Rabu, 03 April 2013

Risiko Autis pada Anak Bisa Dilihat dari Usia Kakeknya

Jakarta, Jangan tunda menikah selagi masih muda, terutama bagi pria. Sebab pria yang baru punya anak setelah menginjak usia di atas 50 tahun tak hanya akan meningkatkan risiko si anak untuk terserang autisme tapi juga cucunya. Hal ini dikemukakan dalam sebuah studi baru yang dilakukan oleh Karolinska Institutet, Swedia. style="text-align: justify;"> Dibandingkan dengan pria yang memiliki anak pada usia 20-an tahun, pria yang lebih tua berpeluang 1,79 kali untuk memiliki cucu perempuan yang autis dan 1,67 kali mempunyai cucu laki-laki yang autis. "Hal ini dapat diakumulasikan jika kedua kakek-nenek dan Anda sendiri baru punya anak pada usia yang lebih tua. Tapi yang jelas isu tentang kapan Anda seharusnya punya anak itu sebenarnya memang cukup kompleks," ungkap ketua tim peneliti Emma Frans yang memperoleh gelar Ph.D.-nya di bidang epidemiologi medis dari Karolinska Institutet. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah Frans dan rekan-rekannya mengamati data registrasi pasien di Swedia sejak tahun 1932, termasuk data informasi tentang kakek-nenek dari 37.000 anak yang 6.000 diantaranya didiagnosis dengan autisme. Lalu mengapa pria yang 'patut' disalahkan? "Pria memegang peranan yang signifikan terhadap perkembangan autisme pada keturunannya karena sel-sel reproduksi mereka lebih rentan bermutasi," terang Frans seperti dilansir dari abcnews, Kamis (21/3/2013). Sel-sel reproduksi wanita juga membelah diri dan bereplikasi tapi hanya sebanyak 24 kali dalam seumur hidup mereka, sedangkan sel-sel reproduksi pria terus berkembang biak seumur hidupnya. Ketika usia si pria menginjak 20-an, sel-sel reproduksinya membelah diri sebanyak 200 kali tapi saat usianya sudah 40-an, jumlah itu akan bertambah menjadi 600 kali. "Padahal setiap kali sel membelah diri, muncul risiko terjadi sebuah kesalahan yang dapat berakibat pada manifestasi mutasi," kata Frans. Menanggapi studi ini, Lori Warner, direktur HOPE Center for Autism, Beaumont Hospitals di Michigan mengatakan, "Studi ini penting tapi bukan berarti pasangan tua tak boleh punya anak. Tim peneliti juga menemukan bahwa polusi dan asam folat prenatal bisa saja berkontribusi terhadap perkembangan autisme jadi ada banyak faktor yang dapat dipertimbangkan". Lagipula temuan ini hanya didasarkan pada berbagai eksperimen yang dilakukan di lab jadi kendati Frans dan rekan-rekannya dapat mengidentifikasi korelasi, mereka tak dapat menemukan adanya kausasi atau hubungan sebab-akibat. Studi ini baru saja dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association. Sumber

Tidak ada komentar: