MALANG, KOMPAS.com - Anak-anak jalanan di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, rata-rata tidak bisa menikmati sekolah formal karena rata-rata sekolah formal cenderung diskriminasi terhadap mereka. Dari 585 anak jalanan yang terdata hanya sekitar lima persen yang bisa menembus sekolah formal, sedangkan lainnya ditolak.
"Banyaknya anak jalanan yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal di sekolah ini karena pihak sekolah cenderung diskriminasi terhadap mereka. Banyak alasan yang dikemukakan sekolah untuk menolak keberadaan anak jalanan menempuh pendidikan di sekolahnya," ujar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) wilayah Malang Tedja K Bawana, Rabu (8/12/2010).
Dia mengemukakan, umumnya sekolah formal tidak mau menerima anak-anak jalanan karena dianggap sebagai "biang" masalah. Bahkan, sikap dan perbuatan mereka dinilai sekolah bisa memengaruhi siswa lainnya.
Tedja mengaku menolak anggapan tersebut, sebab anak-anak jalanan juga punya potensi untuk berprestasi seperti anak-anak lainnya. Bahkan, kata dia, dirinya juga menjamin jika anak-anak jalanan tersebut tidak seperti yang mereka (pihak sekolah) anggap.
"Siswa bermasalah justru banyak dari kalangan yang lebih beruntung, apalagi anak-anak orang kaya yang tidak sedikit terjebak dengan masalah narkoba dan pergaulan bebas," tegas Tedja.
Dia mengakui, Dinas Pendidikan (Diknas) setempat juga telah menyediakan sekolah informal yang bisa menampung anak-anak jalanan. Namun, sekolah informal rata-rata tidak maksimal dalam pengelolaan dan penanganan pendidikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar