan imamnya orang-orang shalih, Muhammad, hamba dan utusan-Nya.

Sungguh karunia Allah telah datang dengan melimpah, pertolongannya pun tiada pernah berakhir. Ananda pun bertahmid memuji-Nya, meminta-Nya untuk menambah kemurahan-Nya. Kemurahan Allah tidak akan berpaling darimu wahai ibuku yang berbahagia.



Sungguh bunda, keberadaan ananda di Mesir adalah adalah karena perkara yang penting, bila tugas (dakwah) ini ditinggalkan, maka akan timbul penyimpangan dan kerusakan bagi agama dan dunia kita.

Bunda… Berada jauh dari bunda bukanlah jalan yang ingin ananda pilih. Jikalau burung dapat membawa kita, ananda pasti akan datang kepadamu. Namun bunda, ketidakhadiran ananda di sisi bunda ada sebabnya. Dan bila bunda melihat keadaan kaum Muslimin, bunda pun pasti akan memilihkan bagi ananda tempat yang sama sebagaimana ananda berada sekarang.

Sungguh bunda, ananda selalu berdoa kepada Allah untuk menunjuki kita kepada pilihan yang tepat, dan ananda selalu berdoa bagi kebaikan bunda. Ananda juga memohon kepada Allah untuk memberkahi kita dan seluruh kaum muslimin, dengan rahmat yang meliputi keselamatan dan kemanfaatan.

Allah telah bukakan bagi ananda gerbang keberkahan, ampunan, serta hidayah melalui jalan yang tiada ananda kira sebelumnya. Dalam keadaan selalu ingin pulang ke pangkuanmu wahai ibunda, ananda pun beristikharah. Ananda tidak bisa membayangkan jika Allah tetapkan pilihan bagi diri ananda untuk menyukai perkara duniawi atau hanya merasa cukup dengan amalan ibadah yang lebih sedikit agar bisa dekat dengan dirimu, bunda. Di sini, di Mesir masih banyak perkara yang tidak bisa ananda tinggalkan, karena takut akan bahayanya, secara umum maupun secara pribadi, dan sungguh saksi-saksi itu melihat apa yang tidak dilihat oleh orang yang hadir.

Ananda ingin bunda banyak berdoa kepada Allah. Mintalah agar Dia memberikan hidayah kepada kita dan memilihkan jalan yang terbaik bagi kita. Karena Allahlah Yang Maha Mengetahui, sedangkan kita tidak. Dialah yang mampu, adapun diri kita adalah lemah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Merupakan sebuah kebahagian bahwa anak Adam melakukan istikharah dan senang dengan apa yang Allah takdirkan bagi dirinya. Dan merupakan kesesengsaraan jika seorang anak Adam meninggalkan istikharah dan berkeluh kesah dengan takdir Allah.”

Sungguh, seorang pedagang dalam perjalanannya mungkin takut kehilangan uang, oleh karena itu dia menetap di sebuah tempat agar dia bisa berjalan lagi. Permasalahan yang sedang kami hadapi di sini begitu besar untuk dijabarkan, akan tetapi tiada daya dan upaya melainkan hanya melalui Allah.

Dan akhirnya, tolong sampaikan salam ananda untuk semua keluarga, tua dan muda, para tetangga, sahabat-sahabat, serta karib kerabat kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Walhamdulillah, washalatu wassalamu ‘ala Muhammad, wa ‘ala ahlihi wa ashhabihi.

(Diterjemahkan oleh Wira dari www.abdurrahman.org)

Catatan:
Ini adalah surat Ibnu Taimiyyah kepada ibu beliau di Damaskus. Beliau saat itu sedang berada di Mesir untuk berdakwah. Surat ini adalah ekspresi kerinduan beliau kepada sang ibu, namun Allah telah pilihkan kepada beliau untuk terus berdakwah di Mesir melalui istikharah beliau. Beliau kelihatannya dekat sekali ya dengan ibunya?

Sumber : http://wiramandiri.wordpress.com/2008/01/28/dari-ibnu-taimiyyah-untuk-sang-bunda/