Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak sekolah di provinsi risiko gempa tinggi. Sebagian besar sekolah dari jenjang SD hingga sekolah menengah terdata berada di daerah rawan bencana, yang terbanyak untuk jenjang pendidikan dasar dari SD dan SMP.
Kesiagaan sekolah menghadapi bencana tidak bisa lagi ditawar-tawar. Bukan hanya untuk menyelamatkan siswa dan guru serta infrastruktur sekolah. Di sisi lain yang terpenting juga untuk tetap menghilangkan kesempatan belajar pada anak.
Kondisi tersebut terungkap dalam Konferensi Nasional Sekolah Aman yang digelar Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), Plan Indonesia, dan UNESCO di Jakarta, Senin (20/12/2010). Sekolah Aman merupakan bagian dari kampanye global salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengkampanyekan satu juta sekolah dan rumah sakit aman di dunia.
Iwan Gunawan, perwakilan dari Bank Dunia, mengatakan jumlah sekolah Indonesia termasuk empat yang terbesar di dunia. Karena itu, sekolah juga mesti diantisipasi untuk memiliki kesiagaan bencana, baik dari struktur bangunan sekolah maupun manajemen kesiagaan sebelum, saat, dan setelah bencana.
Apalagi dari pendataan mulai dari tsunami Aceh, gempa Yogya, banjir Jabodetabek, gempa Bengkulu Sumbar, gempa Jawa Barat, gempa Sumbar, hingga letusan merapi, persentase kerusakan-kerugian di sektor pendidikan terbilang tinggi. "Perlu kajian cepat sekolah-sekolah yang berisiko tinggi terkena bencana maupun kerentanan sekolah itu sendiri," kata Iwan.
Ardito M Kodijat, Disaster Risk Reducation Coordinator UNESCO Office Jakarta, mengatakan di Indonesia memang tidak banyak anak sekolah yang jadi korban saat berada di sekolah. Hal itu, antara lain karena kejadian berbagai bencana ketika tidak jam sekolah.
"Bencana bisa datang kapan saja. Anak-anak di sekolah merupakan kelompok yang rentan menjadi korban jika lingkungan sekolah tidak aman. Kalau kita tidak menyiapkan sekolah, itu hanya akan jadi bom waktu di Indonesia,' kata Ardito.
Ardito mengatakan di dunia terdapat 1,2 miliar siswa. Sebanyak 875 juta siswa, termasuk di Indonesia, berada di daerah rentan gempa bumi. "Sebagian besar kehidupan anak di sekolah, Namun banyak sekolah yang bangunannya tidak sesuai standar," ujar Ardito.
Kampanye sekolah aman untuk aman itu bertujuan untuk menyadarkan banyak orang tentang keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan anak dalam mengenyam pendidikan. Semakin banyak orang yang sadar akan semakin tinggi tuntutan mewujudkan sekolah aman.
Kesiagaan sekolah menghadapi bencana tidak bisa lagi ditawar-tawar. Bukan hanya untuk menyelamatkan siswa dan guru serta infrastruktur sekolah. Di sisi lain yang terpenting juga untuk tetap menghilangkan kesempatan belajar pada anak.
Kondisi tersebut terungkap dalam Konferensi Nasional Sekolah Aman yang digelar Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), Plan Indonesia, dan UNESCO di Jakarta, Senin (20/12/2010). Sekolah Aman merupakan bagian dari kampanye global salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengkampanyekan satu juta sekolah dan rumah sakit aman di dunia.
Iwan Gunawan, perwakilan dari Bank Dunia, mengatakan jumlah sekolah Indonesia termasuk empat yang terbesar di dunia. Karena itu, sekolah juga mesti diantisipasi untuk memiliki kesiagaan bencana, baik dari struktur bangunan sekolah maupun manajemen kesiagaan sebelum, saat, dan setelah bencana.
Apalagi dari pendataan mulai dari tsunami Aceh, gempa Yogya, banjir Jabodetabek, gempa Bengkulu Sumbar, gempa Jawa Barat, gempa Sumbar, hingga letusan merapi, persentase kerusakan-kerugian di sektor pendidikan terbilang tinggi. "Perlu kajian cepat sekolah-sekolah yang berisiko tinggi terkena bencana maupun kerentanan sekolah itu sendiri," kata Iwan.
Ardito M Kodijat, Disaster Risk Reducation Coordinator UNESCO Office Jakarta, mengatakan di Indonesia memang tidak banyak anak sekolah yang jadi korban saat berada di sekolah. Hal itu, antara lain karena kejadian berbagai bencana ketika tidak jam sekolah.
"Bencana bisa datang kapan saja. Anak-anak di sekolah merupakan kelompok yang rentan menjadi korban jika lingkungan sekolah tidak aman. Kalau kita tidak menyiapkan sekolah, itu hanya akan jadi bom waktu di Indonesia,' kata Ardito.
Ardito mengatakan di dunia terdapat 1,2 miliar siswa. Sebanyak 875 juta siswa, termasuk di Indonesia, berada di daerah rentan gempa bumi. "Sebagian besar kehidupan anak di sekolah, Namun banyak sekolah yang bangunannya tidak sesuai standar," ujar Ardito.
Kampanye sekolah aman untuk aman itu bertujuan untuk menyadarkan banyak orang tentang keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan anak dalam mengenyam pendidikan. Semakin banyak orang yang sadar akan semakin tinggi tuntutan mewujudkan sekolah aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar