Jumat, 28 September 2012

Ada Peristiwa Lain Sebelum Tawuran Senin Kelabu

awuran antarpelajar yang kerap terjadi di kawasan Mahakam-Bulungan, Jakarta Selatan, biasanya disebabkan rentetan perseteruan siswa pada waktu-waktu sebelumnya. Hal yang sama juga berlaku untuk insiden tawuran antara siswa SMAN 70 dan SMAN 6 yang menewaskan satu siswa SMAN 6, Senin (24/9/2012).
Anggota Komite SMAN 70, Sentot Janinto, mengatakan, sebelum tawuran terjadi pada Senin lalu, pada hari Jumat dua pekan sebelumnya, sejumlah siswa dari kedua sekolah tersebut ternyata sudah terlibat perkelahian di gelanggang Bulungan. Saat itu, beberapa siswa yang mengaku dari SMAN 6 memukul seorang siswa dari SMAN 70 dengan sebuah botol. "Ini rentetan (perseteruan). Jumat pekan lalu, anak kita dipukul pakai botol dan mendapatkan luka sepuluh jahitan di bawah mata kanannya," kata Sentot saat ditemui Kompas.com sesaat sebelum menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (26/9/2012). Menurut Sentot, tawuran pada Senin kelabu itu diperkirakan merupakan aksi balasan atas peristiwa sebelumnya. Pasalnya, di usia remaja ini para siswa kerap mengaplikasikan rasa solidaritasnya yang tinggi, meski di sisi lain sering kali melewati batas kewajaran. Selain itu, Sentot mengungkapkan bahwa para siswa SMAN 70 memang sering kali mendapat serangan dari sekolah lain pada setiap hari Jumat. Serangan tak hanya dilakukan oleh siswa SMAN 6, tetapi juga dari sekolah lain yang berlokasi tak jauh dari SMAN 70, seperti SMAN 82, SMAN 46, dan SMK Kebon Jeruk. "Para pelaku ini mungkin punya solidaritas tinggi dan akhirnya melakukan aksi balasan. Bayangkan saja, hampir setiap Jumat sekolah kami diserang oleh beberapa sekolah," pungkasnya. Pihak berwajib lamban Sentot juga menyayangkan lambannya respons pihak kepolisian untuk mengantisipasi dan melerai setiap kali ada tawuran di kawasan Mahakam dan Bulungan. Padahal, sudah beberapa tahun lalu ada sebuah pos di tengah-tengah kawasan itu yang khusus dibangun untuk mengantisipasi maraknya aksi tawuran. Sejatinya, pos tersebut dijaga oleh petugas kepolisian, Satpol PP, dan guru dari kedua sekolah. Akan tetapi, potret di lapangan berbanding terbalik dengan ekspektasi yang diharapkan. "Harusnya ada antisipasi atau tindakan cepat. Kami buat posko, tapi hanya berjalan tiga bulan, setelah itu terbengkalai. Kepolisian juga lambat, padahal hari itu ada demo besar di dekat TKP yang dijaga oleh banyak polisi," sesalnya. Sumber

Kamis, 27 September 2012

Pemerhati: Ada yang Keliru di Sekolah

Menanggapi kembali maraknya tawuran antarpelajar, pemerhati pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Arief Rahman berpendapat bahwa ada yang keliru dalam penciptaan suasana belajar di sekolah. Kekeliruan itulah yang akhirnya melahirkan bibit-bibit kekerasan di benak para peserta didik.
Menurutnya, kekeliruan terbesar adalah saat proses pembelajaran hanya ditujukan untuk mengejar hasil secara akademik. Dalam arti hanya mengedepankan mengasah kemampuan kognitif dan tak diimbangi dengan kecakapan sikap sebagai pembentuk karakter peserta didik. "Sangat keliru ketika semua hanya mengejar prestasi akademik. Saya prihatin pada sekolah yang hanya mengejar rangking saja tetapi keunggulan yang lebih komprehensif seperti kepribadian dan budaya damai antar sekolah tidak ditanamkan," kata Arief kepada Kompas.com, Kamis (27/9/2012). Lebih jauh, Ketua Harian Unesco untuk Indonesia ini mengungkapkan, manajemen sekolah harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan jauh suasana mencekam. Karena faktanya, proses belajar yang ada saat ini sudah keluar dari amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), di mana proses pendidikan seharusnya dapat mencetak siswa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. "Suasana belajar jadi mencekam karena siswa hanya dikejar keunggulan otaknya saja tanpa diasah kembali sisi kepribadiannya," tukas Arief. Untuk itu, ia mengimbau agar pemerintah melakukan kajian untuk menambah standar pendidikan nasional. Asupan materi yang mengasah karakter peserta didik harus secara eksplisit lebih ditekankan di dalamnya. “Tambah standar pendidikan kita, masukkan pembentukan karakter terpuji di dalamnya," pungkasnya. Sumber

Minggu, 09 September 2012

Seru, Belajar Sains sambil Bermain!

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengajak si kecil belajar ilmu pengetahuan sejak dini ternyata menjadi lebih mudah bila disandingkan dengan kesukaan anak-anak, yaitu bermain. Ya, belajar sains sambil bermain membuat anak-anak lebih mudah dan bersemangat untuk mengenal sains saat ini.
Seperti yang dilakukan Sri Endah. Ibu rumah tangga asal Kelapa Dua Wetan Cibubur ini sering mengajak kedua anaknya ke arena sains anak-anak agar mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan alam sejak dini. "Sengaja aja, ngajak kedua anak saya ke arena sains ini, biar mereka mengenal planet dan bintang-bintang sambil main-main," katanya, saat mengantre di arena StarLab Planetarium, di acara pameran Junior Science Fair 2012 di Jakarta Convention Center, Minggu (9/9/2012). Sri mengatakan, mengikuti pameran seperti ini akan lebih mudah dalam mengajak anak-anaknya belajar dan menghadapi tantangan dalam dunia sains. "Anak saya yang satu sejak TK sudah sering dibawa ke acara seperti ini, makanya dia ikut kompetisi sains. Kalau adiknya masih ikut-ikut belajar tapi kombinasi juga dengan bermain," ujar Sri. Sri setuju kalau mengajarkan sains tidak perlu dengan cara yang serius, justru kombinasi belajar dan bermain membuat si kecil jadi lebih bersemangat menjelajah pengetahuan. Sama halnya dengan Sunita, ibu satu anak asal Bandung ini mengaku sering membawa anaknya Najma Zahira Farhan (6) ke acara-acara fun science seperti ini. Alhasil tidak hanya mengenalkan fenomena alam, tetapi juga mengembangkan bakat anaknya. "Kalau di rumah, belajarnya sedikit. Kalau di sini anak-anak gampang belajar karena medianya banyak," katanya yang juga mengikutsertakan anaknya sebagai anak Platinum Multitalenta 2012. "Kalau ada event seperti ini lagi, saya mau ajak terus anak saya," katanya, yang masih akan mengeksplor pameran yang telah berlangsung mulai 8-9 September 2012 itu. Selain menyajikan pendidikan sains untuk anak-anak, zona bermain interaktif juga disediakan panitia, di antaranya area dunia profesi, area science center, tempat si kecil bermain dengan alat peraga dari PP IPTEK dan Science Centre Singapore, serta area science competition. Acara ini masih akan berlangsung hingga pukul 20.00 WIB, malam ini. Selain diajak belajar dan bermain, anak-anak juga akan dihibur oleh penampilan istimewa dari Cherrybelle, Brandon, juga Cowboy Junior. Sumber