Jumat, 04 November 2011

Menciptakan Sekolah yang Aman dan Ramah Anak


DEPOK, KOMPAS.com — Sekolah harus diciptakan menjadi lingkungan yang "ramah" dan aman terhadap anak. Bagaimana caranya?

Dosen di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Hanny Handayani bersama timnya membuat sebuah program untuk menciptakan peningkatan keselamatan anak di sekolah dasar (SD). Program ini bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Indonesia (UI). Menurut dia, program tersebut digagas karena berdasarkan pengalaman dan untuk mendukung Depok menjadi kota yang layak anak serta menciptakan jaminan mutlak keselamatan anak-anak di sekolah.

"Setiap aktivitas di sekolah harus terbebas dari berbagai bahaya, baik fisik, biologis, maupun psikososial," kata Hanny saat ditemui Kompas.com, Kamis (3/11/2011), di Gedung Rektorat UI, Depok, Jawa Barat.

Untuk itu, kata dia, kondisi tersebut perlu ditunjang dengan pengembangan program peningkatan keselamatan anak di sekolah. Ia menjelaskan, program tersebut meliputi penyusunan prosedur standar operasional (SOP) sekolah aman, peningkatan pengetahuan anak, sosialisasi, dan penyediaan media yang dapat menunjang keselamatan anak di sekolah.

Pendekatan yang digunakan adalah pendidikan kesehatan melalui pemberdayaan guru. Didukung dengan sarana buku saku aman di sekolah yang dibuat pengabdi masyarakat sesuai hasil assessment di madrasah ibtidaiyah (MI) se-Kecamatan Beji, Depok.

Hanny menjelaskan, bahaya di sekolah pada umumnya dapat dihindari. Selain memberikan pelatihan kepada manajemen sekolah (kepala sekolah), upaya lainnya adalah dengan memberikan pemahaman kepada para siswa di sekolah. Upaya tersebut telah diterapkan di 12 madrasah ibtidaiyah se-Kecamatan Beji, Depok, selama periode Mei-Oktober 2011.

"Sasaran saya awalnya melatih murid dan gurunya, tetapi sekarang lebih kepada manajemennya. Menyadarkan kepala sekolah agar ngeh terhadap bahaya di lingkungan sekolah," ujarnya.

Ia mengungkapkan, sengaja memilih MI sebagai sasaran program pengabdian masyarakat ini karena, menurut dia, MI yang secara kebetulan berada bawah Kementerian Agama (Kemenag) tidak memiliki akses langsung untuk pembinaan pendidikan dan kesehatan.

Dalam program ini, ia bersama tim membuat beberapa media warning, misalnya tentang keselamatan menggunakan kendaraan, keselamatan menaiki tangga, tata cara bersin, sampai kepada mencetak buku saku mengenai keselamatan di sekolah.

Ia berharap program ini dapat diterapkan secara berkesinambungan sehingga keselamatan siswa di sekolah dapat terus terpelihara.

Tidak ada komentar: