Senin, 27 Desember 2010

Kharisma Dikenal Pendiam dan Berprestasi

Mahasiswi UI Hilang

JAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswi Biologi Universitas Indonesia (UI) angkatan 2010, Kharisma Saviri (20), dikenal sebagai sosok pribadi yang pendiam. Dia pun diketahui sebagai mahasiswi yang berprestasi karena mampu masuk ke UI melalui jalur beasiswa.
Sehari sebelum diketahui hilang, seorang teman kampus Kharisma, Abas yang merupakan mahasiswa Biologi angkatan 2008, sempat bertemu dan berbincang dengan gadis asal Surabaya tersebut. Ketika itu, Kharisma tampak normal tidak ada keluhan apa pun yang terlontar dari mulutnya.

"Nggak banyak yang dibicarakan karena dia memang orang pendiam. Waktu itu dia normal-normal saja, nggak kelihatan sakit atau apa pun," ucap Abas, Senin (27/12/2010), saat dihubungi Kompas.com.

Ketika itu, lanjutnya, dia dan Kharisma hanya menanyakan kabar. "Waktu itu dia bilang lagi mau ujian, memang banyak mahasiswa 2010 saat itu sedang ujian. Tapi habis itu, sudah pergi lagi," ucapnya.

Kharisma, ungkap Abas, memang terkenal sebagai sosok yang pendiam. Namun, dia juga berprestasi karena mampu masuk UI melalui jalur beasiswa. Hingga kini, organisasi ikatan mahasiswa di Jurusan Biologi juga sudah mencari ke pelosok UI.

"Lewat SMS tanya sana-sini juga sudah dilakuin, tapi belum ketemu juga. Kayaknya kami akan mencari ke Bogor," ungkap Abas.

Ketika ditanyakan apa kaitannya Bogor dengan Kharisma, Abas mengaku tidak tahu menahu. Pasalnya, dia juga tidak tahu persis kegiatan Kharisma seperti apa.

Saat Kompas.com mengunjungi Departemen Biologi UI, kampus memang tampak sepi karena tengah berlangsung Ujian Akhir Semester (UAS). Hanya segelintir mahasiswa senior yang tengah menyiapkan tugas akhirnya. Sementara mahasiswa yang seangkatan dengan Kharisma masih menjalani ujian.

Kharisma merupakan mahasiswi Biologi UI semester 1 angkatan 2010. Kharisma diketahui menghilang sejak Kamis (16/12/2010). Mahasiswi kelahiran tahun 1990 tersebut terakhir terlihat mengobrol bersama rekannya, Ema, di ruang tamu kos-kosannya pada Rabu (15/12/2010) malam.

Jumat, 24 Desember 2010

2015, Dana Sertifikasi Rp 60 Triliun


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada 2015 nanti diperkirakan pemerintah harus menyediakan anggaran pembayaran tunjangan profesi guru sedikitnya Rp 60 triliun. Untuk 2011 mendatang, kuota sertifikasi guru akan dinaikkan hingga 50 persen, yaitu dari 200.000 guru menjadi 300.000 guru.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengemukakan kebijakan pemerintah tersebut di acara peluncuran fasilitas komunikasi tatap muka jarak jauh (telepresence) di Jakarta, Rabu (22/12/2010). Sementara itu, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemdiknas Baedhowi meminta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk berkoordinasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dapat memenuhi target pengumpulan berkas sertifikasi.

"Berkas yang diusulkan adalah yang telah memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) supaya pelaksanaannya lancar," kata Baedhowi.

Terkait pembayaran tunjangan profesi guru pada 2011, Beadhowi meminta agar LPMP menyiapkan lampiran tunjangan profesi tahun 2011, baik yang akan dibiayai dinas pendidikan kabupaten/kota maupun provinsi.

"Kami segera mengirimkan surat dalam satu dua hari ini untuk meminta berkas kepada semua dinas kabupaten/kota yang akan diajukan tunjangan profesinya pada 2011. Pembayaran tunjangan profesi para guru sudah harus dibayarkan pada bulan Februari baik di kabupaten maupun provinsi," kata Baedhowi.

Pendidikan Karakter Jangan Indoktrinasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan karakter yang bakal gencar dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia semestinya dilaksanakan dalam rangka membentuk dan memperkuat karakter bangsa. Karena itu, pendidikan karakter perlu dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan secara bertahap supaya tidak menjadi sekadar pengetahuan atau indoktrinasi.

Selain itu, pendidikan karakter yang dikembangkan sudah seharusnya berakar dari budaya bangsa Indonesia yang menyepakati Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak lewat pendidikan formal meliputi nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilai-nilai universal.

"Tidak bisa pemerintah mau gampang saja soal pendidikan karakter. Harus dipersiapkan dulu dasarnya dan bagaimana nanti bisa melaksanakannya dengan baik. Jangan sampai pendidikan karakter yang sebenarnya bagus itu nasibnya sama seperti Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di masa Orde Baru yang bentuknya indoktrinasi," kata HAR Tilaar, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam diskusi terbatas sejumlah pemerhati masalah pendidikan di Jakarta, Kamis (23/12/2010).

Tilaar mengatakan, Bhineka Tunggal Ika mampu menjadi keunikan negara dan bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi. Keberhasilan Indonesia membentuk karakter anak-anak bangsa yang mampu hidup berdampingan dalam beragamnya suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan akan menjadi kontribusi terbesar bangsa ini di kancah global.

Charlotte K Priatna, Direktur Sekolah Athalia, menjelaskan mudah saja untuk menyampaikan pendidikan karakter dalam teori atau mata pelajaran. Namun, sekolah yang memang berkomitmen untuk membentuk anak-anak yang cerdas dan berkarakter justru harus mampu membudayakannya di dalam diri anak-anak yang didukung semua anggota komunitas sekolah.

"Jangan pendidikan karakter itu cuma letupan-letupan saja. Seperti kantin jujur yang bagus, kini hampir tak lagi terdengar gaungnya. Kita harus komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter di setiap sekolah," kata Charlotte.

Sekolah yang terdiri dari prasekolah hingga SMA tersebut selama 15 tahun menerapkan pendidikan karakter yang berkesinambungan. Di SD, misalnya pendidikan karakter untuk menjadikan siswa yang mandiri bertanggung jawab, sedangkan di SMP membentuk siswa yang peduli dan berbagi. Sementara di SMA diperkuat dengan pembentukan karakter yang mampu memberi pengaruh pada orang lain lewat kepemimpinan serta berkontribusi pada lingkungannya.

Menurut Charlotte, pendidikan karakter untuk anak mesti dibangun dengan memperkuat komunitas sekolah. Orang tua atau keluarga juga mesti terlibat dengan adanya program parenting class yang diadakan di sekolah.

Rabu, 22 Desember 2010

Sekolah Aman Masih Minim

JAKARTA, KOMPAS.com - Kerusakan atau kerugian di sektor pendidikan saat bencana terbilang tinggi. Kerusakan sekolah akibat bencana alam di Indonesia yang terdata sejak tsunami Aceh tahun 2004 hingga saat ini bisa mencapai mencapai 30-90 persen dari kerusakan sektor lain seperti kesehatan, agama, dan budaya.
Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak sekolah di provinsi risiko gempa tinggi. Sebagian besar sekolah dari jenjang SD hingga sekolah menengah terdata berada di daerah rawan bencana, yang terbanyak untuk jenjang pendidikan dasar dari SD dan SMP.

Kesiagaan sekolah menghadapi bencana tidak bisa lagi ditawar-tawar. Bukan hanya untuk menyelamatkan siswa dan guru serta infrastruktur sekolah. Di sisi lain yang terpenting juga untuk tetap menghilangkan kesempatan belajar pada anak.

Kondisi tersebut terungkap dalam Konferensi Nasional Sekolah Aman yang digelar Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), Plan Indonesia, dan UNESCO di Jakarta, Senin (20/12/2010). Sekolah Aman merupakan bagian dari kampanye global salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengkampanyekan satu juta sekolah dan rumah sakit aman di dunia.

Iwan Gunawan, perwakilan dari Bank Dunia, mengatakan jumlah sekolah Indonesia termasuk empat yang terbesar di dunia. Karena itu, sekolah juga mesti diantisipasi untuk memiliki kesiagaan bencana, baik dari struktur bangunan sekolah maupun manajemen kesiagaan sebelum, saat, dan setelah bencana.

Apalagi dari pendataan mulai dari tsunami Aceh, gempa Yogya, banjir Jabodetabek, gempa Bengkulu Sumbar, gempa Jawa Barat, gempa Sumbar, hingga letusan merapi, persentase kerusakan-kerugian di sektor pendidikan terbilang tinggi. "Perlu kajian cepat sekolah-sekolah yang berisiko tinggi terkena bencana maupun kerentanan sekolah itu sendiri," kata Iwan.

Ardito M Kodijat, Disaster Risk Reducation Coordinator UNESCO Office Jakarta, mengatakan di Indonesia memang tidak banyak anak sekolah yang jadi korban saat berada di sekolah. Hal itu, antara lain karena kejadian berbagai bencana ketika tidak jam sekolah.

"Bencana bisa datang kapan saja. Anak-anak di sekolah merupakan kelompok yang rentan menjadi korban jika lingkungan sekolah tidak aman. Kalau kita tidak menyiapkan sekolah, itu hanya akan jadi bom waktu di Indonesia,' kata Ardito.

Ardito mengatakan di dunia terdapat 1,2 miliar siswa. Sebanyak 875 juta siswa, termasuk di Indonesia, berada di daerah rentan gempa bumi. "Sebagian besar kehidupan anak di sekolah, Namun banyak sekolah yang bangunannya tidak sesuai standar," ujar Ardito.

Kampanye sekolah aman untuk aman itu bertujuan untuk menyadarkan banyak orang tentang keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan anak dalam mengenyam pendidikan. Semakin banyak orang yang sadar akan semakin tinggi tuntutan mewujudkan sekolah aman.

Senin, 20 Desember 2010

UN SMP dan SMA Dilaksanakan Mei 2011

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dan Badan Standar Pendidikan Nasional telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Mei 2011. Ujian nasional (UN) utama untuk SMA/SMK

digelar pada minggu pertama Mei 2011, sedangkan untuk SMP pada minggu kedua Mei 2011. Adapun UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian. Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.

Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Kamis (17/12).

Kegiatan tersebut selain untuk mensosialisasikan juga meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi.Pemerintah memnag telah memgang formula baru. Namun, sebelum ditetapkan secara resmi, pemerintah dan BSNP meminta masukan dari daerah apakah perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 bisa diterima dengan baik.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprhensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul tiap tahun diharapkan bisa berhenti. "Kita nantinya mesti lebih fokus pada apa yang perlu dikerjakan atau diperbaiki dari hasil UN," ujar Nuh.

Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, namun bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah.

Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan rencananya dipatok minimal 5,5. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN.

Rumus yang ditawarkan pemerintah untuk nilai gabungan = (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah). Nilai sekolah dihitung dari nilai rata-rata ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 untuk tiap mata pelajaran UN.

Nuh mengatakan bobot UN mesti lebih besar dari nilai sekolah untuk mengontrol hasil kelulusan. Pasalnya, dari data-data yang ada masih banyak sekolah yang me-mark up nilai siswa.

Dengan formula baru ini, rencananya akan dipatok nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00. Integrasi nilai UN dan nilai sekolah ini diharapkan jadi pendorong untuk menganggap penting semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3.

Adapun kriteria kelulusan ujian sekolah diserahkan kepada sekolah. Nilai sekolah merupakan nilai rata-rata dari ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 setiap mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah.

Minggu, 19 Desember 2010

Ilmuwan "Pulang Kampung" dan Berbagi

JAKARTA, KOMPAS.com — Sedikitnya 61 ilmuwan Indonesia yang bekerja di sejumlah negara dijadwalkan hadir dalam International Summit Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, 16-18 Desember 2010 di Kementerian Pendidikan Nasional. Pertemuan itu, antara lain, akan membahas berbagai hal yang bisa disumbangkan mereka untuk Indonesia, termasuk penemuan-penemuan mereka yang sudah mendapatkan hak paten.
”Pertemuan ini merupakan pemikiran out of the box, yaitu keluar dari yang dipikirkan birokrasi atau institusi riset selama ini,” kata Zuhal, Ketua Komisi Inovasi Nasional, Rabu (15/12/2010) di Jakarta.

Menurut Zuhal, sejarah baru untuk memacu inovasi akan terbentuk jika para penemu paten di luar negeri itu menyepakati implementasinya di Indonesia. Kesepakatan itu pun sekaligus akan mendorong Komisi Inovasi Nasional menerobos semua hambatan aplikasi paten yang selama ini dihadapi.

Menurut Zuhal, birokrasi yang mengurusi paten masih berorientasi birokrat. Semestinya penanganan paten itu berorientasi korporat atau perusahaan yang lebih menghargai kecepatan dan ketepatan.

Ketua Panitia International Summit I-4 Willy Sakareza mengatakan, para ilmuwan Indonesia yang berkarya di sejumlah negara tersebut memiliki paten yang siap diaplikasikan di Indonesia sesuai dengan sistem yang ada sekarang. Paten itu antara lain berkaitan dengan teknologi penyimpanan vaksin berpendingin dan teknologi kamera yang mutakhir, paten di bidang kedokteran umum, paten yang berkaitan dengan antraks, serta paten yang berkaitan dengan kanker. (NAW)

Jumat, 17 Desember 2010

Kiat Melejitkan Kreativitas Anak


JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem pendidikan di sekolah yang terlalu berpatokan pada akademis terkadang membuat anak-anak merasa terkekang dan kreativitasnya sulit untuk berkembang. Padahal, banyak sekali potensi dapat digali dari anak-anak, sehingga karakter mereka menjadi lebih berkembang dan cukup kuat di masa depannya.

Mengembangkan kreativitas adalah hal yang penting karena ini merupakan salah satu upaya meningkatkan softskill mereka. Dengan melibatkan serta melatih mereka mengikuti proyek-proyek yang membangun kreativitas,

diharapkan anak-anak mempunyai basic skill yang dapat dikembangkan di masa depannya.

Bila Anda ingin mendapatkan kiat-kiat dan informasi tentang bagaimana melatih dan membangun kreativitas anak, Anda dapat mengikuti Seminar dan Workshop gratis bertajuk "Kiat Melejitkan Kreativitas Anak di Sekolahnya Manusia". Workshop gratis ini akan berlangsung pada Sabtu 18 Desember 2010 mulai pukul 08.00 - 12.00 di SD Lentera Insan Komplek Permata Puri I Blok F8 No.1A Radar AURI Depok, Jawa Barat. Acara Workshop ini akan bawakan langsung oleh Munif Chatib, CEO Next WorldView Education Consultant & Management yang juga penulis buku best seller berjudul Sekolahnya Manusia.

Kenapa sekolahnya manusia? Menurut Fitriani F Syahrul, psikolog yang juga pendiri Yayasan Lentera Insan, setiap anak memiliki kecerdasan sendiri-sendiri di dalam keterbatasnya. Sudah seharusnya mereka belajar di tempat yang dapat memaksimalkan potensinya sebagai manusia, di mana ia telah dikaruniai kecerdasan beragam (mulitple intellegences) oleh Tuhan.

"Lentera Insan adalah sekolah Inklusi yang berada di Depok. Kami meyakini setiap anak mempunyai kecerdasan sendiri-sendiri di dalam keterbatas mereka. Sehingga mereka pun juga berhak untuk menikmati apa yang anak-anak normal lainya dapat nikmati. Sekolah kami menggabungkan antara anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak normal dalam sekolah yang sama, sehingga mereka dapat belajar bagaimana bersosialisasi, berkomunikasi, berempati dan lain-lain. Sehingga tidak saja anak normal tetapi juga anak special need dapat menemukan kondisi akhirnya yang terbaik," paparnya.

Untuk mengikuti kegiatan ini, Anda dapat menghubungi contact person Rendy (085647077316) dan Meli (08161603448) peserta hanya disyaratkan untuk membawa 2 (dua) buku/alat tulis. Buku dan alat tulis yang terkumpul dari peserta ini akan disalurkan bagi anak korban bencana alam.(*)