Sabtu, 11 Desember 2010

Menulis Tingkatkan Kualitas Guru


BANDUNG, KOMPAS.com - Kebiasaan menulis artikel di media massa sangat membantu guru meningkatkan kualitas pengajarannya. Kualitas guru tidak hanya didapat lewat buku pelajaran, tetapi juga bisa mengambil contoh aktual dalam kehidupan sehari-hari.”Dengan terbiasa menulis artikel, kualitas guru semakin terasah. Murid pun akhirnya diuntungkan dengan kualitas pengajarnya,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyudin
Zarkasyi dalam seminar ”Guru Menulis di Media Massa” di Aula Dinas Pendidikan Jabar, Kamis (9/12/2010).

Wahyudin mengatakan, peningkatan kualitas guru tak hanya tergantung pada pendidikan formal. Pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari menjadi tambahan bagi guru di kelas.

”Meski penulisan artikel di media massa menjadi salah satu syarat kenaikan tingkat bagi pegawai negeri, saya mengimbau mereka selalu menulis untuk meningkatkan kualitas pribadi, siswa, dan masyarakat,” katanya.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Sahat Sahala Tua Saragih mengatakan, guru harus memiliki minat dan kemauan besar untuk menjadi pendidik masyarakat. Dengan menulis artikel, guru turut melaksanakan tiga fungsi media massa, yakni sebagai pendidik, pemberi informasi, dan pelaku kontrol sosial.

Selain niat dan kemauan, guru harus memiliki referensi dan pengetahuan untuk menunjang kualitas tulisan. Menurut Saragih, hal ini untuk memperkaya tulisan dan mempertanggungjawabkan karyanya.

Kepala Biro Kompas Jabar Dedi Muhtadi mengatakan, artikel adalah pergulatan pemikiran seseorang atas apa yang berkembang di masyarakat. Isinya berupa pendapat, gagasan, pemikiran, dan fakta. Oleh karena itu, untuk mendukung penulisan suatu artikel, Dedi meminta masyarakat peka terhadap permasalahan di sekitarnya.

”Seperti seseorang yang menaiki sepeda, dalam penulisan artikel dibutuhkan banyak latihan agar menghasilkan tulisan yang menarik,” kata Dedi.

Salah seorang peserta, Faujia Munzillah (20), mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, yakin, menulis artikel bisa membantunya bila suatu saat mengajar. Ia bisa dengan leluasa menggabungkan fenomena di masyarakat dengan mata pelajaran yang ia ampu.

Sebaliknya, ia juga bisa memaparkan sisi positif bahan pelajaran kepada pembaca media massa. Hal yang sama dikatakan peserta lain, Sentosa Sembiring (53). Pengalamannya menulis di beberapa media massa sangat mendukung tugas pengajarannya. Ia bisa mudah memaparkan bahan pelajarannya dengan mengambil contoh di masyarakat.

”Namun, harus diakui, meski sudah pernah menulis di media massa, proses belajar tak boleh berhenti. Selera media massa dan masyarakat selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman,” kata dosen Fakultas Hukum Universitas Parahyangan tersebut. (CHE)

Tidak ada komentar: